Thursday, 15 November 2012

INJIL


Saudara terkasih dalam Tuhan Yesus, saat ini kita akan mengupas makna Injil dan memberitakan Injil. Banyak orang megaku Kristen dan percaya kepada Yesus Kristus tapi melupakan arti penginjilan. Ada yang justru meletakkan beban penginjilan kepada guru jemaat, pendeta, gembala atau penginjil.  Padahal memberitakan Injil adalah sikap dan perbuatan yang sesuai dengan perintah Tuhan Yesus, yaitu dalam Matius 28:16-20.

“Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa dari mereka ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.    Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.””.



Ketidak-terlibatan jemaat dalam memberitakan Injil mungkin karena tidak paham pentingnya dan indahnya Injil itu sendiri. Untuk itu kita akan mempelajari dan menghayati apa Injil dan mengapa menginjili itu sangat penting bagi kita.
Setiap kita yang menerima kasih karunia Allah dalam Kristus Yesus, yaitu keselamatan kekal oleh iman kepada Yesus Kristus, tentu terjadi karena kita telah mendengar Injil.  Tidak satupun manusia terselamatkan dari dosa-dosanya tanpa mendengar Injil. Bisa dikatakan, tanpa berita Injil, tidak ada orang bisa tahu bahwa ada kesempatan ditebus dosanya dan terbebas dari maut neraka.

Pengkotbah 7:20 berkata: “Sesungguhnya, di bumi tidak ada orang yang saleh: yang berbuat baik dan tak pernah berbuat dosa!” juga seperti dalam Roma 3:23 berkata: “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”. Pada prinsipnya tidak ada satupun manusia dilahirkan dan hidup lolos dari dosa dan maut.

Injil memberikan berita bahwa, Yohanes 3:16 berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”. Dan juga dalam Roma 6:23 berkata: “Sebab upah dosa ialah maut; tetapi kasih karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Haleluya!!!

Sekarang kembali pada Injil.  Pertanyaannya, apa itu Injil?
Asal kata Injil adalah dari bahasa/tulisan Gerika yaitu euaggέlion atau euangelion atau angel. Yang artinya adalah berita kebenaran (yang baik).

Menginjili berarti menjadikan orang-orang di dunia agar menjadi orang-orang benar.
Injil adalah berita kebenaran yang mengesahkan bahwa Alkitab berisi berita kebenaran. Atau Alkitab itu sendiri adalah benar. Maksudnya adalah, dengan kenyataan yang diberitakan oleh Injil maka seluruh isi Alkitab sudah digenapi. Bahwa seluruh janji keselamatan oleh penebus dosa yaitu Mesias, bukan sekedar janji dari turun temurun tapi telah digenapi dan terbukti sebagai kebenaran.

Sehingga kita dapat memastikan bahwa: “Segala sesuatu yang bertentangan dengan firman Allah dalam Alkitab adalah salah!”

Mari kita telaah lebih dalam ayat demi ayat dari topik kita ini.

Matius 28:18.  Yesus berkuasa mutlak dan absolut!
Apakah Allah berkuasa di bumi? Berkuasa atas setiap kejadian yang tidak masuk akal dan moral kita? Jika terjadi kerusuhan seperti di Ambon beberapa tahun yang lalu, terjadi Tsunami di Aceh beberapa tahun lalu, jika seseorang yang baik menderita kanker dan meninggal, dan lain sebagainya. Apakah Allah berkuasa? YA!

Ayat itu jelas membuyarkan keraguan para murid, apakah benar semua ini. Yesus menegaskan bahwa segala kuasa (otoritas) di Sorga dan di bumi ada dalam tangan-Nya. Jadi, Dialah yang empunya hak tunggal dalam hidup dan pelayanan kita, kita adalah milik-Nya.
Ayat ini juga menjadikan Yesus sebagai Bos besar kita, dan perintah-Nya adalah perintah tertinggi yang pernah ada di bumi. Tentu kita harus melakukan perintah pimpinan tertinggi kita bukan?



Lalu apa perintah tertinggi itu? Matius 28:19-20.
PERGI: berarti aktif, bukan pasif! Berarti sikap bergerak menuju dan bukan berdiam di tempat menanti. Memberitakan Injil ternyata mensyaratkan tindakan aktif, yaitu pergi menuju target, bukan diam menunggu datangnya target.

JADIKAN SEMUA BANGSA MURID-KU: berarti segala jenis manusia, segala lapisan, segala umur, segala suku dan segala bahasa.  Memberitakan Injil seperti seseorang yang terjebak di markas musuh, dikelilingi serdadu musuh, tidak lagi memilih mana yang diberondong, semua diberondongnya. Injil tidak boleh dibatasi oleh alasan apapun. Dan pastikan ini, bagaimanapun status orang itu, jika dia menerima Injil, dia berubah status menjadi sama dengan kita, yaitu murid Kristus! Perhatikan: Sebaliknya, tidak seorangpun dapat menjadi murid Kristus tanpa menerima Injil Kristus!
BAPTIS DALAM NAMA BAPA DAN ANAK DAN ROH KUDUS:  baptisan sebagaimanapun caranya (akan dibahas dalam kesempatan lain), harus memenuhi syarat utama ini, yaitu dalam nama BAPA, ANAK dan ROH KUDUS.  Tanpa meterai itu, baptisan tidak ada artinya sama sekali. Satu-satunya yang membedakan baptisan dengan aktifitas ritual lainnya yang menggunakan air (termasuk mandi, cuci muka, kehujanan) adalah nama tersebut.

Bapa adalah pencipta alam semesta, yang menjelma menjadi Anak Manusia yaitu Yesus Kristus untuk melaksanakan karya penyelamatan manusia berdosa, dan dalam semua itu (dalam Bapa maupun Anak), Roh Kudus-lah yang menjadi pelaksana sehingga semua bisa terjadi.
AJARLAH MEREKA:  pengertian aslinya adalah didiklah mereka untuk tujuan “melakukan” segala perintah Yesus. Didik bukan berarti pengetahuan saja, melainkan menjiwai dan menghidupi ajaran Yesus itu.  Sangat disayangkan banyak orang diskusi dan kursus Alkitab untuk sekedar tahu, lebih celaka lagi adalah mereka yang hanya ingin mendapat gelar atau selembar kertas sertifikat. 

Tetapi apa yang dididik? Perintah Yesus yang mana? Dari seluruh perintah-Nya dalam Alkitab, tentu termasuk juga penginjilan. Mendidik kita untuk bisa memberitakan Injil! Karena Injil selaras dengan kasih Allah.  Jika kita mengasihi seseorang tentu kita melihat dari kacamata Allah, apa yang Allah lihat? Mengapa Allah mau mengorbankan Anak-Nya demi kita?
Kasih terbesar itu terwujud dalam satu langkah awal dalam mengasihi, yaitu memberitakan Injil untuk keselamatan orang yang kita kasihi! Ini bisa berarti keluarga terdekat, orang-orang sekitar bahkan setiap orang yang kita temui.

SAMPAI AKHIR ZAMAN:  sampai kapan menginjil? Batas akhirnya adalah sampai akhir zaman.  Oleh karena itu, perintah menginjili ini berlaku juga kepada kita.  Bukan hanya di masa para rasul, namun terus berlanjut sampai akhir zaman. Saudara dan sayapun turut menerima perintah utama ini. Seiring dengan Kisah Para Rasul 2:38-39 berkata: Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberikan dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anak-mu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil Tuhan Allah kita.”.


Saudara yang terkasih. Ternyata ada perbedaan tersendiri antara mereka yang baru mendengar berita dari Yohanes Pembaptis yaitu baptisan pertobatan sebagai persiapan jalan kedatangan Juruselamat, dengan mereka yang telah mendengar Injil Yesus Kristus.  Ini dapat kita lihat dalam Kisah Para Rasul 18-19. Dalam topik lain akan dibahas lebih mendalam, namun secara singkat sebagai berikut:



Apolos adalah seorang Yahudi dari Alexandria (luar Yerusalem) yang sudah mendengar berita Yesus Kristus seperti yang diberitakan Yohanes Pembaptis. Dia fasih mengajarkan, namun hanya sebatas baptisan Yohanes. Maksudnya, dia mengajarkan tentang Yesus dan membuktikan Dia Mesias tetapi belum kisah lengkapnya bahwa Yesus itu telah mati di salib, bangkit dan naik ke surga. Kemudian Priskila dan Akwila melengkapi Apolos dengan berita Injil. 

Demikian juga ketika Paulus datang ke Efesus, dia menemukan orang-orang percaya di situ belum menerima Roh Kudus, merekapun seperti Apolos hanya mengenal baptisan Yohanes untuk pertobatan dan belum menerima/mengenal berita Injil. Kemudian Rasul Paulus melengkapi juga jemaat tersebut dengan Injil Yesus sehingga merekapun menerima Roh Kudus.

Apa maksudnya ini? Ada 2 inti utama bagi mereka yang benar-benar menerima Injil.

1.     Ternyata orang yang menerima Yesus memiliki tendensi yang berbeda karena mereka memiliki Roh Yesus. Artinya, sebaik apapun jika seseorang belum lengkap menerima Injil, maka akan terlihat bedanya, yaitu yang terdiami Roh Kudus dan yang tidak.  Dalam penginjilan, entah bagaimana, penginjil dapat merasakan dan melihat perbedaan itu dari diri seseorang yang sudah menerima Yesus. Apakah mereka sungguh telah memiliki Roh Kudus sebagai hasil menerima Injil itu (percaya).

2.     Ternyata penginjilan tidak bergantung dari kemampuan kita, tetapi bergantung pada Roh Kudus. Seperti halnya Apolos yang fasih, namun tanpa Roh Kudus, semuanya belum lengkap. Sebaliknya seseorang seperti Paulus dapat melihat kebutuhan orang lain karena Paulus memiliki Roh Kudus yang memberikan sense/rasa akan orang lain tersebut. Dan sekalipun Paulus seorang rasul yang pintar (bisa dikatakan bergelar 3 doktor yaitu: teologia, hukum, dan konseling), namun orang biasa seperti Priskila dan Akwila-pun dimampukan untuk melayani Apolos yang fasih mengajar itu. Jadi penginjilan tidak diperlukan kepintaran kita, tetapi kehadiran Roh Kudus dalam diri kita. Roh Kudus-lah yang meyakinkan orang lain akan Injil. Roh Kudus adalah pelaksana sesungguhnya dalam penginjilan, kita adalah medianya. Tentu saja media yang juga telah mendapat pengajaran sesuai perintah utama itu.

Sedikit lagi mengenai baptisan, walau kami akan mengupasnya di topik tersendiri, namun baptisan tidak terlepas dari penginjilan, yaitu baptisan adalah seperti sebuah pembedaan kesaksian dan keputusan seseorang bahwa dia menerima Injil.  Akan tetapi, jika anda meneliti lebih jauh (dan akan kita bahas kemudian) dalam Kisah Para Rasul, paling sedikit ada 5 (lima) peristiwa pembaptisan dan semuanya berbeda dalam situasi dan pengesahan Roh Kudus.

Sehingga pokok baptisan sebagai CARA menerima Roh Kudus adalah TIDAK TEPAT karena tidak ada pola yang sama ketika seseorang menerima Roh Kudus. (Ini membenarkan pembaptisan anak dalam gereja).  Esensi pembaptisan bukanlah cara menerima keselamatan ataupun Roh Kudus.

Saudara terkasih, pertanyaan berikut, mampukah kita menginjil sesuai penjabaran di atas? Yang aktif, yang menembus segala batasan, yang membawa pada keputusan (baptisan dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus), yang mengajarkan perintah Yesus?

Ya tentu saja setiap kita yang didiami Roh Kudus mampu melakukan perintah itu. Kenapa? Karena janji dari Yesus penguasa tertinggi kepada kita melekat dalam perintah itu.  Yaitu janji penyertaan Yesus bagi mereka yang menginjil sampai kepada akhir zaman. 

Penyertaan Yesus senantiasa menjamin kita, kehadiran Yesus pemilik kuasa di bumi dan di sorga menjadi kekuatan dan keberanian bagi kita sekalian. Dan tentu saja, kasih dalam hati kita, yang melihat keadaan orang lain yang akan binasa seperti kita sebelum menerima keselamatan dari Kristus, akan menggerakkan hati kita untuk memberitakan Injil.  Amin.


“…Tetapi jika seseorang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus” Roma 8:9b.




No comments:

Post a Comment