Efesus 2 :
8,9
“Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu
tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang
memegahkan diri.”
Suatu waktu ketika saya melayani di penjara, seorang “penghuni” menanggapi topik yang sedang saya sampaikan yaitu Kepastian Keselamatan. Sebagai seorang tahanan yang sedang “membayar” dosa kejahatannya, sangat sulit baginya memahami topik bahwa seseorang pasti selamat oleh karena iman saja. Sangat sulit baginya memahami arti kasih karunia. Dia bertanya: “Jika saya percaya pada Yesus, kemudian saya berbuat dosa, apakah saya masih diterima di sorga?” bahkan lebih ekstrim lagi dia bertanya: “Jika saya membunuh orang lagi? Apakah saya masih diselamatkan?”
Saudaraku
yang dikasihi Tuhan Yesus, tidak ada tempat di dunia yang lebih baik lagi untuk
kita belajar tentang kasih karunia selain di penjara (Lembaga
Pemasyarakatan/LAPAS).
Kemudian
apa jawaban kita terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut? Apakah menurut
saudara? Tetapkah keselamatan itu di dalam diri orang tersebut? Atau hilangkah
keselamatan itu? Sedangkan firman Allah berkata itu bukan hasil usahamu, itu
bukan hasil pekerjaanmu?
Jawaban saya
saat ini kepada saudara seiman kita yang dipenjarakan ini adalah: YA!
Keselamatan tetap menjadi milikmu.
Saudara
dapat membayangkan betapa tidak masuk akalnya jawaban ini. Termasuk sayapun
jika sebelumnya tidak sungguh-sungguh mendalami dan mempercayai Firman Allah,
tentu akan tergoncang dan membenarkan pikiran umum bahwa orang baik layak
mendapat surga sementara orang jahat tidak.
Terpancing untuk menyetujui bahwa perbuatan kitalah yang menentukan kita
masuk atau tidak, layak atau tidak, boleh atau tidak boleh memperoleh Surga.
Kawan kita
yang sedang “membayar” hukuman sidang dunia di penjarakan oleh kasus pembunuhan
tentu sulit menerimanya. Mengapa? Karena dia berpikir bahwa dia sedang melunasi
hutang kejahatannya. Pertanyaannya, apakah jika dia sudah selesaikan masa
hukumannya, dia menjadi bersih dan layak untuk disebut orang benar? Layak masuk
surga? Tentu tidak! Sama sekali tidak!
Bahkan bagi
seorang yang tidak mengalami hukuman penjarapun, dan selalu salehpun tidak
mungkin layak dihadapan Allah dengan segala perbuatan baiknya. Kenapa? Karena
kita semua telah berdosa, dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23; Pengkotbah
7:20). Kita semua terlahir dalam status manusia berdosa, keturunan manusia
berdosa, dan bahkan cenderung menyenangi perbuatan dosa.
Kita
berbuat dosa bahkan dalam kandungan ibu kita (Mazmur 51:7 “Sesungguhnya, dalam
kesalahan aku diperanakan, dalam dosa aku dikandung ibuku.”). Sebagai contoh,
ketika bayi dalam kandungan, saat-saat tertentu dia kesal atau iseng
menendang-nendang perut ibunya. Mungkin bagi sang ayah ini sesuatu yang
menyenangkan, tapi coba tanyakan pada sang ibu, bagaimana rasa sakitnya?
Topik
sebelumnya yaitu : 4 tawaran Iblis-manusia jatuh ke dalam dosa; telah
menjelaskan kenapa manusia itu tidak mungkin dapat menyelamatkan dirinya
sendiri dengan perbuatannya. Hanya karya penebusan Yesus Kristus yang mampu
menebus dosa manusia. Namun menyusul
dengan topik saat ini tentang Kepastian Keselamatan, pertanyaan muncul, jadi
seperti apa kepastian keselamatan itu dan hubungannya dengan perbuatan, jika
memang perbuatan baik dan benar tidak dapat menjamin keselamatan?
1. Aspek Teologis.
Kepastian
Keselamatan dapat dijelaskan dalam dua aspek. Mari kita lihat bersama apa
maksudnya.
I. ASPEK YURIDIS (HUKUM TERTULIS)
Aspek
Yuridis menjelaskan bahwa kita dihukum untuk dan dalam kematian karena dosa.
Semua itu jelas dari Kejadian Pasal 3, bahwa manusia dihukum karena berdosa.
“Jika kamu memakan buah itu, kamu akan mati!” Sesuai Firman Tuhan juga Roma
6:23a: “Sebab upah dosa ialah maut/mati!..”.
Tetapi
hukum Allah jugalah yang menetapkan kita memperoleh keselamatan yaitu dengan
percaya kepada Yesus Kristus yang sudah menggantikan kita. Tuhan Yesus sudah mengambil hukuman itu dan
menanggungnya bagi semua umat manusia.
Maka peraturan Allah sekarang adalah, mereka yang percaya pada Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, akan diselamatkan; sedangkan yang tidak
percaya, tetap dan sudah di bawah hukuman!
1 Petrus 2:24 “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam
tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup
untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”
Roma 5:9 “Lebih-lebih, karena kita sekarang telah
dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.”
Roma 5:1 “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman,
kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus
Kristus.”
Lukas 19:10 “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang.”
Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya
diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam
nama-Nya.”
Galatia 3:26 “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah
karena iman di dalam Yesus Kristus.”
Kenapa saya
berani memastikan bahwa seorang diselamatkan bukan karena perbuatannya baik
atau benar? Ya karena aspek Yuridis ini, yang ditetapkan oleh Allah sendiri.
Hukum tertulis dalam Alkitab yang memastikan kita selamat dengan iman kepada
Yesus, bukan karena kita tidak berbuat dosa lagi atau karena hidup kudus dan
sebagainya. Jikalau memang perbuatan
baik, kudus, amal dan benar kita mampu mempertahankan keselamatan kita, maka
Yesus Kristus sebagai Juruselamat hanya berlaku sekali saja, setelah itu, kita
tidak membutuhkan Dia lagi.
Tetapi
tidak demikian adanya, karena perbuatan baik kita, usaha kita untuk hidup benar
sekalipun, tidak dinilai untuk mendapatkan tiket keselamatan ke surga itu.
Hanya darah Yesus Kristus pada salib yang dinilai. Hukumnya singkat dan jelas:
Percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Penebusmu, maka dirimu diselamatkan. Jika tidak percaya, ya
tidak diselamatkan!
Sekarang
timbul pertanyaan cerdik (atau bisa dikatakan licik): “Jadi kalau percaya Yesus
untuk keselamatan, maka sekarang saya bebas berbuat sesuka hati saya bukan?
Aha…..!!!” Disinilah kita kan melihat aspek berikutnya, yaitu aspek dinamis
dalam keselamatan.
II. ASPEK DINAMIS (HUKUM TERLIHAT)
Aspek
dinamis ini adalah aspek ajaib bagi orang percaya. Aspek ini berkaitan erat
dengan peranan Roh Allah dalam diri orang percaya. Sulit untuk dipahami oleh orang yang belum
percaya pada Tuhan Yesus, karena Roh Allah atau yang lebih sering disebut Roh
Kudus, hanya berdiam dalam hati orang yang percaya pada Yesus Kristus.
Dinamis,
dunamos, dinamik, dinamit adalah sifat Roh Kudus. Dia menggerakkan orang-orang
percaya untuk hidup dan mengerti kebenaran Firman Allah. Entah bagaimana,
percaya kepada Yesus seperti “password” untuk masuk ke dalam seluruh anugerah
Allah, dan Roh Kudus inilah yang mengantarkan kita pada aspek-aspek dinamis
dari keselamatan.
Ada 5
aspek-aspek dinamis keselamatan. Yaitu:1. Aspek Teologis.
Aspek teologis merupakan aspek pertama yang
nyata dalam hidup orang percaya. Untuk pertama kali dalam hidup seseorang bahwa
dia kembali memiliki relasi dengan Allah. Dipulihkan hubungannya dengan
Penciptanya.
Sebelumnya, manusia terputus dari Allah. Sejak
kejatuhan Adam dan Hawa, seluruh keturunan Adam dan Hawa lahir di luar Taman
Eden. Taman Eden adalah lambang hubungan Allah dengan manusia yang erat, setara
dan bahagia. Dimana manusia tidak ketakutan melihat Allah. Dimana Allah bisa
berjalan-jalan mengelilingi taman sambil bercanda dengan manusia. Namun
semuanya jadi perseteruan ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Bahkan manusia
membuat Allah terpaksa menguliti hewan untuk membuatkan pakaian bagi mereka.
Ini sebuah peristiwa dahsyat.
Ketika seseorang percaya kepada Yesus, satu hal
yang pasti yang dirasakan olehnya adalah kehadiran Allah dalam wujud Roh-Nya.
Seseorang menjadi memiliki hubungan kembali dengan Allah, seperti dilayakkan dan
bahkan erat dengan Allah. Firman Allah
memastikannya dengan kehidupan Yesus Kristus. Tuhan Yesus selalu menyebut Allah
sebagai Bapa-Nya, bahkan mengajarkan doa kepada murid-murid-Nya untuk menyapa
Allah sebagai Bapa kami yang di sorga.
Suatu waktu saat pelayanan di LAI, saya bertemu
seorang gadis berjilbab yang terheran-heran mendengar kami berdoa dengan
memanggil Bapa. Kemudian dia bertanya
pada saya: “Kak, mengapa orang Kristen berdoa memanggil Allah itu Bapa?”. Tentu beranjak dari pertanyaan itu saya
menjelaskan bahwa dengan beriman pada Yesus Kristus sajalah, kami diangkat
menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Itu sesuai Firman Allah dalam
Alkitab. Sebagai anak-anak Allah kami
dapat memanggil Allah itu Bapa, demikian juga jika kami mati, kamipun akan
kembali ke rumah Bapa kami, yaitu Surga.
Alkitab bahkan lebih ekstrim lagi menyebutkan
hubungan Bapa dan anak ini, dalam Galatia 4:6 firman Tuhan: “Dan karena kamu
adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang
berseru:”ya Abba, ya Bapa!””. Sebutan
Abba ini adalah sebutan manja seorang anak kecil (Israel/Timur Tengah) kepada Ayahnya, seperti sebutan “daddy” atau “papi”.
Lihat aspek dinamis ini.
Hubungan teologis ini memberikan hak khusus
bagi orang percaya untuk berhubungan lebih erat dengan Allah. Bisa
berdoa menyebut Allah Bapa. Kehadiran
Roh Kudus juga menjadi kunci yang membuka rahasia Alkitab sehingga seorang
Kristen bisa memahami maksud dan rencana Allah lewat Firman-Nya.
Selain Roh Kudus menjadi kekuatan bagi orang
yang baru percaya untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan buruknya yang
bertentangan dengan Firman Allah, Roh Kudus juga menjadi penggoncang hati orang
percaya tersebut ketika akan ataupun saat jatuh dalam perbuatan dosa. Sehingga orang
tersebut menyadari dan segera berbalik/bertobat.
Seseorang yang benar-benar beriman pada Yesus
demi keselamatannya, tentunya memiliki aspek dinamis ini. Ini aspek yang bukan
oleh kekuatan orang tersebut, tetapi karena kehadiran Roh Allah. Kembali ke
pertanyaan awal, sanggupkah seseorang yang didiami Roh Kudus kembali sengaja
menyakiti Yesus Kristus? Tentu tidak mudah. Ketika saya balikkan pertanyaan ini
kepada saudara kita tahanan itu, dia tersenyum berkata, aku tidak mau dan tidak tega
menyakiti Yesus lagi.
2. Aspek Psikologis.
Aspek psikologis ini berhubungan dengan
kejiwaan. Saya tidak mengatakan aspek
ini adalah seperti seseorang kerasukan setan dan setelah menerima Yesus sebagai
Tuhan dan Penebus, kemudian setan itu pergi dan jiwanya tenang. Bukan itu
(walaupun mirip atau bisa juga dikatakan seperti itu).
Yang dimaksud disini adalah kedamaian jiwa
karena telah memiliki hubungan baik dengan Allah. Sebelumnya adalah seteru Allah,
kini telah diperdamaikan dengan Allah (Roma 5:1).
Keselamatan ini menghilangkan kegelisahan dan
keraguan dalam hati orang percaya. Orang yang pertama kali bertobat dan menerima
Kristus selalu menampilkan jiwa yang damai dan lega. Segala bebannya seakan
terangkat lepas. Sebuah kata-kata Yesus dalam Yohanes 14:1 “Janganlah gelisah
hatimu; percayalah kepada Allah, percaya jugalah kepadaku.”, cukup menenangkan
para murid.
Kelegaan dan kedamaian jiwa juga karena
menyadari bahwa sekarang Allah berpihak pada kita, bahwa Allah berniat dan
pasti mengantar kita kembali ke rumah-Nya. Bukan ke neraka itu. Haleluya.
3. Aspek Sosiologis.
Aspek ini menekankan perubahan dalam hubungan
dengan orang lain. Tentu ada perbedaan
yang muncul dari orang yang diselamatkan. Selain ada hubungan dengan Allah yang
pasti akan mengubahkan dari hari ke hari, juga ada kedamaian jiwa yang
menenangkan, tentu semua ini berdampak dalam hubungan sosial.
Seorang ayah yang kasar, mabuk suka menyakiti,
ketika menerima keselamatan, berubah menjadi penyayang, sabar dan rendah
hati. Seorang penyendiri dan pendendam,
menjadi seorang yang hangat dan menolong banyak orang. Tentu ada perubahan dalam diri orang
ini. Menjadi kesaksian bagi kemuliaan
Tuhan terhadap keluarga, teman dan lingkungannya.
Selain dari sisi positif, tentu juga ada sisi
negatifnya. Terutama hubungan sosial dengan orang-orang duniawi
di sekitarnya. Tuhan Yesus memperlihatkan
perbedaan ini dalam Matius 10:16 “Lihat
Aku mengutus kamu sperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah
kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.”. Ini jelas berbicara penolakan orang terhadap
iman kita. Dan ini tidak mungkin dihindari. Bisa terjadi bahkan dari keluarga
terdekat sampai dalam lingkungan pekerjaan dan sebagainya.
4. Aspek Noutis/pikiran.
Orang yang diselamatkan memiliki pikiran yang
lebih jernih. Tentu awalnya karena Roh Allah akan memberi kegelisahan atau
kedamaian untuk menegur orang percaya. Namun selanjutnya dengan mempelajari
Firman Allah dalam Alkitab, seseorang menjadi memiliki filter dalam setiap
keputusan-keputusan yang diambil.
Orang percaya akan berpikir lebih hati-hati
dalam mengambil keputusan. Semuanya harus melewati kacamata Firman Allah.
Filipi 4:6-8 “Janganlah hendaknya kamu kuatir
tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah,
yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus
Yesus. Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia,
semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar,
semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”
5. Aspek Somatis/tubuh.
Ketika seorang percaya kepada Yesus Kristus
tentunya tidak ada perubahan fisik dalam diri orang tersebut, walaupun mungkin
ada mujizat yang menyertai seperti buta melihat, lumpuh berjalan dan
sebagainya. Akan tetapi tentu bukan ini
yang dimaksud aspek somatis. Sekalipun orang yang dalam Kristus tentu mengalami
perubahan pola hidup menjadi pola hidup yang sehat.
Pola hidup sehat ini tentunya berhubungan
dengan pertobatannya. Jikalau tadinya bergantung pada rokok, alkohol, obat terlarang
dan sebagainya, tentu sekarang dengan meninggalkan itu semua, maka fisik
seseorang menjadi lebih baik. Tapi aspek somatis ini tidak semata-mata soal
kesehatan fisik, karena hal itu bisa dilakukan tanpa seorang percaya kepada
Yesus.
Aspek somatis atau tubuh ini berhubungan dengan fungsi tubuh kita sebagai alat kesaksian. Orang yang percaya Kristus menyadari bahwa jasmani/tubuhnya adalah bait Allah sekaligus persembahan untuk menjadi alat kesaksian Injil Yesus Kristus.
Aspek somatis atau tubuh ini berhubungan dengan fungsi tubuh kita sebagai alat kesaksian. Orang yang percaya Kristus menyadari bahwa jasmani/tubuhnya adalah bait Allah sekaligus persembahan untuk menjadi alat kesaksian Injil Yesus Kristus.
Roma 12:1 “Karena itu saudara-saudara, demi
kemurahan Allah aku menasehatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu
sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu
adalah ibadahmu yang sejati.”.
Saudaraku
yang dikasihi Tuhan Yesus, dari penjelasan kepastian keselamatan yang dibagi
dalam aspek yuridis dan aspek dimanis ini, tentu cukup jelas menjawab betapa
mulianya kasih karunia Allah. Tentu
seseorang harus mengecek kedua aspek ini dalam hidupnya, sehingga mereka
menyadari, apakah sebenarnya mereka memiliki kepastian keselamatan atau hanya
mengira memilikinya.
Ketika saya
kembalikan kepada saudara kita yang sedang menjalani hukuman di penjara itu,
dia dan juga teman-teman lainnya juga mengakui, bahwa mereka bukan pertama kali
tertangkap dan dipenjarakan, namun demikian, sekalipun sudah menyelesaikan
hukuman penjara, mereka terus saja dikejar rasa berdosa. Ternyata hanya kasih karunia yang dapat
memberikan keselamatan sejati, pengampunan lunas atas dosa-dosa mereka dan kedamaian.
Dan apakah
mereka, saudara dan saya akan menyia-nyiakan kasih karunia ini? Tentu tidak,
ataupun tepatnya tidak akan mudah begitu saja meninggalkan Yesus. Apalagi bagi
Yesus Kristus untuk meninggalkan kita? Itu sangat mustahil, Dia akan berjuang kalau perlu menghantam seseorang untuk kembali kepada-Nya. Oleh karena itu
saya yakin, pengorbanan Kristus pada salib jauh dan teramat jauh lebih besar
dari dosa apapun yang kita perbuat.
Sebagai
penutup, perhatikan ayat-ayat Alkitab ini dan renungkanlah:
1 Yohanes 1 : 9 “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia akan
mengampuni SEGALA dosa kita dan
menyucikan kita dari SEGALA
kejahatan.”
"Segala"
berarti semua, apa saja, dan kapan saja. Dosa masa lalu, sekarang maupun yang
belum dilakukan. Saya bersyukur pada Tuhan, bahkan sebelum saya lahir di dunia,
Dia telah memberikan kepastian bahwa pengorbanan-Nya pada salib, cukup untuk
menghapus segala dosa dan kejahatan saya.
Tentu saja saya secara yuridis dibenarkan dan secara dinamis akan
dihidupkan untuk hidup dengan penghormatan dan kasih kepada Tuhan Yesus Kristus
(sesuai pertumbuhan iman masing-masing).
1 Yohanes 5:13 “Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu,
bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.”
No comments:
Post a Comment