MATIUS 18:1-14
Penginjilan
anak sudah lama menjadi perdebatan bagi sebagian besar orang. Beberapa gereja (apalagi orang tua)
bahkan kurang menekankan penginjilan terhadap anak, mereka menganggap anak belum
dapat memahami Injil bagi keselamatan mereka.
Hal ini diperburuk dengan orang tua yang salah dalam mendidik
anak-anaknya atau yang tidak memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Bukan itu
saja, gerejapun turut ambil bagian dalam menjauhkan anak-anak dari kebenaran,
contohnya, memisahkan ibadah anak dengan orang tuanya dengan alasan anak-anak
membuat ribut dan mengganggu hikmat ibadah dewasa. Padahal, kapan lagi seorang anak melihat
orang tuanya tunduk dihadapan Allah jika tidak di gereja? Bukankah ketika orang
tuanya tunduk dalam ibadah gereja menjadi kesempatan bagi anak menyadari bahwa
ada “Seseorang” yang lebih hebat dan lebih ditakuti oleh orang tuanya? Bahwa
ada Yesus yang lebih ditakuti oleh papanya yang galak itu?
Banyak guru-guru
sekolah minggu juga yang tidak mengerti kenapa mereka melayani sekolah
minggu. Selama beberapa tahun saya
memberi pelatihan guru sekolah minggu di daerah-daerah, biasanya dengan 4
pertanyaan sederhana ini, kita bisa mengukur apa motivasi seseorang melayani
sekolah minggu:
1. Apakah Injil itu?
2. Bagaimana caranya saya dapat masuk
ke Sorga?
3. Saya melayani anak supaya…….
4. Apa itu Alkitab?
Jika anda
yang membaca tulisan ini adalah seorang guru sekolah minggu, cobalah berhenti
sejenak dan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan cepat, tuliskan dalam
selembar kertas. Kita lihat apakah ada perbedaan setelah membaca seluruh
tulisan ini nanti.
*********************************
Bagi
kebanyakan orang, penginjilan anak sangat sulit, mereka terpaku bahwa anak
kecil tidak atau sulit mengerti tentang Tuhan. Padahal mereka lupa, bahwa
semakin muda usia seseorang, justru semakin dekat roh-nya dari Tuhan
dibandingkan usia tua yang sudah lama hidup dalam kecemaran dunia. Anak yang
baru lahir tentu lebih dekat dengan waktu penciptaannya dan Penciptanya
daripada seseorang yang sudah 30 tahun lalu dilahirkan di dunia ini bukan?
Penginjilan
anak adalah keharusan. Matius 28:16-20
merupakan Amanat Agung Tuhan Yesus bagi setiap orang percaya, isinya adalah memberitakan
Injil kepada segala bangsa! Bukankah ini termasuk anak-anak?
Mari kita
lihat pandangan orang-orang tentang anak-anak dibandingkan dengan pandangan
Yesus terhadap anak-anak. Kita lihat kisah terkenal tentang Yesus dan anak-anak
kecil dalam Matius 18:1-14.
(1-5) Pada waktu itu
datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar
dalam Kerajaan Sorga?”. Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya
di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika
kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi
seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa
menyambut seorang anak kecil seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut aku.”
Ketika
orang mengatakan anak kecil tidak dapat mengenal Tuhan atau mengerti firman
Tuhan, tidak dapat mengambil keputusan, atau bahkan hanya ikut-ikutan saja, Alkitab
sebaliknya menekankan bahwa anak-anakpun dapat bertobat dan percaya pada Yesus.
Bahkan sangat unik, ketika murid-murid bertanya siapa yang terbesar di Kerajaan
Sorga, Tuhan Yesus memberi syarat bahwa mereka harus menjadi seperti anak kecil
ini supaya bisa masuk, bahkan supaya bisa menjadi terbesar dalam Kerajaan
Sorga.
Ketika kita
menunggu dan mengatakan anak supaya cepat besar dan jangan seperti anak kecil,
sebaliknya Yesus menyuruh murid-murid-Nya yang sudah tua itu untuk menjadi
seperti anak kecil. Aneh bukan? Mengapa?
Karena anak
kecil memiliki sifat percaya yang tulus. Mereka mudah bergantung karena memang
sifatnya bergantung kepada orang dewasa. Tuhan mau kita memiliki iman seperti
anak-anak ini, yaitu percaya dengan tulus dan bergantung penuh pada Tuhan. Pernahkah anda menolong seorang nenek-nenek
jatuh? Biasanya nenek-nenek itu akan pura-pura menolak, gengsi untuk ditolong.
Tapi lihat anak kecil jika jatuh, dia menangis dan minta digendong, sangat
bergantung.
Saya tidak
mengatakan bahwa kita akan merengek-rengek seperti anak kecil, saya yakin juga
Yesus tidak bermaksud demikian. Tetapi meletakkan kepercayaan penuh pada-Nya
seperti seorang anak kecil yang datang berlari-lari menyambut papanya pulang kerja dan melompat untuk
digendong papanya. Anak seperti itu
tidak melihat siapapun selain papanya, dan percaya penuh ketika digendong dan
dilempar dan ditangkap oleh papanya. Sambutlah Tuhan Yesus seperti itu!
Demikian
bernilainya anak-anak sehingga Yesus mengatakan barangsiapa menyambut anak
kecil ini, dia menyambut Yesus. Sungguh
keterlaluan jika ada orang dewasa yang tidak menyambut anak kecil dengan kasih sayang,
seperti Yesus menyambut anak-anak dengan kasih sayang.
(6-11) Tetapi
barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya
kepada-Ku, lebih baik baginya jika batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu
ia ditenggelamkan ke dalam laut.
Celakalah dunia dengan
segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya. Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan
buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan
kudung dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam
api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu,
karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu daripada
dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.
Ingatlah, jangan
menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata
kepadamu: Ada malaikat mereka di Sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang
di sorga. [karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang].
Wow luar
biasa, ketika kita hampir yakin anak-anak kecil tidak bisa mengerti Injil,
Yesus bahkan menyebutkan pada ayat 6 bahwa ada anak-anak yang percaya
kepada-Nya. Itu berarti anak-anak
kecilpun bisa memutuskan untuk percaya Yesus kalau mereka di Injili. Dan lihat bagaimana kerasnya Yesus mengancam
mereka yang mencoba menyesatkan anak kecil, hukumannya sangat parah sehingga
lebih baik orang yang menyesatkan itu ditenggelamkan ke laut dengan pemberat
batu kilangan (batu kilangan adalah batu yang dibuat untuk memeras anggur,
biasanya batu itu bundar berukuran besar dan hanya bisa di putar untuk
menggiling minimal dengan tenaga 2 orang atau seekor keledai).
Bahkan
Yesus mengatakan, jika saja tanganmu atau kakimu atau matamu menyesatkan, lebih
baik dimutilasi dari pada masuk seluruh badan ke neraka. Artinya benar-benar
sadis hukuman bagi penyesat anak kecil.
Apakah mungkin seorang penyesat atau penganiaya lolos dari pandangan
Tuhan? Tidak mungkin, karena ada malaikat mereka di Sorga yang selalu memandang
wajah Bapa di sorga. Jika kita menyesatkan anak dengan cara mengajar kita, cara
didikan, kekerasan rumah tangga, ketidak pedulian terhadap pertumbuhan rohani
anak, dan sebagainya: percayalah, Allah akan menuntutnya dari anda. Jadi betapa
bernilainya anak-anak kecil ini dimata Allah.
Ini bukan
berarti memanjakan anak, itu salah besar. Memanjakan anak adalah wujud ketidak
pedulian dan ketidak sayangan seseorang terhadap anak. Karena anak yang manja
selalu berpikir segala keinginannya akan didapatkannya, sementara kehidupan
tidak demikian. Bahkan Allah tidak selalu memberikan yang kita minta. Anak yang
dimanja punya kecenderungan berakhir di rumah sakit jiwa ketika dewasa, karena
mentalnya tidak bertumbuh untuk kuat menghadapi kekecewaan demi kekecewaan.
Yang
dimaksud dari pembacaan ini adalah: anak-anak memiliki sifat yang sangat
terbuka untuk percaya, tetapi anak-anak itu tidak tahu bahwa:
1. Allah mengasihi anak-anak (bukan
seperti yang selalu kita ajarkan kalau nakal Tuhan marah, itu tidak benar sama
sekali, itu penyesatan. Tuhan sayang anak-anak, bukan pemarah anak-anak).
2. Bahwa dirinyapun (anak kecil) manusia berdosa
atau status berdosa dan memerlukan pertobatan.
3. Yesus datang untuk menyelamatkan (anak-anak)
dan memberi jalan ke Sorga.
4. Mereka tidak tahu bahwa kalau
percaya Yesus maka mereka ke Sorga.
Tetapi jika
anak-anak diberitahukan (diInjili) maka mereka mudah mengerti.
(12-14) “Bagaimana
pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor diantaranya sesat,
tidakkah ia akan yang meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di
pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas
yang seekor itu dari pada atas yang sembilan puluh sembilan ekor yang tidak
sesat. Demikianlah juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya
seorangpun dari anak-anak ini hilang.”
Jelas
sudah, bahwa anak-anak kecil perlu diInjili. Karena Allah tidak menginginkan
serorangpun dari anak-anak hilang. Kita harus mencari setiap anak dan
mengantarkannya untuk mengenal Yesus Kristus demi keselamatannya.
Mungkin
kita belum sadar, bahwa anak-anak kita dalam bahaya. Bahaya pertama adalah
tidak terselamatkan karena tidak diInjili. Bahaya lainnya adalah bahwa anak
masa kini sedang diserang oleh berbagai ajaran dunia. Kemajuan teknologi
membuat anak-anak dengan mudah mendapat akses ke hal-hal yang bertentangan
dengan Firman Tuhan. Itulah perlunya sejak dini seorang anak menerima dan
memiliki Yesus dalam hatinya. Sehingga Roh Kudus itu akan menuntun hidup anak
itu.
Sejak kapan
seorang anak dapat mulai diInjili? Jawabannya, sejak mereka mengerti bahasa
atau percakapan. Menurut pengalaman pelayanan penginjilan anak yang kami
lakukan, anak-anak berumur 3-5 tahun sudah dapat diberitakan tentang karya penebusan
Yesus Kristus.
Membimbing
anak kepada Yesus tidak sama dengan:
·
Membuat anak rajin ke sekolah minggu.
·
Mengetahui semua cerita Alkitab.
·
Rajin menghafal ayat Alkitab.
·
Membuat anak pintar menyanyi lagu-lagu
pujian/rohani.
·
Menyuruh anak mengasihi Tuhan Yesus
Namun
itulah yang sering terjadi di gereja dan sekolah minggu bukan? Begitu banyak
tugas-tugas, permainan-permainan dan sebagainya. Tidak ubahnya dengan sekolah
Taman Kanak-kanak versi rohani. Tetapi
membimbing anak kepada Yesus adalah:
·
Anak mendengar berita Injil.
·
Jelas tentang apa yang harus dia (anak)
percayai.
·
Bagaimana dia (anak) bisa mendapat keselamatan
kekal itu.
·
Mengambil keputusan untuk menjadikan Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat pribadinya.
Saudaraku
yang dikasihi Tuhan, ketika kita memahami sudut pandang Yesus terhadap anak-anak ini, bagaimana pandangan kita sekarang sebagai orang dewasa terhadap
anak-anak? Bagaimana pandangan seorang guru sekolah minggu terhadap setiap anak
dalam kelasnya? Apakah saudara sedang melihat mayat-mayat hidup kecil yang
riang gembira? Ataukah anak-anak saudara telah memiliki kepastian keselamatan
dan menjadi anak-anak kecil Allah?
Lalu
bagaimana kita benar-benar bisa membimbing anak kepada Yesus? Tentunya ketika
kita bisa menjawab dengan tepat 4 pertanyaan pada awal tulisan ini, sesuai
dengan hati Yesus Kristus melihat anak-anak, maka kita akan fokus melayani anak
untuk keselamatan mereka, bukan sekedar karena jabatan guru sekolah minggu,
bukan sekedar tugas belaka.
Beberapa
hal tentang psikologi anak yang perlu dipahami oleh kita, agar kita bisa
melayani anak dengan baik dan mengenai sasaran. Psikologi anak ini dapat
digunakan untuk pelayanan sekolah minggu maupun bagi orang tua dalam mendidik
anak-anak:
Anak-anak belajar dengan 2 cara yaitu:
1.
Meniru/mencontoh
orang dewasa.
Ya benar sekali, pernahkah anda melihat bahwa anak meniru tingkah laku
dan perkataan orang lain? Memang anak-anak cenderung meniru. Ungkapan asing “like
father like son” adalah benar. Anak meniru orang-orang yang terdekat dengannya.
Pernahkah anda melihat seorang anak yang tenang dalam gendongan baby sitter
namun gelisah dalam gendongan mama-nya? Atau ketika takut petir malah lari ke
baby sitter dari pada orang tuanya? Pernahkah anda melihat karakter anak yang
cenderung “nrimo” dari pada berusaha? Mungkin yang paling dekat untuk di tiru
olehnya adalah baby sitter.
Demikian juga seorang ayah yang kasar akan di tiru oleh anak
laki-lakinya, atau mungkin kalau ayahnya suka memukul ibunya, kecenderungan
anak laki-lakinya akan kejam kepada wanita. Atau jika seorang ibu dominan di
rumahnya, kecenderungan anak wanitanyapun dominan dan anak prianya memilih
menjadi feminim karena merasa wanita lebih berkuasa. Bermacam-macam masalah
anak-anak adalah karena meniru yang tidak tepat.
Dalam sekolah minggu misalnya. Sangat penting memiliki guru sekolah
minggu pria (maksud saya adalah pria sejati), karena akan menjadi panutan bagi
anak-anak, seperti apa pria dan seperti apa wanita. Celaka jika guru sekolah
minggu tidak ada pria, atau bahkan dominan wanita. Saya pernah tes psikologi anak-anak sekolah
minggu di gereja kami dengan gambar-gambar. Seorang anak menggambar pria dan
wanita dan menuliskan nama saya sebagai pria itu dan guru sekolah minggu wanita
sebagai wanita itu. Ternyata, anak ini
tidak punya gambaran tentang ayah dan ibu selain kami sebagai guru sekolah
minggu, karena anak ini dititipkan ke neneknya, sementara orang tuanya kerja di
luar daerah.
Demikian juga dalam memberitakan Injil, guru-guru dan orang tuanya harus
terlebih dulu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Harus menerima
Injil dulu, sehingga mencontohkan Injil yang hidup. Dengan demikian akan lebih
mudah Injil dipahami oleh anak-anak karena dia melihat betapa hidup orang-orang
yang sudah di Injili memiliki kualitas kasih yang luar biasa.
2.
Menanggapi perkataan secara letter lect
(arti langsung).
Anak-anak sulit mengerti kiasan. Oleh karena mereka percaya saja, sehingga
kata-kata kiasan sering disalah-artikan. Contohnya jika anda mengatakan buah
yang dilarang di taman Eden adalah buah apel, kemungkinan besar anak-anak itu
tidak mau memakan buah apel karena buah dari pohon yang dilarang Tuhan.
Sebaliknya, ini sangat memudahkan kita bukan? Kita cukup menceritakan saja tentang Yesus apa
adanya seperti dalam Alkitab, maka mereka akan mengerti dari berita aslinya.
Konsentrasi anak bervariasi sesuai usia mereka.
Semakin kecil anak-anak itu, semakin cepat buyar konsentrasi mereka. Tentu
seorang guru sekolah minggu harus belajar menyampaikan Injil sesuai waktu
konsentrasi mereka. Saya mengajar anak-anak kelas balita, biasanya waktu 5
menit bercerita sudah cukup, atau 10 menit jika menggunakan gambar-gambar yang
mereka terlibat di dalamnya (puji Tuhan saya diberi talenta menggambar cukup
baik dan berguna untuk mengantar anak balita pada Yesus).
Secara emosional
mudah terpengaruh.
Ya benar, anak-anak cepat terpengaruh secara
emosional. Saya ingat ketika bercerita tentang seorang penderita kusta yang
disembuhkan Yesus (tentu dari sini saya mengajarkan kusta lambang dosa dan
tidak bisa disembuhkan oleh manusia kecuali Yesus sendiri). Saya menggambar
seorang yang kehilangan jari dan hidung karena penyakit kusta, anak-anak
terdiam sedih. Tapi ketika Yesus menjamah orang kusta itu, spidol saya
menambahkan jari dan hidungnya, dan wajah orang kusta yang tersenyum.
Anak-anakpun lega dan senang. Ya Yesus
dapat menyembuhkan kusta yang tidak ada obatnya dan menciptakan jari dan hidung
atau tubuh yang baru, sama kuasanya untuk menghapus dosa dan menciptakan
manusia baru. Haleluya!
Latar belakang keluarga sangat mempengaruhi
karakter anak.
Seperti disampaikan sebelumnya, karena anak mencontoh, tentu saja budaya,
karakter dan pola dalam keluarga mempengaruhi anak tersebut.
Ingin diberi tanggung jawab/melakukan sesuatu.
Anak-anak suka mengambil bagian terhadap tugas-tugas. Bayangkan seorang
anak kecil yang percaya Yesus turut menginjili teman-temannya di sekolahnya. Saya
pernah menginjili anak SD dengan BUTAKA (Buku Tanpa Kata), ini merupakan alat
peraga penginjilan (akan kita bahas lain waktu). Setelah menerima Yesus, anak
inipun menceritakan Injil menggunakan BUTAKA kepada teman-temannya.
Anak lebih peka dan mengerti keberadaan Tuhan.
Anak-anak jauh lebih peka tentang Tuhan daripada orang dewasa. Karena orang
dewasa sudah diracuni oleh pikiran-pikiran duniawi. Bahkan pendidikan di
sekolahpun banyak yang tidak sesuai firman Allah (contoh: teori Darwin).
Anak-anak serius dengan semua pendapat mereka.
Pernah ngobrol dengan anak-anak kecil? Kadang kita merasa anak-anak itu
tidak serius, padahal sebenarnya, kebanyakan mereka serius dalam pendapat
maupun pertanyaan mereka. Kitapun harus serius menanggapi dan menjawabnya. Apalagi
jika anak bertanya tentang Tuhan, tentu kitapun harus tahu menjawabnya, jangan
sampai kita suruh anak kita pergi bertanya ke guru sekolah minggunya, itu celaka besar.
Demikianlah sedikit
tentang psikologi anak yang praktis, masih banyak yang bisa kita gali dari sana.
Oh sekarang
anda sadar bahwa menjadi guru sekolah minggu atau orang tua Kristen itu tidak
semudah yang dibayangkan bukan? Apalagi kalau Allah mengancam kita dengan batu
kilangan dan api neraka jika menyesatkan anak-anak itu bukan? Tapi jangan kuatir. Tentu Allah mengijinkan kita memiliki
pelayanan ini karena kita pasti dimampukan oleh-Nya. Hanya saja kita perlu
memahami dan menjiwai kebutuhan terbesar seorang anak untuk diselamatkan oleh
Injil.
Penginjilan
anak dapat kita lakukan dengan berbagai cara, sebagai gambaran adalah:
1. Penginjilan dengan alat peraga.
Alat peraga bukan satu-satunya
cara memudahkan penginjilan atau menjadi daya penarik konsentrasi anak.
Alat peraga adalah salah satu cara
penyampaian berita untuk anak supaya anak mengerti berita Firman Allah yang
disampaikan. Alat peraga tidak bisa menggantikan Alkitab. Oleh karena itu anak harus selalu ditunjukkan sumber cerita adalah dari Alkitab.
2. Penginjilan lewat bercerita.
Semua orang suka cerita. Alkitab juga memakai cara bercerita
untuk menyampaikan pesan. Sejauh mana cerita itu berisi dan bisa diterima
sepenuhnya oleh anak, sangat bergantung dari pembawa cerita itu. Seluruh
kisah dan tulisan di Alkitab adalah kebenaran dan bahkan mulia dan
menakjubkan. Jika si pembawa cerita itu
menyadari dan membawakan dengan kesadaran itu, yaitu takjub dan bersemangat karena percayanya, pasti cerita itu dimengerti oleh
anak dan sangat diminati oleh anak. Karena sesungguhnya Firman Allah
itu menarik dan menakjubkan.
Mungkin anda pikir kita akan kalah bersaing dengan film-film super hero, tetapi sesungguhnya ketika Firman Allah itu disampaikan dengan takjub, ada hal-hal nir-alamiah yang lebih dahsyat daripada film-film itu, ada interaksi Roh Allah dengan guru/orang tua dan anak-anak itu. Sehingga cerita Injil jauh lebih hidup daripada film-film yang tidak memiliki interaksi dengan anak.
Saudaraku
yang dikasihi Tuhan, tentunya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu Injil (dapat dilihat
dari tulisan-tulisan sebelumnya), kita juga harus tahu bagaimana caranya masuk surga,
kita harus punya visi kenapa kita melayani anak-anak, yaitu karena kasih yang
sama yang Yesus lihat kepada kita, yaitu kematian dalam dosa jika tidak diselamatkan oleh Yesus. Kita juga harus
dekat dan mengenal Alkitab, agar berita yang kita sampaikan tentang pengampunan
dari Tuhan Yesus Kristus benar-benar tepat sesuai berita aslinya, yaitu karena
kasih karunia Allah dan bukan karena perbuatan kita. Amin.
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada
Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan
tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: “Biarkan
anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab
orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.” Lalu Ia
meletakkan tangan-Nya atas mereka dkemudian berangkat dari situ.
Matius 19:13-15
Sumber: Pengalaman dalam penginjilan anak, pelatihan-pelatihan guru sekolah minggu dan bahan PEA Bandung (Persekutuan Evanglisasi Anak).