Pembacaan: Lukas 5:12-16
Salam sejahtera jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Kiranya melalui pelayanan ini, kita dapat bertumbuh bersama untuk memuliakan Tuhan kita.
Perenungan kita pagi ini tentang Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Mungkin kisah ini sudah berulang kali kita dengar sejak kecil di sekolah minggu. Tetapi mungkin masih banyak dari kita yang belum paham makna yang terkandung dibalik kisah ini. Bagi banyak orang, ini hanyalah salah satu kisah kuasa penyembuhan dari Tuhan Yesus. Banyak kisah penyembuhan dalam Alkitab, sehingga beberapa golongan Kristen lebih memusatkan pelayanannya pada kesembuhan ilahi. Dan seringkali kita menjadi kehilangan maknanya.
Bukankah setiap hari sejak dunia diciptakan Allah tetap melakukan penyembuhan? Sesungguhnya tidak ada orang yang disembuhkan oleh obat ataupun dokter, tetapi seluruh kesembuhan itu atas anugerah Tuhan.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus. Seorang pengidap penyakit kusta adalah justru tidak merasakan sakit, ketika terluka, tergores, ataupun terbakar api pada bagian tubuhnya. Mengapa? Karena kusta adalah penyakit yang menyerang sel saraf perasa pada tubuh manusia. Jadi biasanya seorang penderita kusta akan mengalami kerusakan sel pada tubuhnya baik karena infeksi maupun sebab lainnya. Sehingga kita lihat penderita kusta memiliki kulit yang rusak, bahkan anggota tubuh yang hilang lenyap karena membusuk.
Kusta menjadi momok bagi orang Israel. Penderita kusta dianggap najis dan tidak boleh tinggal bersama dalam kota. Penderita kusta tinggal di tempat-tempat terpencil dan di bukit-bukit padang gersang. Orang kusta jika ke kota, hanya untuk membeli persediaan makanan dan sebagainya. Itupun jika mereka bertemu orang, mereka harus menghindar sambil berseru “najis..najis!”. Sehingga orang lainpun menyingkir dan tidak bersentuhan dengan mereka. Karena jika bersentuhan, atau bahkan hanya dengan bekas tempat duduknyapun, secara agamawi dan sosial orang lain menjadi turut najis secara jasmani maupun rohani.
Kusta adalah gambaran dosa. Kusta itu menjadi status bagi penderitanya. Demikian juga dosa. Dosa bukanlah hasil perbuatan manusia yang melanggar aturan agamawi, tetapi status manusia. Karena manusia hakekatnya manusia berdosa, maka kecenderungannya adalah berbuat dosa. Sama seperti penyakit kusta yang tidak menyadari rasa sakitnya, demikian juga manusia berdosa tidak menyadari keberdosaannya alias mati rohaninya.
Orang berdosa tidak mengerti hal-hal rohani, bagi mereka hal-hal rohani adalah kebodohan belaka, hidup dalam hawa nafsu, pikiran jahat dan mengikuti jalan-jalan penguasa kegelapan yaitu bapa segala dusta.
Menyembuhkan seorang kusta kembali menjadi sedia kala adalah hal yang mustahil dilakukan manusia. Hanya Yesus yang sanggup menyembuhkan kusta. Hanya Yesus pulalah yang sanggup menghapus dosa manusia.
Paling menarik jika kita menceritakan kisah ini kepada anak sekolah minggu dengan mengunakan gambar-gambar. Bayangkan betapa senangnya anak-anak ketika gambar seorang kusta yang jari-jarinya, hidungnya, kulitnya sudah terluka membusuk kemudian secara ajaib disembuhkan Tuhan Yesus dan gambarpun berganti dengan gambar seorang yang memiliki tubuh sehat dan anggota badan yang kembali sempurna.
Demikianlah kuasa Tuhan Yesus yang besar, lewat pengorbanan-Nya pada salib untuk menebus dosa-dosa kita manusia. Kasih karunia Allah itulah yang menyembuhkan kita dari dosa dan mampu mengembalikan kita sempurna sebagai anak-anak Allah. Jikalau kita menyadari dan menaruh diri kita dalam kisah ini, sebagai orang kusta, yaitu orang berdosa. Tentunya kita membutuhkan pertolongan besar dari Tuhan. Kisah ini diletakkan dalam Alkitab bukan hanya sebagai suatu peristiwa penyembuhan ilahi saja tetapi menjadi cermin untuk menyadarkan diri kita. Kita tidak berdaya menghapus dosa sebagaimana orang kusta itu tidak berdaya menyembuhkan dirinya. Tetapi jika kita datang pada Tuhan Yesus, Dia selalu siap menerima kita untuk menyembuhkan kita dari status manusia berdosa menjadi anak-anak Allah. Amin.
Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”
Salam sejahtera jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Kiranya melalui pelayanan ini, kita dapat bertumbuh bersama untuk memuliakan Tuhan kita.
Perenungan kita pagi ini tentang Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Mungkin kisah ini sudah berulang kali kita dengar sejak kecil di sekolah minggu. Tetapi mungkin masih banyak dari kita yang belum paham makna yang terkandung dibalik kisah ini. Bagi banyak orang, ini hanyalah salah satu kisah kuasa penyembuhan dari Tuhan Yesus. Banyak kisah penyembuhan dalam Alkitab, sehingga beberapa golongan Kristen lebih memusatkan pelayanannya pada kesembuhan ilahi. Dan seringkali kita menjadi kehilangan maknanya.
Bukankah setiap hari sejak dunia diciptakan Allah tetap melakukan penyembuhan? Sesungguhnya tidak ada orang yang disembuhkan oleh obat ataupun dokter, tetapi seluruh kesembuhan itu atas anugerah Tuhan.
Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus. Seorang pengidap penyakit kusta adalah justru tidak merasakan sakit, ketika terluka, tergores, ataupun terbakar api pada bagian tubuhnya. Mengapa? Karena kusta adalah penyakit yang menyerang sel saraf perasa pada tubuh manusia. Jadi biasanya seorang penderita kusta akan mengalami kerusakan sel pada tubuhnya baik karena infeksi maupun sebab lainnya. Sehingga kita lihat penderita kusta memiliki kulit yang rusak, bahkan anggota tubuh yang hilang lenyap karena membusuk.
Kusta menjadi momok bagi orang Israel. Penderita kusta dianggap najis dan tidak boleh tinggal bersama dalam kota. Penderita kusta tinggal di tempat-tempat terpencil dan di bukit-bukit padang gersang. Orang kusta jika ke kota, hanya untuk membeli persediaan makanan dan sebagainya. Itupun jika mereka bertemu orang, mereka harus menghindar sambil berseru “najis..najis!”. Sehingga orang lainpun menyingkir dan tidak bersentuhan dengan mereka. Karena jika bersentuhan, atau bahkan hanya dengan bekas tempat duduknyapun, secara agamawi dan sosial orang lain menjadi turut najis secara jasmani maupun rohani.
Kusta adalah gambaran dosa. Kusta itu menjadi status bagi penderitanya. Demikian juga dosa. Dosa bukanlah hasil perbuatan manusia yang melanggar aturan agamawi, tetapi status manusia. Karena manusia hakekatnya manusia berdosa, maka kecenderungannya adalah berbuat dosa. Sama seperti penyakit kusta yang tidak menyadari rasa sakitnya, demikian juga manusia berdosa tidak menyadari keberdosaannya alias mati rohaninya.
Orang berdosa tidak mengerti hal-hal rohani, bagi mereka hal-hal rohani adalah kebodohan belaka, hidup dalam hawa nafsu, pikiran jahat dan mengikuti jalan-jalan penguasa kegelapan yaitu bapa segala dusta.
Menyembuhkan seorang kusta kembali menjadi sedia kala adalah hal yang mustahil dilakukan manusia. Hanya Yesus yang sanggup menyembuhkan kusta. Hanya Yesus pulalah yang sanggup menghapus dosa manusia.
Paling menarik jika kita menceritakan kisah ini kepada anak sekolah minggu dengan mengunakan gambar-gambar. Bayangkan betapa senangnya anak-anak ketika gambar seorang kusta yang jari-jarinya, hidungnya, kulitnya sudah terluka membusuk kemudian secara ajaib disembuhkan Tuhan Yesus dan gambarpun berganti dengan gambar seorang yang memiliki tubuh sehat dan anggota badan yang kembali sempurna.
Demikianlah kuasa Tuhan Yesus yang besar, lewat pengorbanan-Nya pada salib untuk menebus dosa-dosa kita manusia. Kasih karunia Allah itulah yang menyembuhkan kita dari dosa dan mampu mengembalikan kita sempurna sebagai anak-anak Allah. Jikalau kita menyadari dan menaruh diri kita dalam kisah ini, sebagai orang kusta, yaitu orang berdosa. Tentunya kita membutuhkan pertolongan besar dari Tuhan. Kisah ini diletakkan dalam Alkitab bukan hanya sebagai suatu peristiwa penyembuhan ilahi saja tetapi menjadi cermin untuk menyadarkan diri kita. Kita tidak berdaya menghapus dosa sebagaimana orang kusta itu tidak berdaya menyembuhkan dirinya. Tetapi jika kita datang pada Tuhan Yesus, Dia selalu siap menerima kita untuk menyembuhkan kita dari status manusia berdosa menjadi anak-anak Allah. Amin.
Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”
No comments:
Post a Comment