Saturday, 8 June 2013

DOA, media sederhana yang rumit untuk dipahami. (PRAYERS, simple medium but complicated to understand.)



(English version below)




Akhir-akhir ini aku menjadi sering menggunakan pesawat terbang untuk urusan pekerjaan.  Karena cukup sering, akhirnya perjalanan udara ini terasa nyaman senyaman menaiki taxi di daratan. Sampai suatu kali pada penerbangan terakhirku sebelum menulis ini, aku menyadari sesuatu tentang doa yang menyentak ke dalam sukmaku.

Saat itu dalam sebuah maskapai yang menerbangkanku kembali ke kotaku, aku duduk dengan rekan kerjaku, posisi kursiku di lorong pesawat, sementara rekan kerjaku di dekat jendela. Tiba-tiba rekan kerjaku menyenggolku untuk menunjukkan seorang ibu yang duduk tepat bersebelah-belahan lorong denganku. Dan apa yang dilakukan ibu itu? Dia sedang membaca Alkitab ukuran besar! Aku melihat apa yang dibacanya, itu juga bagian favoritku, bahkan pegangan hidupku, ya Mazmur 121:1-8. Dan dia berdoa!

Terbesit sesaat dalam pikiranku tentang apa yang mungkin dipikirkan ibu itu. Ah aku tersenyum, sedikit meremehkan, pikirku: “hmm pasti ibu itu takut naik pesawat… mungkin dia beriman tapi tidak cukup beriman menyerahkan hidupnya di pesawat ini… oh aku rasa mungkin dia takut mati… apa sebaiknya aku sampaikan padanya, kalau sudah percaya Tuhan Yesus tidak perlu takut lagi?”
Namun tiba-tiba aku seperti ditegur Tuhan. Aku memang sedang bergumul tentang doa. Aku sedang membaca buku tentang doa. Belum lagi aku habis membaca buku itu, sepertinya Tuhan lebih ingin menarik perhatianku ke dunia nyata.

Kenapa ibu itu berdoa? Mungkinkah sebenarnya dia mengetahui hal yang tidak aku ketahui tentang doa? Mungkinkah sebenarnya doanya bukan karena ketakutannya? Mungkinkah doanya sebagai bentuk penyerahan diri sepenuhnya pada Allah? Bukankah Iblis dan kuasa roh jahat tiap saat mencoba dan mengincar manusia? Apa lagi yang dapat kuperbuat di ketinggian sekian ribu kaki dari daratan jika kuasa jahat itu menyerang onderdil pesawat itu? Apa salahnya berdoa meminta pertolongan Allah dalam hal ini? Tidak ada yang salah! Lalu akupun tertunduk dan berdoa.

Baiklah, aku tidak akan menjelaskan tentang doa, aku tidak mengerti, akupun masih bergumul. Doa itu seperti misteri tapi sangat dibutuhkan. Seperti para murid Tuhan Yesus yang meminta Tuhan Yesus mengajari mereka berdoa, akupun masih belajar berdoa. Tetapi yang pasti tentang doa adalah doa itu penting karena Tuhan Yesuspun berdoa. Jika Dia mencontohkan hidup kebergantungan pada doa demi kesuksesan misi-Nya, maka akupun akan berdoa untuk hidupku.

Tuhan Yesus berdoa semalaman sebelum memilih 12 murid. Itupun salah satunya gagal total (Yudas si penghianat). Tuhan Yesus berdoa untuk 5 roti dan 2 ikan, kemudian semua kenyang dan tersisa 12 bakul. Dia berdoa untuk membangkitkan Lazarus. Dia juga yang berdoa di taman Getsemani dan menerima jawaban tidak dari Allah yang berbuah penyaliban.

Saat-saat tertentu, sejarah Alkitab memberitahukan bahwa doa dijawab sesuai permohonan kita (doa Ester untuk pembatalan genoside orang Yahudi, doa Elia meminta api dari langit, doa Salomo meminta hikmat, dll). Doa juga mampu mengubah keputusan-keputusan Allah seakan-akan ada ikatan emosional antara yang berdoa dengan Allah (doa bangsa Niniwe, doa Musa meminta ampun atas kebebalan Israel, doa Abraham untuk menyelamatkan Lot, doa Hizkia yang diperpanjang umurnya 15 tahun lagi, dll). Kadang doa memerlukan waktu yang sangat lama untuk diwujudkan, sekalipun berdasarkan janji-janji Allah (Abraham menanti anak, Israel yang ditindas di Mesir, orang lumpuh di kolam Bethesda, dll). Tidak dijawab atau dijawab tidakpun merupakan bagian dari doa juga (Musa tidak bisa masuk tanah perjanjian, Daud tidak bisa membangun bait Allah, Paulus meminta sakitnya disembuhkan tapi tidak disembuhkan, bahkan Tuhan Yesus di taman Getsemani harus menerima jawaban doa yang pahit yaitu meminum cawan pengorbanan di salib).

Tapi dari semuanya itu, Tuhan Yesus berdoa. Jika Dia merasa perlu berdoa, bahkan menjadikan doa sebagai pusat kehidupan-Nya (Tuhan Yesus sering pergi ke bukit atau taman atau tempat sepi untuk berdoa berjam-jam atau bahkan semalaman), tentu doa juga penting bagi kita. 

Dan kenyataannya, ada perbedaan antara orang yang berdoa dengan yang tidak berdoa. Kenyataannya, manusia selalu membutuhkan tempat curhat yang bernama doa ini, kelegaan hanya mungkin didapat dari doa. Bahkan lagu pujian dan sebagainya jika tidak dimaksudkan sebagai doa, maka itu tidak memberi kelegaan.

Doa itu media terhubung dengan Allah. Dua alam berbeda, dua derajat berbeda, dua kekuatan berbeda .. menyatu dalam doa. Dan Allah sangat menghargai doa (Kitab Wahyu mencatat ketika doa-doa orang percaya dibawa berupa dupa di hadapan Allah, maka untuk pertama kalinya Surgapun hening. Lalu doa ini dilemparkan ke bumi sebagai genderang perang yang memulai terbukanya meterai demi meterai hukuman Allah kepada penguasa roh-roh dunia).
Melihat kehidupan Doa Yesus, maka para murid bertanya, tepatnya meminta, “Tuhan, ajarlah kami berdoa….” (Lukas 11:1).

Lihatlah dipelbagai belahan dunia, berbagai macam cara orang berdoa kepada tuhannya. Setiap budaya dan agama memiliki ritual khusus tentang berdoa, bahkan membutuhkan alat bantu untuk berdoa. Ada berupa kalung, berupa tikar/alas, ada tongkat, ada alat bunyi-bunyian, bangunan, patung dan sebagainya. Bahkan doa disertai dengan pemberian khusus kepada yang disembah, katakan sesajen, darah, uang, hewan, korban manusia, dll.

Berbeda dengan Tuhan Yesus, sikap doa bagi-Nya sangat tidak terlihat. Sikap doa bagi-Nya bukan perbuatan-perbuatan. Doa bagi-Nya sebuah hubungan. Dia berkata untuk berdoa menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran (Yohanes 4:23), berdoa di tempat tersembunyi bukan supaya dilihat orang (Matius 6:1), berdoa jangan bertele-tele atau tepatnya jangan banyak alasan, tapi harus jujur (Matius 6:7), dan datang dalam doa dengan hati yang murni, tidak menyimpan akar pahit maupun membiarkan akar pahit kepada orang lain, datang dengan sikap mengampuni untuk diampuni dan karena sudah diampuni Tuhan (Matius 6:14-15). Semua ini bukan ritual, tapi sebuah pemahaman dan sifat yang harus dimiliki (zaman sekarang orang hanya memahami ritual atau tata ibadat, asal melakukan seluruh peraturan maka sudah selamat).

Kemudian Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid berdoa demikian:

“Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]”.  (Matius 6:9-13).

Mari kita lihat lebih mendalam tentang doa ini. Secara umum kita lihat, keseluruhan doa ini adalah permintaan atau permohonan. Tapi dibalik permohonan itu ada hal-hal yang Tuhan Yesus lihat menjadi kebutuhan dan memang rencana Allah bagi kita. Banyak orang mengatakan ini doa sempurna, tapi sejauh mana arti kata sempurna itu? Belum tentu orang banyak itu mengerti apa yang dia sendiri katakan sempurna.

Bagian I. Pengakuan akan Allah.

1.       “Bapa kami yang di Sorga.”

Sejak zaman purbakala sampai zaman Tuhan Yesus, tidak satupun tokoh besar dalam Alkitab yang memanggil Allah itu Bapa. Sejak Tuhan Yesus hadir, ada suatu hubungan baru yang diperkenalkan Tuhan kepada kita manusia. Sebuah hubungan kekeluargaan yang sangat erat. Memanggil Bapa kepada Allah dalam doa adalah suatu hal yang luar biasa, yang bahkan tidak pernah terpikir atau berani diucapkan oleh nabi sebesar Musa dan Elia, atau bahkan raja kesayangan Allah yaitu Daud (karena begitu sayangnya Allah kepada Daud, Dia rela menyebut Kristus sebagai Anak Daud).

Mungkin juga tren ini yang memicu murid-murid ingin belajar berdoa seperti Tuhan Yesus.  Tapi kita bisa melihat perbedaan ini sebagai cara Allah menunjukkan jati diri-Nya. Maksudnya adalah, hanya dengan memiliki hubungan dengan Tuhan Yesus, maka seseorang bisa menjadi anak-anak Allah. Percaya pada Tuhan Yesus membuat seseorang diangkat menjadi saudara Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menjadi yang sulung bagi kita umat percaya. Dia yang pertama kali mati dan bangkit dalam tubuh sorgawi, maka kitapun akan mengalaminya (Roma 8:29, 1 Korintus 15:20).

Dalam keempat Injil, kita akan menemukan beberapa julukan anak kepada Tuhan Yesus. Yaitu Anak Manusia, Anak Daud, Anak Domba Allah dan Anak Allah.

Pada suatu waktu, Tuhan Yesus menyebut diri-Nya Anak Manusia (atau Anak Daud). Ini memiliki 2 arti penting.   Secara sejarah, Tuhan Yesus dilahirkan dari keturunan Daud. Yusuf ayah-Nya adalah keturunan Daud, sekalipun secara lahiriah, Tuhan Yesus bukan sedarah dengan Yusuf. Karena Tuhan Yesus di kandung oleh Roh Kudus dalam tubuh perawan Maria. 

Dari sisi ini, kelahiran Tuhan Yesus yang sudah dinubuatkan ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu (Contoh Nabi Mikha menubuatkan tepat lokasi kelahiran-Nya – Mikha 5:1 dan Yesaya 7:14 memberitahukan sebutan Imanuel seperti juga yang disebutkan Malaikat kepada Maria dan para gembala ketika Yesus lahir, sementara Yesaya 52-53 menceritakan detail penyaliban-Nya), sehingga ini menjadi bukti otentik bahwa Allah Israel adalah satu-satunya yang sejati, dan Allah itu pula yang menjadi manusia dalam citra Yesus Kristus sebagai penunjuk jalan bagi kita kepada Allah sejati itu sendiri. Allah yang menjadi manusia, Imanuel berarti Allah beserta manusia. (Yahudi dan kepercayaan lain masih menolak kenyataan ini, sehingga masih menunggu sang penunjuk jalan kebenaran. Padahal Dia sudah datang).

Selain secara sejarah, secara simbolik Anak Manusia juga berarti sebagai perwakilan manusia di hadapan Allah. Karena manusia telah berdosa dan tak satupun manusia layak di dunia ini (Roma 3:23), maka tidak ada yang pantas mewakili manusia di hadapan Allah selain Tuhan Yesus. Upah dosa ialah maut (Roma 6:23).

Sepanjang sejarah, Allah mengajarkan bahwa penebusan dosa harus dilakukan dengan kurban darah domba jantan yang tidak bercacat cela. Tetapi apakah dosa manusia dapat dihapuskan dengan darah hewan? Tentu tidak. Hewan tidak sederajat dengan manusia. Ini hanyalah simbol dan gambaran akan masa mendatang. Pada titik inilah, Anak Manusia memawakili manusia untuk menebus dosa manusia, menjadi Anak Domba Allah.

Ketika Abraham diperintahkan menyembelih Ishak keturunan sahnya, kemudian Allah menghalangi tangan Abraham yang menghujamkan pisau ke Ishak. Lalu menggantikannya dengan seekor domba yang tersangkut di semak belukar. Demikianlah gambaran Anak Domba Allah yaitu Tuhan Yesus yang dimaksudkan sebagai pengganti penebusan dosa manusia. Karena hanya Dialah satu-satunya yang tidak berdosa (bukan sedarah dengan Adam), dan hanya Dialah kurban sejati yang dari Allah. 

Penyaliban-Nya adalah sebuah pengorbanan yang teramat besar. Raja Sorga merendahkan diri sehina itu demi kita. Renungkanlah sejenak, kita ciptaan berdosa, menyiksa Pencipta kita dengan keji, sementara Dia menerimanya untuk memberi jalan keselamatan dari dosa-dosa kita. “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh (diselamatkan).” 1 Petrus 2:24.

Sebutan Anak Allah jelas menyatakan status ke-ILAHI-an Tuhan Yesus.  Dia…katakanlah…Allah yang menyamar mengunjungi manusia. Menyebut diri-Nya Anak Allah sehingga dapat memberikan contoh hubungan anak-bapa ini dalam kerohanian kita. Doa menyebut Allah sebagai Bapa-Nya jugalah yang mengundang amarah orang Yahudi dan mengantarkan Tuhan Yesus pada salib.  Tapi tanpa Anak Allah, maka kita tidak pernah benar-benar mengenal Allah itu sendiri. “Like father like son”, mengenal Tuhan Yesus sebagai Anak Allah, berarti mengenal Bapa-Nya yaitu Allah sendiri.

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” (Injil Yohanes 14:6,7).

“Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” (Injil Yohanes 14:11).  Pekerjaan-pekerjaan itu merujuk pada pengajaran dan perbuatan mujizat Yesus (air menjadi anggur, lumpuh puluhan tahun sekejap dibuat berjalan, tuli mendengar, buta dari lahir dibuat melihat, kusta sembuh normal kembali, mati dibangkitkan, memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan, dll dll), pekerjaan yang hanya mungkin diperbuat oleh Allah sendiri bukan oleh manusia biasa.

Tapi yang paling meneguhkan dan memeteraikan Tuhan Yesus sebagai Anak Allah adalah kebangkitan-Nya pada hari ke-3 dari kematian-Nya pada salib. Kebangkitan yang dapat dikonfirmasi lebih dari 500 orang yang bertemu Tuhan Yesus setelah bangkit.  Bahkan kebangkitan yang sampai saat ini membuat seorang Kristen rela mati demi kebenaran itu (Sejarah mencatat pada masa Kaisar Nero di Roma, kekristenan adalah tiket menuju hukuman mati yang mengerikan, ada yang dipancung, dijadikan obor, dipertontonkan dalam gladiator. Namun semua rela martir demi kebenaran itu. Sampai suatu waktu, seorang Kaisar lainnya yaitu Agustinus-pun berlutut menjadi Kristen dan mendirikan Katolik Roma). Sebutan Kristen pertama kali muncul untuk menunjukan pengikut Kristus di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:26).

Bapa kami yang di sorga! Cukup singkat kalimatnya namun sangat mendasar bagi doa itu sendiri. Tidak ada satu doapun yang benar-benar terarah tanpa alamat ini. Dan untuk menyebut Allah itu Bapa, seseorang harus memiliki relasi iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” (Yohanes 1:12).  “Dan karena kamu adalah anak, maka Allah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru:”ya Abba, ya Bapa!”” (Galatia 4:6). Ket: Abba adalah sebutan manja anak Israel kepada Ayahnya, seperti sebutan “daddy” dalam budaya Amerika.

Milikilah hubungan ini terlebih dahulu, barulah berdoa! Beriman pada Tuhan Yesus adalah mutlak untuk berdoa. Tanpa itu, doa kita tidak jelas kepada allah yang mana. Hanya satu Allah yang hidup. Itulah Bapa yang ditunjukkan Tuhan Yesus.

2.       “dikuduskanlah nama-Mu”

Dikuduskan memiliki arti yang berbeda dengan kesucian. Kudus berasal dari kata “Kadosh” yang artinya dipisahkan secara khusus. Sementara suci adalah tidak berdosa/bercela. Kita bisa menguduskan, tapi tidak bisa menyucikan. Hanya pengorbanan Yesus yang lengkap menguduskan dan juga menyucikan kita dari dosa-dosa.

Orang Israel sangat memahami “kadosh”, karena sejak zaman Musa, Allah sendiri membentuk budaya mereka dengan istilah kudus. Mereka bangsa yang kudus. Yaitu bangsa yang berbeda dari suku bangsa lainnya di dunia. Sewaktu keluar dari Mesir, bangsa Israel tidak memiliki budaya yang pasti. Mereka tumbuh dengan budaya Mesir tapi hidup sebagai budak. Mereka tidak murni hanya anak-anak Yakub saja, tetapi banyak juga bangsa-bangsa lain menempel turut serta melarikan diri dari Mesir. Namun di padang gurun selama 40 tahun, Allah sendirilah yang menguduskan bangsa Israel.

Allah sendiri yang menurunkan Taurat dan segala peraturan-peraturan kehidupan sehari-hari bangsa Israel. Dari waktu tanam sampai menuai, dari hubungan keluarga dan orang asing, dari masalah kestabilan ekonomi (tahun Yobel) sampai masalah perbudakan. Bangsa Israel benar-benar berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Oleh karena itu, setelah tiba di tanah perjanjian yaitu Kanaan, Allah murka dengan bangsa Israel karena mereka bercampur secara sosial/perkawinan dan budaya/agama dengan bangsa-bangsa sekitarnya. Bangsa Israel tidak kudus lagi, tercemar karena mengikuti allah-allah kafir, sehingga akhirnya Allah membuat mereka di buang ke Babel dan sampai zaman Tuhan Yesus bangsa Israel dijajah Romawi.

Kudus ini juga sangat jelas dalam pemilihan hewan kurban yang akan disembelih dan dibakar di mezbah Tuhan. Domba yang dikuduskan adalah yang dipilih sejak awal, yaitu yang jantan, tidak bercacat cela, tidak timpang, sehat dan gemuk. Yang terbaik yang dipisahkan dari domba-domba lainnya.

Dalam doa, kita menguduskan nama Allah. Artinya melakukan sebuah titik meditasi yang tidak menghiraukan hal lain dan mengutamakan nama Tuhan kita. Siapakah nama Allah? Ya benar, Yesus Kristus.

Musa pernah bertanya, siapakah nama-Mu? Allah menjawab, Aku adalah Aku (Keluaran 3:14), Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku aku belum menyatakan diri (Keluaran 6:2).

Sementara Tuhan Yesus jelas mengatakan (dan ingat, ini dibuktikan dengan ke-ILAHI-an-Nya yang bangkit dari antara orang mati), “Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia.” (Yohanes 17:6) “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.” (Yohanes 17:11). Jadi nama itu adalah nama Tuhan Yesus Kristus.

Menguduskan nama Tuhan Yesus adalah memisahkan segenap alam doa kita dari hal-hal lain. Ini seperti mengkhususkan diri kita untuk terhubung dengan Allah. Dalam doa, kita seharusnya datang untuk bertemu atau terhubung dengan Allah. Seperti mematikan semua radio, televisi, atau mencari tempat sunyi, keluar ruangan yang berisik, menjauhi keramaian SAAT kita hendak menerima telepon penting.

Saya teringat ketika saya masih bekerja di perusahaan lama saya, kemudian membuat janji untuk interview via skype atau telepon dengan perusahaan lainnya. Saya benar-benar menyiapkan segala sesuatunya. Memenuhkan baterai handphone saya, memastikan laptop terhubung dengan arus listrik, berulang-ulang menguji koneksi internet saya untuk skype. Bahkan saat sebelum waktunya, saya memerintahkan agar tidak diganggu, mengunci ruang kantor saya. Saya menguduskan interview saya.

Dikuduskanlah nama-Mu, tentunya berhubungan dengan kesiapan hati kita untuk terhubung dengan Tuhan. Ini adalah bentuk pengakuan atas pentingnya doa itu sendiri. Atau seperti momen interview saya tadi, doa adalah suatu yang sangat penting bagi kita. Doa sebagai pengakuan akan Allah yang penting dalam hidup kita!

3.       “datanglah Kerajaan-Mu”

Tentu saya tidak perlu menjelaskan gambaran apa yang terjadi jika kerajaan Allah datang ke dunia ini bukan? Atau baiklah kita bayangkan bersama.  Seluruh pasukan malaikat Allah dengan perlengkapan perang beserta jendral-jendaralnya datang berjuta-juta jumlah pasukannya dan di tengah-tengah mereka melayang kereta megah bersinar dan beroda api yang ada Allah duduk di atasnya. Serentak nafiri berbunyi dan senjata menghamburkan seluruh peluru dan rudal-rudalnya menghantam Pentagon, semua istana kepresidenan dan kerajaan yang ada di bumi. Para kesatria malaikat beterbangan menghajar semua tentara Amerika, Rusia, Cina, PBB maupun NATOdan kawan-kawan dengan ayunan pedang berapi mereka. Saya rasa kengerian perang teluk tidak akan diingat lagi dibandingkan perang Armageddon atau akhir zaman ini bukan?

Sekali lagi para murid yang notabene orang Israel tidak akan bingung dengan doa datanglah kerajaan-Mu ini. Karena mereka dipenuhi kisah-kisah peperangan kerajaan sejak kecil. Yang terbesar yang mereka sangat agungkan adalah kerajaan Daud.  Itulah sebabnya kaum Yahudi masih menantikan Mesias atau Kristus. Karena gambaran mereka tentang Mesias atau Kristus sangat sempit seperti kerinduan mereka mendirikan lagi kerajaan Israel seperti zaman Daud.  Harapan mereka, Mesias atau Kristus akan memimpin pemberontakan dan menghajar penjajah Romawi dengan kuasa ajaib seperti zaman hakim-hakim dan raja-raja mereka dulu. Padahal, rencana Allah untuk kedatangan Mesias atau Kristus jauh lebih besar dari itu, yaitu penyelamatan umat manusia dari dosa yang adalah kuasa sengat Iblis dan upah dosa yaitu maut.

Tetapi mengapa doa ini dimasukkan Tuhan Yesus dalam doa Bapa kami? Ini memiliki 2 arti yang mendalam. Arti pertama tentu penaklukan diri.  Kita harus mengingini ditaklukan oleh kerajaan Allah. Kita harus mau tunduk kepada peraturan kerajaan Allah itu sendiri.  Kita harus sadar, bukan kita yang membuat peraturan, tapi Dia.  Seperti pada akhirnya Tuhan Yesuspun berkata  dalam doanya sebelum di salibkan: “bukan kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu Bapa yang terjadi.”

Arti kedua berupa harapan. Kita harus berharap bahwa kerajaan Allah akan datang ke bumi ini. Suatu saat, dupa doa-doa orang benar, akan menjadi dentuman awal datangnya Kerajaan Allah itu. Kita bodoh jika berharap bumi akan menjadi lebih baik, atau melestarikan dan membuat bumi lebih hijau. Kita bisa berusaha, tapi Allah sudah menyampaikan. Pada akhir zaman, Kerajaan-Nya dipimpin Raja Kristus akan datang untuk memerangi Iblis dan pengikutnya di bumi, sampai satu batu tidak tergeletak di atas batu yang lain.  Dan orang-orang percaya akan diangkat dan diberikan bumi dan langit yang baru. (Kitab Wahyu)

4.       “jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”

Tuhan Yesus pasti tahu benar perbedaan bumi dan sorga. Melebihi siapapun, Tuhan Yesus satu-satunya yang turun dari sorga ke dunia. Hanya Tuhan Yesus satu-satunya sumber informasi yang terpercaya saat itu untuk menjelaskan sorga. Bahkan dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus pernah beberapa kali mencoba memasukkan gambaran sorga ke dalam pemahaman orang-orang bumi. Dia beberapa kali memberi perumpamaan tentang hal kerajaan sorga.

Kontrasnya adalah, di sorga, apapun perkataan dan kehendak Bapa, akan dipatuhi dan dilakukan. Sementara di bumi, tidak! 

Kita bisa membaca dalam perjanjian lama, bagaimana Allah Israel seakan-akan frustrasi menghadapi kebebalan bangsa Israel. Bahkan menyebut mereka tegar tenguk.  Baru saja dibelah laut Teberau dan mereka berjalan menyeberang di tanah kering, tak lama kemudian beda beberapa hari bangsa ini bersungut-sungut karena tidak ada air di gurun. Bahkan sampai merengek balik ke Mesir dan ada yang mengancam lebih baik mati saja. Kurang apa dahsyatnya namun masih bersungut-sungut? Banyak lagi kasus yang demikian sampai akhirnya akibat berhala anak lembu emas itu, Allah hampir memusnahkan bangsa itu, kalau saja Musa tidak berdoa dan ber-argumentasi dengan Allah (Keluaran 32:9-14).

Seperti halnya kita meminta kedatangan Kerajaan Allah, demikian juga Tuhan Yesus mau kita memahami dan merindukan kehendak Allah jadi dalam hidup kita. Kehendak-Nya yang membawa damai sejahtera di sorga, itu yang menjadi kerinduan kita untuk terjadi di bumi (dan diri kita). Kehendak itu adalah rencana Allah yang indah dan mulia.


Bagian II. Pengakuan ketidak berdayaan tanpa campur tangan Allah.

1.       “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya”

Satu hari bagi orang Israel dimulai pada jam 6 Sore dan berakhir pada jam yang sama keesokan harinya. Bisa dikatakan kalau mereka memulai hari bukan dengan sarapan pagi tetapi dengan makan  malam. Sementara bagi sebagian besar bangsa di dunia, memulai hari setelah bangun pagi, bagi bangsa Israel memulai hari sebelum tidur malam.  Seakan-akan, tidur di malam hari adalah bagian dari hari yang didoakan. Sebaliknya kita, sepertinya menyepelekan malam hari.

Kontradiksi pada zaman Tuhan Yesus dengan zaman kita sangat besar. Pada zaman Tuhan Yesus bangsa Israel dijajah bangsa Romawi. Sebagai bangsa yang dijajah tentu tidak memiliki kemakmuran sejati. Mereka makmur jika diijinkan makmur. Mereka harus membayar pajak kepada kekaisaran Romawi. Rakyat yang dijajah miskin, hanya segelintir tokoh dan pejabat dari bangsa Israel yang “diurus” oleh penjajah agar bisa membantu menertibkan rakyat. Oleh karena itu rakyat Israel sangat membenci pemungut cukai, karena bekerja untuk penjajah. Pemungut cukai digolongkan orang berdosa seumpamanya pelacur dan penderita kusta.

Zaman kita agak sulit memahami berikanlah makanan kami yang secukupnya. Sementara kita hidup dalam dunia serba fastfood. Tiap hari ada yang bahkan berjualan lewat depan rumah kita. Toserba ada di setiap sudut kota. Kulkas kita berisi makanan untuk seminggu bahkan ada untuk sebulan. Jadi bagaimana doa ini menjadi penting? Padahal doa ini jelas menunjukkan ketergantungan kita pada pemberian Allah untuk sehari.

Dari doa ini, sepertinya Tuhan mengajari kita untuk melangkah sehari demi sehari. Tidak seperti penawaran jasa asuransi jiwa dan kesehatan yang merinci bulanan dan tahunan. Tuhan hanya meminta kita mendoakan untuk hari ini dan itupun secukupnya.

Mungkin saya harus merubah cara saya berdoa. Mungkin kita harus melihat hari ini dan mendoakan hari ini. Mungkin Tuhan ingin mengingatkan, yang kita miliki adalah hari ini, bukan besok. Hidup tanpa jaminan hari esok apalagi hari tua.  Tidak ideal di zaman sekarang untuk berpikir demikian bukan?

Tapi bukan berarti kita tidak boleh hidup dalam perencanaan dan asuransi. Tetapi doa membawa kesadaran, bahwa saat berdoa itu adalah saat menyadari fananya hidup kita. Bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk hidup kita. Kita bersandar atas apa yang diberikan Allah kepada kita, yaitu seluruhnya. Nafas kita, detak jantung kita, aliran darah kita, semuanya seperti roti yang diberikan Allah secukupnya bagi kita. Kita meminta bukan untuk yang jauh di depan, kita meminta yang hari ini saja. Tidak cuma roti dan rezeki, lebih daripada itu, Tuhan ingin kita melihat berkat dan penyertaan-Nya hari ini. Dan itu dimulai sebelum jam makan malam (tidur yang cukup juga berkat Tuhan, jangan di korting).

2.       “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kamu juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”

Melihat urutan selanjutnya agak sulit diterima secara emosi bagi manusia. Awalnya saya berpikir Tuhan salah menempatkan doa ini. Namun mengecek catatan Injil demi Injil, tidak ada yang salah dengan urutan ini. Tapi secara manusia, saya pikir, lebih baik minta diampuni dulu baru meminta kebutuhan roti dan ini itu bukan?

Ternyata tidak begitu cara Tuhan Yesus mengajarkan doa. Dia ingin kita memahami doa sebagai komunikasi yang jujur dan akrab dengan Bapa. Tidak seperti seorang yang bermaaf-maafan dahulu, baik-baik dulu, lupakan dulu, lalu meminta sesuatu, itu munafik dan kaku seperti dengan orang yang tidak dikenal. Bapa tidak seperti itu tampaknya.

Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni kesalahan orang lain, memiliki makna yang dalam tentang pengampunan. Pengampunan bukan alasan untuk membolehkan permintaan. Tidak seperti itu caranya. Tidak seperti doa pengakuan dosa bersama di gereja yang diucapkan secara liturgi kemudian seperti cuci gudang dosa. Lalu layak untuk minta ini itu. Tidak! Doa Bapa kami mengandung tanggungjawab dalam pengampunan.

Pada saat itu, karya penyaliban belum dilaksanakan oleh Tuhan Yesus.  Seandainya sudah, tentu segala dosa dan kejahatan telah disucikan Tuhan Yesus pada salib. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Perhatikan kata “segala”. Pengampunan “segala” dosa (masa lalu, sekarang maupun yang belum terjadi), menyucikan “segala” kejahatan (perubahan/pemangkasan tabiat dan pola pikir jahat hari demi hari semakin ditelanjangi, dan tentu itu proses yang menyakitkan). Jadi doa Bapa kami tidak bermaksud berulang-ulang meminta ampun atas dosa. Tapi lebih kepada relasi kita dengan Tuhan dan sesama.

Pada “catatan kaki” doa ini, Tuhan Yesus berkata: “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 6:14,15).  Jadi ini mengajarkan bahwa ketika kita masuk ke dalam doa, kita harus datang dengan hati yang terbuka dan beres.

Ada orang-orang, yang entah mengapa, memendam sakit hati dan kebencian, atau rahasia kepahitan. Kebanyakan itu adalah sikap tidak mau mengampuni (baik diri sendiri maupun orang lain, bahkan terhadap Tuhan). Kita berpikir lebih mudah mengampuni daripada minta ampun. Jika kita datang kepada orang minta maaf, rasanya malu dan jika kita berhasil, rasanya kita sangat berjiwa besar. Tapi ternyata terbalik, mengampuni justru lebih sulit.

Minta ampun mudah, apalagi kepada Allah, jauh lebih mudah bukan? Tapi mengampuni terhadap kejahatan orang lain itu tidak mudah. Korban pemerkosaaan/pelecehan, bully, kehilangan anggota keluarga karena pembunuhan, dikhianati, dll akan sulit mengampuni. Tetapi kebencian dan sakit hati itu seperti menyimpan makanan busuk dalam lemari es. Bayangkan jika dibuka, baunya makin hari makin membusuk. Demikian mereka yang memendam akar pahit dan sakit hati, akan menderita sendiri dan makin menderita selama masih dipendam.

Bukan berarti karya keselamatan Tuhan Yesus terhalangi oleh doa ini, tetapi sebagai wujud tidak menghargai karya itulah yang tidak diampuni Bapa di sorga. Maksudnya begini, jika seorang tidak mengampuni kesalahan orang lain, sedangkan dia sendiri berdosa pada Allah sehingga Anak Allah disalibkan untuk mengampuni dia, bukankah itu tidak menghargai karya pengorbanan Tuhan Yesus? Itulah yang tidak diampuni Bapa di sorga, yaitu sikap yang tidak menghargai pengorbanan Putera-Nya pada salib. Kau sudah diampuni, kau tidak punya hak untuk tidak mengampuni orang lain yang bersalah padamu. Kita harus mengampuni.

Tidak ada obat untuk segala kepahitan, kebencian, dendam, iri, dan sebagainya itu selain mengampuni. Seperti yang sebelumnya dipaparkan, doa membawa kelegaan. Mengampuni adalah menyambut kelegaan dari Allah.  Kita harus menyelaraskan hati kita dengan hati Bapa dalam doa. Dan Bapa kita maha pengasih dan maha penyayang, dan….pengampun!


3.       “dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat”

Ketidak berdayaan untuk menghidupi sehari sudah, ketidak berdayaan untuk menghapus dosa sendiri sudah. Kemudian Tuhan Yesus menunjukkan ketidak berdayaan kita dalam pencobaan.

Seperti pada awal tulisan ini, seorang ibu menghentakkan saya karena berdoa. Entah apa alasannya berdoa di pesawat itu, aku tidak tahu. Tapi kenyataannya kita memang rentan terhadap serangan kuasa jahat. Pencobaanku saat di pesawat itu adalah kenyamanan dan kebiasaan yang membuatku kurang mengandalkan Tuhan. Padahal aku sangat bergantung pada Dia di atas ketinggian sekian ribu kaki di langit itu. Tak ada yang bisa kubuat untuk menyelamatkan diri jika beberapa baut saja iseng dicabut sang Iblis. Kurasa malaikat Tuhan sedang menjaga keluar masukku sejak dahulu, sekarang dan selama-lamanya (Mazmur 121:8).

Tuhan Yesus tahu, berdoa merupakan bagian penting dalam peperangan rohani. Mungkinkah Tuhan Yesus mengajarkan untuk berdoa dan berjaga-jaga sebagai satu-satunya pertahanan terbaik kita dari panah api si jahat? Ya, saya rasa demikian! Doa dapat melepaskan dan meluputkan kita dari yang jahat. Kita harus berdoa setiap waktu, seperti bernafas. Karena kuasa Iblis pun giat mencari celah untuk mencelakai kita.

Selain itu, seperti halnya doa meminta secukupnya, mengampuni sesama, doa lepaskan dari yang jahat inipun memiliki tanggung jawab. Kita berdoa meminta Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan, itu berarti kita aktif juga menjauhkan diri dari pencobaan bukan?  Bagaimana bisa Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan jika kita sedang mengejar dan bahkan terjun bebas kepada pencobaan?

4.       “Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

Bagian yang terakhir ini merupakan kalimat tambahan atau penegasan. Setiap anda melihat tanda [….] pada ayat-ayat Alkitab, itu artinya ditambahkan oleh sokoguru Gereja. Atau bukan berasal dari tulisan aslinya.  Tentu ada maksud penambahan itu yang diterima oleh bapak-bapak Gereja mula-mula. Biasanya kalimat itu sebagai pelengkap, kepantasan ataupun penjelasan.

Untuk “doa Bapa kami” yang diajarkan Tuhan Yesus ini khusus ditambahkan sebagai pelengkap dan kepantasan. Karena doa ini berupa pengajaran awalnya, kemudian menjadi doa yang diucapkan oleh murid-murid dan orang Kristen mula-mula, oleh karena itu kalimat pujian dan pengakuan ini ditambahkan sebagai penutup doa ini. Kita meyakini, walaupun ini merupakan kalimat tambahan, namun arti dan tujuannya jelas diilhami oleh Roh Kudus.

Karena Engkaulah yang empunya, merupakan seruan kita mengakui dan mensyukuri bahwa kita sangat bergantung pada Bapa di sorga. Kita mendeklarasikan bahwa tidak ada yang lain. Kita bergantung penuh pada Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dialah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.  Dan deklarasi ini pun di jalani dengan banyaknya martir dari orang percaya. Karena dengan deklarasi ini, tidak seorang kristenpun mengakui kerajaan/pemerintahan lainnya, kuasa/otoritas lainnya, kemuliaan lainnya selain Bapa di sorga.

Saudara yang dikasihi Tuhan. Bagi saya pribadi, doa Bapa kami adalah doa yang berat karena semua sangat membutuhkan pengakuan kita. Tidak sekedar dihafalkan tetapi makna didalamnya, kata demi kata, membuat kita seperti terikat perjanjian. Saya juga tidak mengatakan doa Bapa kami adalah doa sempurna dan doa-doa lain tidak sempurna, saya tidak setuju itu dan saya yakin Tuhan juga tidak setuju itu.

Doa Bapa kami seperti kerangka yang menjelaskan doa kepada kita tetapi bukan pola apalagi kalimat syahadat orang Kristen. Siapa saja dapat mengucapkan doa ini tanpa arti bukan? Banyak orang di gereja berantem tapi serempak berdoa Bapa kami bukan? Jadi bukan itu doa sempurna. Tapi lebih ke membuka kerangka berpikir kita tentang doa.

Doa Bapa kami bisa meluas menjadi berbagai topik dalam hidup kita. Tidak hanya roti sehari, bisa berbagai aspek termasuk anak yang hari ini belum pulang dari pelariannya, atau pertengkaran suami isteri, atau perselingkuhan dll. Tapi apakah doa yang sempurna itu?

Melihat dari berbagai tokoh di Alkitab, ternyata doa yang sempurna itu adalah doa yang jujur dan bergantung pada Allah (yang ada juga dalam pengertian Doa Bapa kami), bersifat pribadi dengan Allah dan bukan untuk pamer di depan orang lain. Kita bisa lihat doa dalam kitab Mazmur. Begitu banyak kejujuran, frustrasi, keluhan bahkan protes pada Tuhan. Yang akhirnya kembali pada pengakuan akan kasih kedaulatan Tuhan. Seorang nabi Yeremia menulis satu buku berisi doa ratapan, bahkan kadang dia berseru Tuhan tidak peduli padanya lagi.  Abraham tawar menawar dengan Tuhan soal Sodom dan Gomora. Abraham juga tertawa saat dijanjikan anak pada usia 90 tahun. Seorang bernama Yabes berdoa dengan berseru seakan lebih mirip permintaan frustrasi yang berani. Hana menangis berdoa seperti orang mabuk karena kata-katanya tidak jelas disela-sela isakan tangisnya. Dan Tuhan menjawab mereka!

Saya tidak mengerti rumusan doa. Yang saya bisa pahami, doa adalah media atau ruang dimensi lain untuk pertemuan/terhubung dengan Allah yang penuh misteri. Allah senang dengan doa. Allah tidak pernah menolak mendengar doa kita. Allah tidak marah saat kita mencurahkan segala kemarahan kita atau ketakutan-ketakutan kita di dalam doa. Allah sangat menghargai doa-doa kita.

Bahkan, Allah sangat menantikan kita berdoa, mendengar kita memanggil Dia   “ya Abba…..ya Bapa!” (I cry when I write this line). Allah merindukan saya dan merindu hendak berbicara dengan saya. Seperti kekasih yang tersiksa oleh rindu yang dalam, Allah Bapa di dalam Kristus Yesus, ingin segera melompat ke dalam media doa saat kita datang berdoa pada-Nya. Inilah yang saya mengerti saat ini tentang doa. 

Amin. Tuhan Yesus memberkati kita semua.







English version:

PRAYERS, simple medium but complicated to understand.

Lately I became frequent use of aircraft on business. Because quite often, it finally feels comfortable air travel as convenient as a taxi ride on the mainland. Until one day on my last flight before writing this, I realized something about prayer that jolted into my soul.

It was in an airline to fly me back to my city, I sat down with my colleague, the position of my seat in the aisle, while my co-worker at the window. Suddenly my colleagues, she nudges to show me of a mother who sat next of my aisle. And what she was doing? She was reading a large Bible! I saw what she read, it is also my favorite part, even grip my life, and yes Psalm 121:1-8. And she prayed!

Moment occurred in my mind about what might be considered the mother. Ah I smiled, a little underestimating, I thought: "hmm sure this mother was afraid to fly ... maybe she is not quite faithful believers but surrender her life on this plane ... oh I guess maybe she was afraid to die ... what should I tell her, if you believe in God Jesus does not need to be afraid anymore? "

But suddenly, I was like God rebuked. I was struggling about prayer. I'm reading a book about prayer. Before I finished reading the book, it seemed like God wanted me to draw attention to the real world.
Why is this woman pray? Could she actually know the things that I don’t know about prayer? Could not she actually praying not because of fear? Could it be her prayer as a form of surrender completely to God? Is not power of Satan and evil spirits always tried also targeting human? What else can I do at so many thousands of feet from the mainland if the powers of evil just attacked the plane parts? What’s wrong to pray for God's help in this regard? There is nothing wrong! I will then bow and prayed too.

Well, I'm not going to explain about prayer, I do not understand, I was still struggling. Prayer is like a mystery but it is needed. Like the disciples of the Lord Jesus asked Jesus to teach them to pray, I was still learning to pray. But certainly about prayer is that prayer is important because the Lord Jesus went to pray. If He exemplifies the life dependence on prayer for the success of his mission, then I will be praying for my life.

Jesus prayed all night before choosing the 12 disciples. And that's one of them total failure (Judas the traitor). The Lord Jesus prayed to 5 bread and 2 fish, then all satisfied and the remaining 12 baskets. He prayed for the raising of Lazarus. He also prayed in Gethsemane and receive an answer from God that bear crucifixion.

Certain moments , the history of the Bible tells us that our prayers are answered as requested ( Esther prayer for cancellation of genocide of the Jews , prayer Elijah asked the fire from the sky , Solomon's prayer for wisdom , etc. ) . Prayer is also able to alter the decisions of Allah as if there is an emotional bond between the prayer with God ( prayer the people of Nineveh , Moses prayer asking forgiveness for his ignorance of Israel , the prayer of Abraham to rescue Lot , Hezekiah prayer which makes extended 15 years old , etc. ) . Sometimes prayer requires a very long time to be realized , even if based on the promises of God ( Abraham got offspring , Israel oppressed in Egypt , the lame at the pool of Bethesda , etc. ) . Not answered or answered with " no " , is part of the prayer as well ( Moses could not enter the Promised Land , David could not build the temple of God , Paul asked his illness cured but he was not cured , even the Lord Jesus in Gethsemane must accept the bitter answer to prayer ie drink the cup of sacrifice on the cross ) .

But most of all, the Lord Jesus prayed. If He felt the need to pray, even Jesus made ​​prayer as the center of his life (the Lord Jesus often went to the hill or the park or a quiet place to pray for hours or even overnight), then of course prayer is also important for us.

And in fact, there is a difference between people who pray towards that do not pray. In fact, people always need a place to vent called this prayer, relief may be obtained only from prayer. Even the songs of praise and so on, if not intended as a prayer, then it does not give relief.

Prayer is a medium to connect with God. Two different realm, two different degrees, two different powers .. united in prayer. And God would appreciate prayer (Revelation noted when the prayers of believers were brought in the form of incense before God, then for the first time Heaven was silent. Then prayer is thrown to the ground as the drums of war, which started the opening one by one the seal of God's judgment to the spirits of ruler of the world).

Seeing prayer life of Jesus, the disciples wondering, precisely requesting, "Lord, teach us to pray ...." (Luke 11:1).

Look at the various parts of the world, in various ways people pray to god. Every culture and religion has a special ritual of praying, even require tools to pray. There is a necklace, a mat / pad, sticks, musical instrument, buildings, statues and so on. Even prayer is accompanied by a special provision for who is worshiped, said offerings, blood, money, animals, human sacrifice, etc.

In contrast to the Lord Jesus, the attitude of prayer to Him is not very visible. Attitude in prayer to Him is not in deeds. Prayer for Him is a relationship. He said to pray and worship God in the Spirit of Truth (John 4:23), praying in secret not to be seen by people (Matthew 6:1), pray do not be rambling or more precisely do not be much reasons, but to be honest (Matthew 6: 7), and come in prayer with a pure heart, do not store the root of bitterness in your heart, and let the root of bitterness to others, it comes with an attitude to forgive to be forgiven because God had forgiven (Matthew 6:14-15). All this is not a ritual, but an understanding and qualities that should be (today only understand the worship rituals or procedures, if doing all regulations then it is safe).

The Lord Jesus taught the disciples to pray thus:

"Our Father in heaven, hallowed be thy name, thy kingdom come, thy will be done on earth as in heaven. Give us this day our daily bread and forgive us our faults, as we also forgive those who wronged us, and lead us not into temptation, but deliver us than evil. [For you is the kingdom and the power and the glory forever and ever. Amen.] ". (Matthew 6:9-13).

Let's look more deeply about this prayer. In general we see, overall this is a prayer request or petition. But behind the petition that there are things that the Lord Jesus saw a need and it is God's plan for us. Many people say this prayer is "perfect prayer", but to what extent the meaning of the word perfect is that? Is not necessarily the crowd understood what he himself called perfect.

Part I. Recognition of God.

1. "Our Father in Heaven."

Since ancient times up to the time of Jesus, none of the great figures in the Bible call God the Father. Since the Lord Jesus is present, there is a new relationship that is introduced God to us humans. A very close family relationships. Calling Father to God in prayer is a wonderful thing, who never even thought of or dared to be spoken by the prophet of Moses and Elijah, or even David, the king beloved of God (because God is so dear to David, He was willing to refer to Christ as the Son of David ).

This trend may also lead to disciples who want to learn to pray like Jesus. But we can see this difference as a way God shows his identity. That is, only to have a relationship with the Lord Jesus, then one can become children of God. Believe on the Lord Jesus makes a person appointed as brother of the Lord. The Lord Jesus became the first fruits for us believers. He the first to die and rise in the heavenly bodies, then we too will experience it (Romans 8:29, 1 Corinthians 15:20).

In the Gospels, we will find some nicknames to the Lord Jesus. The Son of Man, Son of David, the Lamb of God and the Son of God.

At one time, the Lord Jesus calls himself the Son of Man (or Son of David). It has two important meanings. In history, the Lord Jesus was born of the seed of David. His father Joseph was a descendant of David, though outwardly, with the blood of the Lord Jesus was not Joseph. Since the birth of the Lord Jesus in the Holy Spirit in the body of the virgin Mary.

From this side, the birth of Jesus foretold hundreds or even thousands of years ago (Example prophet Micah foretold the exact location of his birth - Micah 5:1 and Isaiah 7:14 notify as "Emmanuel", as well as the Angel say to Mary and the shepherds when Jesus was born, while Isaiah 52-53 recount the details of his crucifixion), so that it becomes authentic proof that the God of Israel is the only true one, and that is what God became man in the image of Jesus Christ as a guide for us to the true God itself. God in the flesh, Emmanuel means Allah is with man. (Jewish and other faiths still reject this reality, so that they are still waiting for "the pointing way of truth". Though he had come).

Besides has historically been, in symbolic Son of Man also means as representative of man before God. Because humans have sinned and none worthy man in the world (Romans 3:23), then there is nothing worthy to represent man before God other than the Lord Jesus. While the wages of sin is death (Romans 6:23).

Throughout history, God teaches that the atonement must be made with the blood sacrifice of a ram without blemish or defect. However, whether the man's sin can be blotted with the blood of animals? Of course not. Animals are not equal to humans. This is just a symbol and a picture of the future. At this point, the Son of Man represents man to atone for the sins of mankind, the Lamb of God.

When Abraham was commanded to slaughter Isaac, his legitimate offspring, then God, blocking the hand of Abraham who will thrust the knife into Isaac. Then replace it with a ram caught in a thicket. Thus the picture of the Lamb of God that the Lord Jesus is intended as a substitute for human penance. Because only He is the only sinless (not incest with Adam), and He alone is the true sacrifice of God.

His crucifixion is a very big sacrifice. King of Heaven humbled himself for us in such lowly. Meditate on for a moment, we are sinful creatures, we torture our Creator with vile, while He accepted it to give way to salvation from our sins. "He himself bore our sins in His body on the cross, so that we, that are dead to sin, alive to the truth. By whose stripes ye were healed (saved). "1 Peter 2:24.

The title Son of God clearly states Jesus DIVINE status. He ... let's say ... God in disguise visiting humans. Calling himself the Son of God so as to give an example of this father-son relationship in our spirituality. Prayer refers to God as his Father, who invited the wrath of the Jews and drove the Lord Jesus on the cross. But without the Son of God, then we never really get to know God Himself. "Like father like son", to know the Lord Jesus as the Son of God, is to know the Father is God himself.

Jesus said to him: "I am the way and the truth and the life. No one comes to the Father, but by me. If only you know me, you certainly also know my Father. Today you know him and you have seen him. "(John 14:6,7).

"Believe me, that I am in the Father and Father in me: or at least believe because of the works themselves." (John 14:11). These works refer to the teachings and deeds of Jesus' miracles (water into wine, made ​​an instant decades paralyzed walk, the deaf hear, blind from birth made ​​look, leprosy cured normal again, raised the dead, fed 5000 people with 5 bread and 2 fish , etc etc), work may be done only by God, not by human beings.

But the most established and seal of the Lord Jesus as the Son of God is His resurrection on the 3rd day of His death on the cross. The Resurrection can be confirmed more than 500 people who met the Lord Jesus after risen. Even to this day the resurrection makes a Christian willing to die for the truth (History records at the time of Emperor Nero in Rome, Christianity is the ticket to a terrible death penalty, there are beheaded, used as torches, are displayed in gladiator. Yet all willing martyrs for the truth. Until such time, another emperor, namely Augustine-was kneeling become a Christian and established a Roman Catholic). Christian designations, first appeared to show the followers of Christ in Antioch (Acts 11:26).

Our Father in heaven! Quite a short sentence, but are essential for the prayer itself. No one prayer was really directed without this address. And to refer to God as Father, one must have faith in the Lord Jesus Christ.

"But as many as received him, he gave the right to become children of God, to those who believe in His name." (John 1:12). "And because ye are sons, God sent the Spirit of his Son into our hearts, crying" Abba, Father! '"(Galatians 4:6). Note: Abba is the name spoiled child of Israel said to his father, such as "daddy" in English.
Have these relationships first, and then pray! Faith in the Lord Jesus is absolute to pray. Without it, our prayers to the gods are not clear which one. Only one is the living God. That Father, Jesus indicated.

2. "Hallowed be thy name"

Hallowed/sacred has a different meaning with holiness. It is derived from the word "Kadosh" which means set apart. While the holiness was mean of the condition that’s innocent / blameless. We can be hallowing/being sacred, but could not be holy. Only a complete sacrifice of Jesus sanctifies and cleanses (holy) us from our sins.

Israeli people very understand "Kadosh", because since the time of Moses, God formed their culture, the term "Kadosh". They are a nation of "Kadosh". The people are different from other ethnic groups in the world. When out of Egypt, the Israelite did not have a definite culture. They grow with the Egyptian culture but live as slaves. They are not purely just the children of Jacob alone, but also many other nations attached, then participated to escape from Egypt. But for 40 years in the desert, God Himself who sanctifying Israel.

God personally who gave the law and all the rules of everyday life of the nation of Israel. From the planting to the harvest time, from family relationships and foreigners, the economic stability of the problem (the Jubilee year) until the issue of slavery. The Israelite were totally different from other nations. Therefore, after arriving at the promised land of Canaan, God was angry with the Israelite because of their mixed social / marital and cultural / religious with the surrounding nations. The Israelite were not sacred anymore, polluted as it follows the pagan gods, so that finally God made ​​them to dispose of Babylon and until the time of Jesus Roman-occupied nation of Israel.

Sacred is also very clear in the selection of sacrificial animals to be slaughtered and burned on the altar of God. Sheep which sanctified are chosen from the beginning: which is male, without fault, not lame, healthy and fat. The best separated from other sheep.

In prayer, we sanctifying the name of God. This means doing a meditation point ignoring anything else and put the name of our Lord. What is the name of God? Yes, Jesus Christ.

Moses once asked, who is your name? God replied, I AM (Exodus 3:14), I have appeared to Abraham, Isaac and Jacob as God Almighty, but by my name I have not declared (Exodus 6:2).
While Jesus clearly said (and remember, this proved by his divinity who rose from the dead), "I have declared thy name unto all the people, which thou hast given me out of the world." (John 17: 6) "and I'm no longer in the world, but they still exist in the world, and I come to you. Holy Father, keep them in thy name, thy name that is thou hast given me, that they may be one just as We are. "(John 17:11). So the name is the name of the Lord Jesus Christ.

Sanctify the name of the Lord Jesus is separating all our prayers realm of other things. It's like we specialize to connect with God. In prayer, we should come to meet or connect with God. Such as turning off all radio, television, or looking for a quiet, out of the room which noisy, away from the crowds WHEN we want to pick up important call.

I remember when I was working at my old company, then make an appointment for an interview via skype or phone with another company. I was really setting things up. Ensure the battery is fully charged my phone, make sure the laptop is connected to the electric current, repetitive test my internet connection for skype. Even when before the time, I ordered to be left alone, locked my office space. I am sanctifying my interview.

Hallowed be thy name, of course, related to the readiness of our hearts to connect with God. It is in recognition of the importance of prayer itself. Or as my interview moments earlier, prayer is a very important for us. Prayer as recognition of the importance of God in our lives!

3. "Your kingdom come"

I certainly do not need to explain the picture of what happens when the kingdom of God come into this world is not it? Or let us imagine together. The whole army of God's angels in combat gear along with his generals came millions the number of troops, and in the midst of them floated a magnificent carriage and wheeled fire shone no God sitting on it. Simultaneously trumpets sounded and the guns and the bullets scatter throughout its missiles hit the Pentagon, all the presidential palace and kingdom on earth. The warrior angels fly beat all soldiers: U.S., Russia, China, the UN and NATO and friends with their flaming sword swing. I think the horror of the Gulf War will not be remembered longer than the war of Armageddon or the end of this age, is not it?

Once again the disciples that in fact the children of Israel are not to be confused with the prayer of thy kingdoms come. Because they are filled with stories of wars between kingdoms since childhood. The biggest one is that they are very adorable kingdoms of David. That is why the Jews are still waiting for the Messiah or Christ. Due to their picture of the Messiah or Christ is very narrow as they desire set up again the kingdom of Israel as the days of David. Their expectations, the Messiah or Christ will lead the uprising and beat Roman invaders with a magic the power of as in the days of the judges and the kings. In fact, God's plan for the coming of the Messiah or Christ is far greater than that, which is saving mankind from sin, from the power of the devil stinger and the wages of sin is death.

But why is this prayer, Jesus included in the Lord's Prayer? It has 2 deep meaning. The first meaning, of course, is the conquest of self. We should covet conquered by kingdoms of God. We must be willing to submit to the rule of God's kingdom itself. We must be aware, is not we which make the rules, but him. As in the end, the Lord Jesus also said in his prayer before crucified: "not my will be done, but Father’s will."

The second meaning is a form of hope. We must hope that the kingdoms of God would come to this earth. Someday, the incense of the prayers of the righteous, will be the boom beginnings of the Kingdom of God. We are foolish to expect the earth would be better, or preserve and make the earth greener. We could try, but God had delivered. At the end of time, his kingdom led Christ the King will come to fight against Satan and its followers on earth, until the stone are not lying on top of another stone. And the believers will be lifted and given a new earth and sky (Book of Revelation).

4. "Thy will be done on earth as it is in heaven"

Jesus certainly knew the difference earth and heaven. Than anyone else, Lord Jesus was the only one who came down from heaven to earth. Only Lord Jesus is the only source of reliable information at that time to explain heaven. Even in his teaching, Jesus had several times tried to insert a picture of heaven into people's understanding of the earth. He several times gave the parable of the kingdom of heaven.

The contrast is, in heaven, any word and the will of the Father, will be complied with and performed. While on earth, are not!

We can read in the Old Testament, how the God of Israel, as if frustrated by imbecility of Israel. Even He was calling them stubborn. Just split the Red Sea and they walked across on dry land, not long after different days, these people grumble because there is no water in the desert. Even to whine back to Egypt, and there who threatening better off dead. What is less fierce, but still grumbling? Many more such cases until the end result of the golden calf idol, God almost destroy that nation, if only Moses prayed and argued with God (Exodus 32:9-14).

Just as we ask for the coming of God's kingdom, so does the Lord Jesus wants us to understand and so missed the will of God in our lives. His will that bring peace in heaven, be our desire to occur on earth (and us). The Will of God it is beautiful and noble plan.


Part II. Recognition of helplessness without God's intervention.

1. "Give us this day our daily bread"

One day for Israel begins at 6 PM and ends at the same hour the next day. It could be said that they are not start the day with breakfast in the morning but by dinner. While for most of the nations of the world, starting the day after waking up in the morning, the people of Israel started the day before bedtime. As if, sleeping at night is part of a day for prayer. Instead we, seem to underestimate the evening.

Contradictions in Jesus' day with our day is very big. In Jesus' day the Israelite colonized by the Romans. As a colonized nation would not have true prosperity. They prosper if allowed to prosper. They had to pay taxes to the Roman Empire. People who colonized the poor, only a handful of leaders and officials of the Israeli nation "taken care of" by the invaders in order to help curb people. Therefore the people of Israel hated tax collector, as working for the invaders. Publican classified sinner, just like prostitutes and lepers.

Our age is rather difficult to understand the purpose of "give our daily bread". While we live in a fast-food paced world. Even every day there was a food salesman who passed in front of our house. Department stores in every corner of the city. Our refrigerator filled with food for a week even there for a month. So how important this prayer be? Though this prayer clearly shows our dependence on God for daily provision.

From this prayer, as if God teaches us to go day by day. Unlike offers life and health insurance services which detail monthly and yearly. The Lord only asks us to pray for this day, and even then sufficiently.

Perhaps I should change the way I pray. Perhaps we should see this day and pray for this day. Maybe God wants to remind, that we have is today, not tomorrow. Life without guarantee tomorrow, especially the old days. Not ideal nowadays to think so, is not it?

But that does not mean we should not live in planning and insurance. But prayer brings awareness, while praying that it is currently aware of mortal life. We do not have the power to our lives. We lean over what God has given us, that entirely. Our breath, our heartbeat, our blood flow, all of them likes bread given by God for us sufficiently. We ask not for that way ahead, we ask that this day only. Not just bread and sustenance, more than that, God wants us to see His blessing and participation today. And it started before the dinner hour (enough sleep is also blessing of God, not at a discount).

2. "And forgive us our faults, as you also forgive those that wronged us"

See the next sequence, a bit difficult to accept human emotions. At first I thought, God made ​​a mistake in placing this prayer. But checking the records in the Gospels, there is nothing wrong with this sequence. But as a human, I think, better ask forgiveness first, then ask for the need of bread and others, is not it?

It was not like it was the Lord Jesus taught prayer. He wants us to understand prayer as an intimate and honest communication with Father. Unlike people who apologize first, good first, forget, and then ask for something, it's hypocritical and stiff as with strangers. Apparently, Father is not so.

Please forgive our mistakes as we also forgive everyone else, has a deep meaning of forgiveness. Forgiveness is not an excuse to allow the request. Way No like it. Unlike the common prayer of confession in the church liturgy later pronounced like sin clearance. Then we deserve to ask for our purposes. No! Our Lord's Prayer contains responsibilities in forgiveness.

At that time, the work of the crucifixion, has not been undertaken by Lord Jesus. If already, of all sin and evil has been cleansed by Lord Jesus on the cross. "If we confess our sins, he is faithful and just and will forgive us our sins and purify us from all unrighteousness" (1 John 1:9). Note the word "all". Forgiveness "all" sins (past, present and yet to come), cleanse "any" evil (change / trimming evil character and mindset of getting exposed day after day, and of course it is a painful process). So we do not mean the Lord's Prayer repeatedly asked for forgiveness for sins. But it is more for our relationship with Lord and our neighbor.

In the "footnote" this prayer, Jesus said: "For if you forgive men their trespasses, your heavenly Father will also forgive you. But if ye do not forgive, neither will your Father forgive your sins. "(Matthew 6:14,15). So this teaches when we enter into prayer, we have to come with an open heart and cleared.

There are people, who for some reason, harbored heartache and hatred, bitterness or secret. Most of it is unforgiving attitude (either themselves or someone else, even towards God). We think it is easier to forgive than ask for forgiveness. If we come to someone to say sorry, it's a shame, but if we are successful, we felt very big heart. But it turns reverse; it is more difficult to forgive.

Easy to ask for forgiveness, especially to God, much easier is not it? But forgive towards evil of others is not easy. Victims of rape / abuse, bullying, loss of family members of murder, betrayal, etc. will be difficult to forgive. But hatred and heartache is like rotten food store in the refrigerator. Imagine if opened, it smells increasingly rot. Similarly, those who harbored bitter and heartache the roots, will alone suffer, and suffer even more as long as it kept.

Not that the work of salvation Lord Jesus hindered by this prayer, but as a form that does not appreciate the work, that does not forgiven Father at heaven. The point is this, if one does not forgive mistakes of others, while he himself sin to God so that the Son of God was crucified to forgive him, would not that does not appreciate the work of the sacrifice of Lord Jesus? That is what does not forgiven by Father in the heaven, that attitude does not appreciate the sacrifice of His Son on the cross. You are forgiven; you do not have the right to not forgive others who wronged you. We have to forgive.

There is no cure for any bitterness, hatred, resentment, envious, and so on, besides to forgive. As previously described, prayers bring the relief. Forgiving is a welcome the relief from God. We must align our hearts with the heart of the Father in prayer. And our Father is all loving and all merciful, and forgiving ....!

3. "And lead us not into temptation, but deliver us than evil"

Helplessness to live a day already explained, helpless to remove the sin itself has been explained. Then Lord Jesus showed us into temptation fecklessness.

As in the beginning of this writing, a mother who stomped me for praying. For whatever reason praying on the plane, I do not know. But in reality we are vulnerable to the attack the power of the evil. My temptation in the plane is the comfort and habits that make me less rely on God. Though I was actually very dependent on Him; for be in thousands of feet altitude in the sky. There was nothing I could do to save myself if a few bolts just for fun repealed by the devil. I think the angel of God is keeping the in and out of me since yesterday, today and forever (Psalm 121:8).

Lord knows, prayer is an important part in the spiritual warfare. Could Lord Jesus teaches us to pray and keep watch as the one our best defense of the fiery darts of the evil? Yes, I think so! Prayer can release and delivers us from evil. We must pray all the time, like breathing. Because the power of Satan was actively looking for a gap to harm us.

Moreover, as a prayer asking sufficiently, forgiving others, prayer request to be released from of the evil, also have a responsibility. We prayed to God to keep us from temptation, it means we are active as well to keep away from temptation, is not it? How can Lord keep us from temptation if we're pursuing and even free-fall to the temptation?

4. "For you is the kingdom and the power of and the glory forever and ever. Amen. "

This last part is an additional sentence or affirmation. Each time you see the sign [....] in the Scriptures, which means added by the pillars of the Church. Or it was not from the original writings. Of course there is the intention of the addition, which is accepted by the fathers of the early Church. Usually that phrase as a complement to, decency or explanation.

For the "Lord's Prayer", that Jesus taught, this typically added as a complement and decency. Because this form of teaching prayer first then became a prayer spoken by disciples and the early Christians, therefore, a word of praise and recognition is then added as a closing prayer. We believe, although this is an additional sentence, but the meaning and purpose clearly inspired by the Holy Spirit.

"For you is ..", is a call we recognize and appreciate that we are very dependent on Father in heaven. We declare that there is nothing else. We are totally dependent on Father in the Lord Jesus Christ. For He is the kingdom and the power of and the glory forever and ever.  And this declaration was in live with the many martyrs. Because of this declaration, not a Christian was admitted any kingdoms/administration, power/authorities, other than the glory of Father in heaven.

Beloved brother of the Lord. For me personally, the Lord's Prayer is a prayer that is very heavy due to all the need of recognition. Not just memorized but the meaning in it, word by word, to make us such tied agreements. I also do not say the Lord's Prayer is the perfect prayer and other prayers do not perfect, I do not agree and I believe that God does not agree it.

Our Lord's Prayer such a framework that describes the prayer to us but not the pattern or sentences creed for Christians. Anybody can say this prayer without meaning, is not it? Many people in the church fight but simultaneously pray the Lord's Prayer, is not it? So it was not the perfect prayer. But more to the open frame our thinking about prayer.

The Lord's Prayer can be expanded into a variety of topics in our life. Not only bread a day, can be a variety of aspects including the child who has not come home from his escape, or a husband and wife quarrel, or infidelity etc. But is it the perfect prayer?

See from the various characters in the Bible, it turns out that perfect prayer is prayer that honest and rely on God (which is also in the sense of our Lord's Prayer), is personal with God and not to show off in front of others. We can see prayer in the book of Psalms. So much honesty, frustration, complaints and even protests against Him. Who eventually returned to the recognition of the sovereignty of the Lord's love. A prophet Jeremiah wrote the book contains a prayer lamentation, sometimes he cries God does not care about him anymore. Abraham was bargaining with God about Sodom and Gomorrah. Abraham also laughed when he was promised of child at the age of 90 years. A named Jabez prayed with cries of frustration as more like a bold request. Hannah prayed cried like a drunk because the words are not clearly on the sidelines of a sob tears. And the Lord answered them!

I do not understand prayer formula. As I can understand it, prayer is the medium or the other dimension of space, to have meetings or to connect with God that is full of mystery. God is pleased with the prayer. God never refuses to hear our prayers. God does not angry when we devote all our anger or our fears in prayer. God would appreciate our prayers.

In fact, God is waiting for us to pray, hear us calling Him "Abba, Father!" (I cry when I write this line). God I really miss, and miss talking to me. Like a lover who is tormented by a deep longing, God Father in Christ Jesus, want to immediately jump into the medium of prayer when we come to pray to Him. Here's what I know today about prayer.

Amen. Jesus Christ bless us all.