Akhir-akhir ini aku menjadi sering menggunakan pesawat terbang untuk urusan pekerjaan. Karena cukup sering, akhirnya perjalanan udara ini terasa nyaman senyaman menaiki taxi di daratan. Sampai suatu kali pada penerbangan terakhirku sebelum menulis ini, aku menyadari sesuatu tentang doa yang menyentak ke dalam sukmaku.
Saat itu dalam sebuah maskapai yang menerbangkanku kembali
ke kotaku, aku duduk dengan rekan kerjaku, posisi kursiku di lorong pesawat,
sementara rekan kerjaku di dekat jendela. Tiba-tiba rekan kerjaku menyenggolku
untuk menunjukkan seorang ibu yang duduk tepat bersebelah-belahan lorong
denganku. Dan apa yang dilakukan ibu itu? Dia sedang membaca Alkitab ukuran
besar! Aku melihat apa yang dibacanya, itu juga bagian favoritku, bahkan
pegangan hidupku, ya Mazmur 121:1-8. Dan dia berdoa!
Terbesit sesaat dalam pikiranku tentang apa yang mungkin
dipikirkan ibu itu. Ah aku tersenyum, sedikit meremehkan, pikirku: “hmm pasti
ibu itu takut naik pesawat… mungkin dia beriman tapi tidak cukup beriman
menyerahkan hidupnya di pesawat ini… oh aku rasa mungkin dia takut mati… apa
sebaiknya aku sampaikan padanya, kalau sudah percaya Tuhan Yesus tidak perlu
takut lagi?”
Namun tiba-tiba aku seperti ditegur Tuhan. Aku memang sedang
bergumul tentang doa. Aku sedang membaca buku tentang doa. Belum lagi aku habis
membaca buku itu, sepertinya Tuhan lebih ingin menarik perhatianku ke dunia
nyata.
Kenapa ibu itu berdoa? Mungkinkah sebenarnya dia mengetahui
hal yang tidak aku ketahui tentang doa? Mungkinkah sebenarnya doanya bukan
karena ketakutannya? Mungkinkah doanya sebagai bentuk penyerahan diri
sepenuhnya pada Allah? Bukankah Iblis dan kuasa roh jahat tiap saat mencoba dan
mengincar manusia? Apa lagi yang dapat kuperbuat di ketinggian sekian ribu kaki
dari daratan jika kuasa jahat itu menyerang onderdil pesawat itu? Apa salahnya
berdoa meminta pertolongan Allah dalam hal ini? Tidak ada yang salah! Lalu
akupun tertunduk dan berdoa.
Baiklah, aku tidak akan menjelaskan tentang doa, aku tidak
mengerti, akupun masih bergumul. Doa itu seperti misteri tapi sangat
dibutuhkan. Seperti para murid Tuhan Yesus yang meminta Tuhan Yesus mengajari
mereka berdoa, akupun masih belajar berdoa. Tetapi yang pasti tentang doa
adalah doa itu penting karena Tuhan Yesuspun berdoa. Jika Dia mencontohkan
hidup kebergantungan pada doa demi kesuksesan misi-Nya, maka akupun akan berdoa
untuk hidupku.
Tuhan Yesus berdoa semalaman sebelum memilih 12 murid.
Itupun salah satunya gagal total (Yudas si penghianat). Tuhan Yesus berdoa
untuk 5 roti dan 2 ikan, kemudian semua kenyang dan tersisa 12 bakul. Dia
berdoa untuk membangkitkan Lazarus. Dia juga yang berdoa di taman Getsemani dan
menerima jawaban tidak dari Allah yang berbuah penyaliban.
Saat-saat tertentu, sejarah Alkitab memberitahukan bahwa doa
dijawab sesuai permohonan kita (doa Ester untuk pembatalan genoside orang
Yahudi, doa Elia meminta api dari langit, doa Salomo meminta hikmat, dll). Doa
juga mampu mengubah keputusan-keputusan Allah seakan-akan ada ikatan emosional
antara yang berdoa dengan Allah (doa bangsa Niniwe, doa Musa meminta ampun atas
kebebalan Israel, doa Abraham untuk menyelamatkan Lot, doa Hizkia yang
diperpanjang umurnya 15 tahun lagi, dll). Kadang doa memerlukan waktu yang
sangat lama untuk diwujudkan, sekalipun berdasarkan janji-janji Allah (Abraham
menanti anak, Israel yang ditindas di Mesir, orang lumpuh di kolam Bethesda,
dll). Tidak dijawab atau dijawab tidakpun merupakan bagian dari doa juga (Musa
tidak bisa masuk tanah perjanjian, Daud tidak bisa membangun bait Allah, Paulus
meminta sakitnya disembuhkan tapi tidak disembuhkan, bahkan Tuhan Yesus di
taman Getsemani harus menerima jawaban doa yang pahit yaitu meminum cawan
pengorbanan di salib).
Tapi dari semuanya itu, Tuhan Yesus berdoa. Jika Dia merasa
perlu berdoa, bahkan menjadikan doa sebagai pusat kehidupan-Nya (Tuhan Yesus
sering pergi ke bukit atau taman atau tempat sepi untuk berdoa berjam-jam atau
bahkan semalaman), tentu doa juga penting bagi kita.
Dan kenyataannya, ada perbedaan antara orang yang berdoa
dengan yang tidak berdoa. Kenyataannya, manusia selalu membutuhkan tempat
curhat yang bernama doa ini, kelegaan hanya mungkin didapat dari doa. Bahkan
lagu pujian dan sebagainya jika tidak dimaksudkan sebagai doa, maka itu tidak
memberi kelegaan.
Doa itu media terhubung dengan Allah. Dua alam berbeda, dua
derajat berbeda, dua kekuatan berbeda .. menyatu dalam doa. Dan Allah sangat
menghargai doa (Kitab Wahyu mencatat ketika doa-doa orang percaya dibawa berupa
dupa di hadapan Allah, maka untuk pertama kalinya Surgapun hening. Lalu doa ini
dilemparkan ke bumi sebagai genderang perang yang memulai terbukanya meterai
demi meterai hukuman Allah kepada penguasa roh-roh dunia).
Melihat kehidupan Doa Yesus, maka para murid bertanya,
tepatnya meminta, “Tuhan, ajarlah kami berdoa….” (Lukas 11:1).
Lihatlah dipelbagai belahan dunia, berbagai macam cara orang
berdoa kepada tuhannya. Setiap budaya dan agama memiliki ritual khusus tentang
berdoa, bahkan membutuhkan alat bantu untuk berdoa. Ada berupa kalung, berupa
tikar/alas, ada tongkat, ada alat bunyi-bunyian, bangunan, patung dan
sebagainya. Bahkan doa disertai dengan pemberian khusus kepada yang disembah,
katakan sesajen, darah, uang, hewan, korban manusia, dll.
Berbeda dengan Tuhan Yesus, sikap doa bagi-Nya sangat tidak
terlihat. Sikap doa bagi-Nya bukan perbuatan-perbuatan. Doa bagi-Nya sebuah
hubungan. Dia berkata untuk berdoa menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran
(Yohanes 4:23), berdoa di tempat tersembunyi bukan supaya dilihat orang (Matius
6:1), berdoa jangan bertele-tele atau tepatnya jangan banyak alasan, tapi harus
jujur (Matius 6:7), dan datang dalam doa dengan hati yang murni, tidak
menyimpan akar pahit maupun membiarkan akar pahit kepada orang lain, datang
dengan sikap mengampuni untuk diampuni dan karena sudah diampuni Tuhan (Matius
6:14-15). Semua ini bukan ritual, tapi sebuah pemahaman dan sifat yang harus
dimiliki (zaman sekarang orang hanya memahami ritual atau tata ibadat, asal melakukan seluruh peraturan maka sudah selamat).
Kemudian Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid berdoa
demikian:
“Bapa kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada
hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah
membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat.
[Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai
selama-lamanya. Amin.]”. (Matius
6:9-13).
Mari kita lihat lebih mendalam tentang doa ini. Secara umum
kita lihat, keseluruhan doa ini adalah permintaan atau permohonan. Tapi dibalik
permohonan itu ada hal-hal yang Tuhan Yesus lihat menjadi kebutuhan dan memang
rencana Allah bagi kita. Banyak orang mengatakan ini doa sempurna, tapi sejauh
mana arti kata sempurna itu? Belum tentu orang banyak itu mengerti apa yang dia
sendiri katakan sempurna.
Bagian I. Pengakuan akan Allah.
1.
“Bapa kami yang di Sorga.”
Sejak zaman purbakala sampai zaman Tuhan Yesus, tidak satupun tokoh besar
dalam Alkitab yang memanggil Allah itu Bapa. Sejak Tuhan Yesus hadir, ada suatu
hubungan baru yang diperkenalkan Tuhan kepada kita manusia. Sebuah hubungan
kekeluargaan yang sangat erat. Memanggil Bapa kepada Allah dalam doa adalah
suatu hal yang luar biasa, yang bahkan tidak pernah terpikir atau berani
diucapkan oleh nabi sebesar Musa dan Elia, atau bahkan raja kesayangan Allah
yaitu Daud (karena begitu sayangnya Allah kepada Daud, Dia rela menyebut Kristus
sebagai Anak Daud).
Mungkin juga tren ini yang memicu murid-murid ingin belajar berdoa seperti
Tuhan Yesus. Tapi kita bisa melihat
perbedaan ini sebagai cara Allah menunjukkan jati diri-Nya. Maksudnya adalah,
hanya dengan memiliki hubungan dengan Tuhan Yesus, maka seseorang bisa menjadi
anak-anak Allah. Percaya pada Tuhan Yesus membuat seseorang diangkat menjadi
saudara Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menjadi yang sulung bagi kita umat percaya.
Dia yang pertama kali mati dan bangkit dalam tubuh sorgawi, maka kitapun akan
mengalaminya (Roma 8:29, 1 Korintus 15:20).
Dalam keempat Injil, kita akan menemukan beberapa julukan anak kepada
Tuhan Yesus. Yaitu Anak Manusia, Anak Daud, Anak Domba Allah dan Anak Allah.
Pada suatu waktu, Tuhan Yesus menyebut diri-Nya Anak Manusia (atau Anak
Daud). Ini memiliki 2 arti penting. Secara
sejarah, Tuhan Yesus dilahirkan dari keturunan Daud. Yusuf ayah-Nya adalah
keturunan Daud, sekalipun secara lahiriah, Tuhan Yesus bukan sedarah dengan
Yusuf. Karena Tuhan Yesus di kandung oleh Roh Kudus dalam tubuh perawan Maria.
Dari sisi ini, kelahiran Tuhan Yesus yang sudah dinubuatkan ratusan bahkan ribuan
tahun yang lalu (Contoh Nabi Mikha menubuatkan tepat lokasi kelahiran-Nya –
Mikha 5:1 dan Yesaya 7:14 memberitahukan sebutan Imanuel seperti juga yang
disebutkan Malaikat kepada Maria dan para gembala ketika Yesus lahir, sementara
Yesaya 52-53 menceritakan detail penyaliban-Nya), sehingga ini menjadi bukti
otentik bahwa Allah Israel adalah satu-satunya yang sejati, dan Allah itu pula
yang menjadi manusia dalam citra Yesus Kristus sebagai penunjuk jalan bagi kita
kepada Allah sejati itu sendiri. Allah yang menjadi manusia, Imanuel berarti
Allah beserta manusia. (Yahudi dan kepercayaan lain masih menolak kenyataan
ini, sehingga masih menunggu sang penunjuk jalan kebenaran. Padahal Dia sudah
datang).
Selain secara sejarah, secara simbolik Anak Manusia juga berarti sebagai
perwakilan manusia di hadapan Allah. Karena manusia telah berdosa dan tak
satupun manusia layak di dunia ini (Roma 3:23), maka tidak ada yang pantas
mewakili manusia di hadapan Allah selain Tuhan Yesus. Upah dosa ialah maut
(Roma 6:23).
Sepanjang sejarah, Allah mengajarkan bahwa penebusan dosa harus dilakukan
dengan kurban darah domba jantan yang tidak bercacat cela. Tetapi apakah dosa manusia
dapat dihapuskan dengan darah hewan? Tentu tidak. Hewan tidak sederajat dengan
manusia. Ini hanyalah simbol dan gambaran akan masa mendatang. Pada titik
inilah, Anak Manusia memawakili manusia untuk menebus dosa manusia, menjadi
Anak Domba Allah.
Ketika Abraham diperintahkan menyembelih Ishak keturunan sahnya, kemudian
Allah menghalangi tangan Abraham yang menghujamkan pisau ke Ishak. Lalu
menggantikannya dengan seekor domba yang tersangkut di semak belukar. Demikianlah gambaran Anak Domba Allah yaitu Tuhan Yesus yang dimaksudkan sebagai
pengganti penebusan dosa manusia. Karena hanya Dialah satu-satunya yang tidak
berdosa (bukan sedarah dengan Adam), dan hanya Dialah kurban sejati yang dari
Allah.
Penyaliban-Nya adalah sebuah pengorbanan yang teramat besar. Raja Sorga
merendahkan diri sehina itu demi kita. Renungkanlah sejenak, kita ciptaan
berdosa, menyiksa Pencipta kita dengan keji, sementara Dia menerimanya untuk
memberi jalan keselamatan dari dosa-dosa kita. “Ia sendiri telah memikul dosa
kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap
dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh (diselamatkan).”
1 Petrus 2:24.
Sebutan Anak Allah jelas menyatakan status ke-ILAHI-an Tuhan Yesus. Dia…katakanlah…Allah yang menyamar
mengunjungi manusia. Menyebut diri-Nya Anak Allah sehingga dapat memberikan
contoh hubungan anak-bapa ini dalam kerohanian kita. Doa menyebut Allah sebagai
Bapa-Nya jugalah yang mengundang amarah orang Yahudi dan mengantarkan Tuhan
Yesus pada salib. Tapi tanpa Anak Allah,
maka kita tidak pernah benar-benar mengenal Allah itu sendiri. “Like father
like son”, mengenal Tuhan Yesus sebagai Anak Allah, berarti mengenal Bapa-Nya
yaitu Allah sendiri.
Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Sekiranya kamu
mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia
dan kamu telah melihat Dia.” (Injil Yohanes 14:6,7).
“Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku;
atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.”
(Injil Yohanes 14:11).
Pekerjaan-pekerjaan itu merujuk pada pengajaran dan perbuatan mujizat
Yesus (air menjadi anggur, lumpuh puluhan tahun sekejap dibuat berjalan, tuli
mendengar, buta dari lahir dibuat melihat, kusta sembuh normal kembali, mati
dibangkitkan, memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan, dll dll),
pekerjaan yang hanya mungkin diperbuat oleh Allah sendiri bukan oleh manusia
biasa.
Tapi yang paling meneguhkan dan memeteraikan Tuhan Yesus sebagai Anak
Allah adalah kebangkitan-Nya pada hari ke-3 dari kematian-Nya pada salib.
Kebangkitan yang dapat dikonfirmasi lebih dari 500 orang yang bertemu Tuhan
Yesus setelah bangkit. Bahkan
kebangkitan yang sampai saat ini membuat seorang Kristen rela mati demi kebenaran itu
(Sejarah mencatat pada masa Kaisar Nero di Roma, kekristenan adalah tiket
menuju hukuman mati yang mengerikan, ada yang dipancung, dijadikan obor,
dipertontonkan dalam gladiator. Namun semua rela martir demi kebenaran itu.
Sampai suatu waktu, seorang Kaisar lainnya yaitu Agustinus-pun berlutut menjadi
Kristen dan mendirikan Katolik Roma). Sebutan Kristen pertama kali muncul untuk
menunjukan pengikut Kristus di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:26).
Bapa kami yang di sorga! Cukup singkat kalimatnya namun sangat mendasar
bagi doa itu sendiri. Tidak ada satu doapun yang benar-benar terarah tanpa
alamat ini. Dan untuk menyebut Allah itu Bapa, seseorang harus memiliki relasi
iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” (Yohanes
1:12). “Dan karena kamu adalah anak,
maka Allah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru:”ya Abba, ya
Bapa!”” (Galatia 4:6). Ket: Abba adalah sebutan manja anak Israel kepada
Ayahnya, seperti sebutan “daddy” dalam budaya Amerika.
Milikilah hubungan ini terlebih dahulu, barulah berdoa! Beriman pada
Tuhan Yesus adalah mutlak untuk berdoa. Tanpa itu, doa kita tidak jelas kepada
allah yang mana. Hanya satu Allah yang hidup. Itulah Bapa yang ditunjukkan
Tuhan Yesus.
2.
“dikuduskanlah nama-Mu”
Dikuduskan memiliki arti yang berbeda dengan kesucian. Kudus berasal dari
kata “Kadosh” yang artinya dipisahkan secara khusus. Sementara suci adalah
tidak berdosa/bercela. Kita bisa menguduskan, tapi tidak bisa menyucikan. Hanya
pengorbanan Yesus yang lengkap menguduskan dan juga menyucikan kita dari
dosa-dosa.
Orang Israel sangat memahami “kadosh”, karena sejak zaman Musa, Allah
sendiri membentuk budaya mereka dengan istilah kudus. Mereka bangsa yang kudus.
Yaitu bangsa yang berbeda dari suku bangsa lainnya di dunia. Sewaktu keluar
dari Mesir, bangsa Israel tidak memiliki budaya yang pasti. Mereka tumbuh
dengan budaya Mesir tapi hidup sebagai budak. Mereka tidak murni hanya
anak-anak Yakub saja, tetapi banyak juga bangsa-bangsa lain menempel turut
serta melarikan diri dari Mesir. Namun di padang gurun selama 40 tahun, Allah
sendirilah yang menguduskan bangsa Israel.
Allah sendiri yang menurunkan Taurat dan segala peraturan-peraturan
kehidupan sehari-hari bangsa Israel. Dari waktu tanam sampai menuai, dari
hubungan keluarga dan orang asing, dari masalah kestabilan ekonomi (tahun
Yobel) sampai masalah perbudakan. Bangsa Israel benar-benar berbeda dengan
bangsa-bangsa lainnya. Oleh karena itu, setelah tiba di tanah perjanjian yaitu
Kanaan, Allah murka dengan bangsa Israel karena mereka bercampur secara sosial/perkawinan
dan budaya/agama dengan bangsa-bangsa sekitarnya. Bangsa Israel tidak kudus
lagi, tercemar karena mengikuti allah-allah kafir, sehingga akhirnya Allah
membuat mereka di buang ke Babel dan sampai zaman Tuhan Yesus bangsa Israel
dijajah Romawi.
Kudus ini juga sangat jelas dalam pemilihan hewan kurban yang akan
disembelih dan dibakar di mezbah Tuhan. Domba yang dikuduskan adalah yang
dipilih sejak awal, yaitu yang jantan, tidak bercacat cela, tidak timpang, sehat
dan gemuk. Yang terbaik yang dipisahkan dari domba-domba lainnya.
Dalam doa, kita menguduskan nama Allah. Artinya melakukan sebuah titik
meditasi yang tidak menghiraukan hal lain dan mengutamakan nama Tuhan kita. Siapakah
nama Allah? Ya benar, Yesus Kristus.
Musa pernah bertanya, siapakah nama-Mu? Allah menjawab, Aku adalah Aku
(Keluaran 3:14), Aku telah menampakkan diri kepada Abraham, Ishak dan Yakub
sebagai Allah Yang Mahakuasa, tetapi dengan nama-Ku aku belum menyatakan diri
(Keluaran 6:2).
Sementara Tuhan Yesus jelas mengatakan (dan ingat, ini dibuktikan dengan
ke-ILAHI-an-Nya yang bangkit dari antara orang mati), “Aku telah menyatakan
nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia.” (Yohanes
17:6) “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam
dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam
nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka
menjadi satu sama seperti Kita.” (Yohanes 17:11). Jadi nama itu adalah nama
Tuhan Yesus Kristus.
Saya teringat ketika saya masih bekerja di perusahaan lama saya, kemudian
membuat janji untuk interview via skype atau telepon dengan perusahaan lainnya.
Saya benar-benar menyiapkan segala sesuatunya. Memenuhkan baterai handphone
saya, memastikan laptop terhubung dengan arus listrik, berulang-ulang menguji
koneksi internet saya untuk skype. Bahkan saat sebelum waktunya, saya
memerintahkan agar tidak diganggu, mengunci ruang kantor saya. Saya menguduskan
interview saya.
Dikuduskanlah nama-Mu, tentunya berhubungan dengan kesiapan hati kita
untuk terhubung dengan Tuhan. Ini adalah bentuk pengakuan atas pentingnya doa
itu sendiri. Atau seperti momen interview saya tadi, doa adalah suatu yang
sangat penting bagi kita. Doa sebagai pengakuan akan Allah yang penting dalam
hidup kita!
3.
“datanglah Kerajaan-Mu”
Tentu saya tidak perlu menjelaskan gambaran apa yang terjadi jika
kerajaan Allah datang ke dunia ini bukan? Atau baiklah kita bayangkan
bersama. Seluruh pasukan malaikat Allah
dengan perlengkapan perang beserta jendral-jendaralnya datang berjuta-juta
jumlah pasukannya dan di tengah-tengah mereka melayang kereta megah bersinar
dan beroda api yang ada Allah duduk di atasnya. Serentak nafiri berbunyi dan
senjata menghamburkan seluruh peluru dan rudal-rudalnya menghantam Pentagon, semua istana
kepresidenan dan kerajaan yang ada di bumi. Para kesatria malaikat beterbangan
menghajar semua tentara Amerika, Rusia, Cina, PBB maupun NATOdan kawan-kawan dengan ayunan
pedang berapi mereka. Saya rasa kengerian perang teluk tidak akan diingat lagi
dibandingkan perang Armageddon atau akhir zaman ini bukan?
Sekali lagi para murid yang notabene orang Israel tidak akan bingung
dengan doa datanglah kerajaan-Mu ini. Karena mereka dipenuhi kisah-kisah
peperangan kerajaan sejak kecil. Yang terbesar yang mereka sangat agungkan
adalah kerajaan Daud. Itulah sebabnya
kaum Yahudi masih menantikan Mesias atau Kristus. Karena gambaran mereka
tentang Mesias atau Kristus sangat sempit seperti kerinduan mereka mendirikan
lagi kerajaan Israel seperti zaman Daud.
Harapan mereka, Mesias atau Kristus akan memimpin pemberontakan dan
menghajar penjajah Romawi dengan kuasa ajaib seperti zaman hakim-hakim dan
raja-raja mereka dulu. Padahal, rencana Allah untuk kedatangan Mesias atau
Kristus jauh lebih besar dari itu, yaitu penyelamatan umat manusia dari dosa
yang adalah kuasa sengat Iblis dan upah dosa yaitu maut.
Tetapi mengapa doa ini dimasukkan Tuhan Yesus dalam doa Bapa kami? Ini memiliki
2 arti yang mendalam. Arti pertama tentu penaklukan diri. Kita harus mengingini ditaklukan oleh
kerajaan Allah. Kita harus mau tunduk kepada peraturan kerajaan Allah itu
sendiri. Kita harus sadar, bukan kita
yang membuat peraturan, tapi Dia. Seperti
pada akhirnya Tuhan Yesuspun berkata dalam doanya sebelum di salibkan: “bukan
kehendak-Ku yang jadi, tetapi kehendak-Mu Bapa yang terjadi.”
Arti kedua berupa harapan. Kita harus berharap bahwa kerajaan Allah akan
datang ke bumi ini. Suatu saat, dupa doa-doa orang benar, akan menjadi dentuman
awal datangnya Kerajaan Allah itu. Kita bodoh jika berharap bumi akan menjadi
lebih baik, atau melestarikan dan membuat bumi lebih hijau. Kita bisa berusaha,
tapi Allah sudah menyampaikan. Pada akhir zaman, Kerajaan-Nya dipimpin Raja
Kristus akan datang untuk memerangi Iblis dan pengikutnya di bumi, sampai satu
batu tidak tergeletak di atas batu yang lain.
Dan orang-orang percaya akan diangkat dan diberikan bumi dan langit yang
baru. (Kitab Wahyu)
4.
“jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga”
Tuhan Yesus pasti tahu benar perbedaan bumi dan sorga. Melebihi siapapun,
Tuhan Yesus satu-satunya yang turun dari sorga ke dunia. Hanya Tuhan Yesus
satu-satunya sumber informasi yang terpercaya saat itu untuk menjelaskan sorga.
Bahkan dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus pernah beberapa kali mencoba
memasukkan gambaran sorga ke dalam pemahaman orang-orang bumi. Dia beberapa
kali memberi perumpamaan tentang hal kerajaan sorga.
Kontrasnya adalah, di sorga, apapun perkataan dan kehendak Bapa, akan
dipatuhi dan dilakukan. Sementara di bumi, tidak!
Kita bisa membaca dalam perjanjian lama, bagaimana Allah Israel
seakan-akan frustrasi menghadapi kebebalan bangsa Israel. Bahkan menyebut
mereka tegar tenguk. Baru saja dibelah
laut Teberau dan mereka berjalan menyeberang di tanah kering, tak lama kemudian
beda beberapa hari bangsa ini bersungut-sungut karena tidak ada air di gurun. Bahkan
sampai merengek balik ke Mesir dan ada yang mengancam lebih baik mati saja.
Kurang apa dahsyatnya namun masih bersungut-sungut? Banyak lagi kasus yang
demikian sampai akhirnya akibat berhala anak lembu emas itu, Allah hampir memusnahkan
bangsa itu, kalau saja Musa tidak berdoa dan ber-argumentasi dengan Allah
(Keluaran 32:9-14).
Seperti halnya kita meminta kedatangan Kerajaan Allah, demikian juga
Tuhan Yesus mau kita memahami dan merindukan kehendak Allah jadi dalam hidup
kita. Kehendak-Nya yang membawa damai sejahtera di sorga, itu yang menjadi
kerinduan kita untuk terjadi di bumi (dan diri kita). Kehendak itu adalah
rencana Allah yang indah dan mulia.
Bagian II. Pengakuan ketidak berdayaan tanpa campur tangan
Allah.
1.
“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya”
Satu hari bagi orang Israel dimulai pada jam 6 Sore dan berakhir pada jam
yang sama keesokan harinya. Bisa dikatakan kalau mereka memulai hari bukan
dengan sarapan pagi tetapi dengan makan malam. Sementara bagi sebagian besar bangsa di
dunia, memulai hari setelah bangun pagi, bagi bangsa Israel memulai hari
sebelum tidur malam. Seakan-akan, tidur
di malam hari adalah bagian dari hari yang didoakan. Sebaliknya kita,
sepertinya menyepelekan malam hari.
Kontradiksi pada zaman Tuhan Yesus dengan zaman kita sangat besar. Pada zaman
Tuhan Yesus bangsa Israel dijajah bangsa Romawi. Sebagai bangsa yang dijajah
tentu tidak memiliki kemakmuran sejati. Mereka makmur jika diijinkan makmur. Mereka
harus membayar pajak kepada kekaisaran Romawi. Rakyat yang dijajah miskin,
hanya segelintir tokoh dan pejabat dari bangsa Israel yang “diurus” oleh
penjajah agar bisa membantu menertibkan rakyat. Oleh karena itu rakyat Israel
sangat membenci pemungut cukai, karena bekerja untuk penjajah. Pemungut cukai
digolongkan orang berdosa seumpamanya pelacur dan penderita kusta.
Dari doa ini, sepertinya Tuhan mengajari kita untuk melangkah sehari demi
sehari. Tidak seperti penawaran jasa asuransi jiwa dan kesehatan yang merinci
bulanan dan tahunan. Tuhan hanya meminta kita mendoakan untuk hari ini dan
itupun secukupnya.
Mungkin saya harus merubah cara saya berdoa. Mungkin kita harus melihat
hari ini dan mendoakan hari ini. Mungkin Tuhan ingin mengingatkan, yang kita
miliki adalah hari ini, bukan besok. Hidup tanpa jaminan hari esok apalagi hari
tua. Tidak ideal di zaman sekarang untuk
berpikir demikian bukan?
Tapi bukan berarti kita tidak boleh hidup dalam perencanaan dan asuransi.
Tetapi doa membawa kesadaran, bahwa saat berdoa itu adalah saat menyadari
fananya hidup kita. Bahwa kita tidak memiliki kuasa untuk hidup kita. Kita bersandar
atas apa yang diberikan Allah kepada kita, yaitu seluruhnya. Nafas kita, detak
jantung kita, aliran darah kita, semuanya seperti roti yang diberikan Allah
secukupnya bagi kita. Kita meminta bukan untuk yang jauh di depan, kita meminta
yang hari ini saja. Tidak cuma roti dan rezeki, lebih daripada itu, Tuhan ingin
kita melihat berkat dan penyertaan-Nya hari ini. Dan itu dimulai sebelum jam
makan malam (tidur yang cukup juga berkat Tuhan, jangan di korting).
2.
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti
kamu juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami”
Melihat urutan selanjutnya agak sulit diterima secara emosi bagi manusia.
Awalnya saya berpikir Tuhan salah menempatkan doa ini. Namun mengecek catatan
Injil demi Injil, tidak ada yang salah dengan urutan ini. Tapi secara manusia,
saya pikir, lebih baik minta diampuni dulu baru meminta kebutuhan roti dan ini
itu bukan?
Ternyata tidak begitu cara Tuhan Yesus mengajarkan doa. Dia ingin kita
memahami doa sebagai komunikasi yang jujur dan akrab dengan Bapa. Tidak seperti seorang
yang bermaaf-maafan dahulu, baik-baik dulu, lupakan dulu, lalu meminta sesuatu, itu munafik dan kaku seperti dengan orang yang tidak dikenal.
Bapa tidak seperti itu tampaknya.
Ampunilah kesalahan kami seperti kami juga mengampuni kesalahan orang
lain, memiliki makna yang dalam tentang pengampunan. Pengampunan bukan alasan
untuk membolehkan permintaan. Tidak seperti itu caranya. Tidak seperti doa
pengakuan dosa bersama di gereja yang diucapkan secara liturgi kemudian seperti
cuci gudang dosa. Lalu layak untuk minta ini itu. Tidak! Doa Bapa kami
mengandung tanggungjawab dalam pengampunan.
Pada saat itu, karya penyaliban belum dilaksanakan oleh Tuhan Yesus. Seandainya sudah, tentu segala dosa dan
kejahatan telah disucikan Tuhan Yesus pada salib. “Jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Perhatikan kata “segala”.
Pengampunan “segala” dosa (masa lalu, sekarang maupun yang belum terjadi),
menyucikan “segala” kejahatan (perubahan/pemangkasan tabiat dan pola pikir
jahat hari demi hari semakin ditelanjangi, dan tentu itu proses yang menyakitkan).
Jadi doa Bapa kami tidak bermaksud berulang-ulang meminta ampun atas dosa. Tapi
lebih kepada relasi kita dengan Tuhan dan sesama.
Ada orang-orang, yang entah mengapa, memendam sakit hati dan kebencian,
atau rahasia kepahitan. Kebanyakan itu adalah sikap tidak mau mengampuni (baik
diri sendiri maupun orang lain, bahkan terhadap Tuhan). Kita berpikir lebih
mudah mengampuni daripada minta ampun. Jika kita datang kepada orang minta
maaf, rasanya malu dan jika kita berhasil, rasanya kita sangat berjiwa besar. Tapi
ternyata terbalik, mengampuni justru lebih sulit.
Minta ampun mudah, apalagi kepada Allah, jauh lebih mudah bukan? Tapi mengampuni
terhadap kejahatan orang lain itu tidak mudah. Korban pemerkosaaan/pelecehan,
bully, kehilangan anggota keluarga karena pembunuhan, dikhianati, dll akan sulit
mengampuni. Tetapi kebencian dan sakit hati itu seperti menyimpan makanan busuk
dalam lemari es. Bayangkan jika dibuka, baunya makin hari makin membusuk. Demikian
mereka yang memendam akar pahit dan sakit hati, akan menderita sendiri dan
makin menderita selama masih dipendam.
Bukan berarti karya keselamatan Tuhan Yesus terhalangi oleh doa ini,
tetapi sebagai wujud tidak menghargai karya itulah yang tidak diampuni Bapa di
sorga. Maksudnya begini, jika seorang tidak mengampuni kesalahan orang lain,
sedangkan dia sendiri berdosa pada Allah sehingga Anak Allah disalibkan untuk
mengampuni dia, bukankah itu tidak menghargai karya pengorbanan Tuhan Yesus? Itulah
yang tidak diampuni Bapa di sorga, yaitu sikap yang tidak menghargai
pengorbanan Putera-Nya pada salib. Kau sudah diampuni, kau tidak punya hak
untuk tidak mengampuni orang lain yang bersalah padamu. Kita harus mengampuni.
Tidak ada obat untuk segala kepahitan, kebencian, dendam, iri, dan
sebagainya itu selain mengampuni. Seperti yang sebelumnya dipaparkan, doa
membawa kelegaan. Mengampuni adalah menyambut kelegaan dari Allah. Kita harus menyelaraskan hati kita dengan
hati Bapa dalam doa. Dan Bapa kita maha pengasih dan maha penyayang, dan….pengampun!
3.
“dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat”
Ketidak berdayaan untuk menghidupi sehari sudah, ketidak berdayaan untuk
menghapus dosa sendiri sudah. Kemudian Tuhan Yesus menunjukkan ketidak
berdayaan kita dalam pencobaan.
Seperti pada awal tulisan ini, seorang ibu menghentakkan saya karena berdoa.
Entah apa alasannya berdoa di pesawat itu, aku tidak tahu. Tapi kenyataannya
kita memang rentan terhadap serangan kuasa jahat. Pencobaanku saat di pesawat
itu adalah kenyamanan dan kebiasaan yang membuatku kurang mengandalkan Tuhan. Padahal
aku sangat bergantung pada Dia di atas ketinggian sekian ribu kaki di langit
itu. Tak ada yang bisa kubuat untuk menyelamatkan diri jika beberapa baut saja
iseng dicabut sang Iblis. Kurasa malaikat Tuhan sedang menjaga keluar masukku
sejak dahulu, sekarang dan selama-lamanya (Mazmur 121:8).
Tuhan Yesus tahu, berdoa merupakan bagian penting dalam peperangan
rohani. Mungkinkah Tuhan Yesus mengajarkan untuk berdoa dan berjaga-jaga
sebagai satu-satunya pertahanan terbaik kita dari panah api si jahat? Ya, saya
rasa demikian! Doa dapat melepaskan dan meluputkan kita dari yang jahat. Kita harus
berdoa setiap waktu, seperti bernafas. Karena kuasa Iblis pun giat mencari
celah untuk mencelakai kita.
Selain itu, seperti halnya doa meminta secukupnya, mengampuni sesama, doa
lepaskan dari yang jahat inipun memiliki tanggung jawab. Kita berdoa meminta
Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan, itu berarti kita aktif juga menjauhkan
diri dari pencobaan bukan? Bagaimana bisa
Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan jika kita sedang mengejar dan bahkan
terjun bebas kepada pencobaan?
4.
“Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan
kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”
Bagian yang terakhir ini merupakan kalimat tambahan atau penegasan.
Setiap anda melihat tanda [….] pada ayat-ayat Alkitab, itu artinya ditambahkan
oleh sokoguru Gereja. Atau bukan berasal dari tulisan aslinya. Tentu ada maksud penambahan itu yang diterima
oleh bapak-bapak Gereja mula-mula. Biasanya kalimat itu sebagai pelengkap,
kepantasan ataupun penjelasan.
Untuk “doa Bapa kami” yang diajarkan Tuhan Yesus ini khusus ditambahkan
sebagai pelengkap dan kepantasan. Karena doa ini berupa pengajaran awalnya,
kemudian menjadi doa yang diucapkan oleh murid-murid dan orang Kristen mula-mula,
oleh karena itu kalimat pujian dan pengakuan ini ditambahkan sebagai penutup
doa ini. Kita meyakini, walaupun ini merupakan kalimat tambahan, namun arti dan
tujuannya jelas diilhami oleh Roh Kudus.
Karena
Engkaulah yang empunya, merupakan seruan kita mengakui dan mensyukuri bahwa
kita sangat bergantung pada Bapa di sorga. Kita mendeklarasikan bahwa tidak ada
yang lain. Kita bergantung penuh pada Bapa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dialah
yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Dan deklarasi ini pun di jalani dengan
banyaknya martir dari orang percaya. Karena dengan deklarasi ini, tidak seorang
kristenpun mengakui kerajaan/pemerintahan lainnya, kuasa/otoritas lainnya,
kemuliaan lainnya selain Bapa di sorga.
Saudara yang dikasihi Tuhan. Bagi saya pribadi, doa Bapa
kami adalah doa yang berat karena semua sangat membutuhkan pengakuan kita. Tidak
sekedar dihafalkan tetapi makna didalamnya, kata demi kata, membuat kita
seperti terikat perjanjian. Saya juga tidak mengatakan doa Bapa kami adalah doa
sempurna dan doa-doa lain tidak sempurna, saya tidak setuju itu dan saya yakin
Tuhan juga tidak setuju itu.
Doa Bapa kami seperti kerangka yang menjelaskan doa kepada
kita tetapi bukan pola apalagi kalimat syahadat orang Kristen. Siapa saja dapat
mengucapkan doa ini tanpa arti bukan? Banyak orang di gereja berantem tapi
serempak berdoa Bapa kami bukan? Jadi bukan itu doa sempurna. Tapi lebih ke
membuka kerangka berpikir kita tentang doa.
Doa Bapa kami bisa meluas menjadi berbagai topik dalam hidup
kita. Tidak hanya roti sehari, bisa berbagai aspek termasuk anak yang hari ini
belum pulang dari pelariannya, atau pertengkaran suami isteri, atau
perselingkuhan dll. Tapi apakah doa yang sempurna itu?
Melihat dari berbagai tokoh di Alkitab, ternyata doa yang
sempurna itu adalah doa yang jujur dan bergantung pada Allah (yang ada juga
dalam pengertian Doa Bapa kami), bersifat pribadi dengan Allah dan bukan untuk
pamer di depan orang lain. Kita bisa lihat doa dalam kitab Mazmur. Begitu
banyak kejujuran, frustrasi, keluhan bahkan protes pada Tuhan. Yang akhirnya
kembali pada pengakuan akan kasih kedaulatan Tuhan. Seorang nabi Yeremia
menulis satu buku berisi doa ratapan, bahkan kadang dia berseru Tuhan tidak
peduli padanya lagi. Abraham tawar
menawar dengan Tuhan soal Sodom dan Gomora. Abraham juga tertawa saat
dijanjikan anak pada usia 90 tahun. Seorang bernama Yabes berdoa dengan berseru
seakan lebih mirip permintaan frustrasi yang berani. Hana menangis berdoa
seperti orang mabuk karena kata-katanya tidak jelas disela-sela isakan
tangisnya. Dan Tuhan menjawab mereka!
Saya tidak mengerti rumusan doa. Yang saya bisa pahami, doa
adalah media atau ruang dimensi lain untuk pertemuan/terhubung dengan Allah
yang penuh misteri. Allah senang dengan doa. Allah tidak pernah menolak
mendengar doa kita. Allah tidak marah saat kita mencurahkan segala kemarahan
kita atau ketakutan-ketakutan kita di dalam doa. Allah sangat menghargai doa-doa
kita.
Bahkan, Allah sangat menantikan kita berdoa, mendengar kita
memanggil Dia “ya Abba…..ya Bapa!” (I
cry when I write this line). Allah merindukan saya dan merindu hendak berbicara
dengan saya. Seperti kekasih yang tersiksa oleh rindu yang dalam, Allah Bapa di
dalam Kristus Yesus, ingin segera melompat ke dalam media doa saat kita datang
berdoa pada-Nya. Inilah yang saya mengerti saat ini tentang doa.
Amin. Tuhan
Yesus memberkati kita semua.
English version:
PRAYERS, simple medium but complicated to understand.
Lately I became frequent use of aircraft on business.
Because quite often, it finally feels comfortable air travel as convenient as a
taxi ride on the mainland. Until one day on my last flight before writing this,
I realized something about prayer that jolted into my soul.
It was in an airline to fly me back to my city, I sat down
with my colleague, the position of my seat in the aisle, while my co-worker at
the window. Suddenly my colleagues, she nudges to show me of a mother who sat next
of my aisle. And what she was doing? She was reading a large Bible! I saw what
she read, it is also my favorite part, even grip my life, and yes Psalm
121:1-8. And she prayed!
Moment occurred in my mind about what might be considered the
mother. Ah I smiled, a little underestimating, I thought: "hmm sure this
mother was afraid to fly ... maybe she is not quite faithful believers but
surrender her life on this plane ... oh I guess maybe she was afraid to die ...
what should I tell her, if you believe in God Jesus does not need to be afraid
anymore? "
But suddenly, I was like God rebuked. I was struggling about
prayer. I'm reading a book about prayer. Before I finished reading the book, it
seemed like God wanted me to draw attention to the real world.
Why is this woman pray? Could she actually know the things
that I don’t know about prayer? Could not she actually praying not because of
fear? Could it be her prayer as a form of surrender completely to God? Is not
power of Satan and evil spirits always tried also targeting human? What else
can I do at so many thousands of feet from the mainland if the powers of evil just
attacked the plane parts? What’s wrong to pray for God's help in this regard?
There is nothing wrong! I will then bow and prayed too.
Well, I'm not going to explain about prayer, I do not
understand, I was still struggling. Prayer is like a mystery but it is needed.
Like the disciples of the Lord Jesus asked Jesus to teach them to pray, I was
still learning to pray. But certainly about prayer is that prayer is important
because the Lord Jesus went to pray. If He exemplifies the life dependence on
prayer for the success of his mission, then I will be praying for my life.
Jesus prayed all night before choosing the 12 disciples. And
that's one of them total failure (Judas the traitor). The Lord Jesus prayed to
5 bread and 2 fish, then all satisfied and the remaining 12 baskets. He prayed
for the raising of Lazarus. He also prayed in Gethsemane and receive an answer
from God that bear crucifixion.
Certain moments , the history of the Bible tells us that our
prayers are answered as requested ( Esther prayer for cancellation of genocide
of the Jews , prayer Elijah asked the fire from the sky , Solomon's prayer for
wisdom , etc. ) . Prayer is also able to alter the decisions of Allah as if
there is an emotional bond between the prayer with God ( prayer the people of
Nineveh , Moses prayer asking forgiveness for his ignorance of Israel , the
prayer of Abraham to rescue Lot , Hezekiah prayer which makes extended 15 years
old , etc. ) . Sometimes prayer requires a very long time to be realized , even
if based on the promises of God ( Abraham got offspring , Israel oppressed in
Egypt , the lame at the pool of Bethesda , etc. ) . Not answered or answered
with " no " , is part of the prayer as well ( Moses could not enter
the Promised Land , David could not build the temple of God , Paul asked his
illness cured but he was not cured , even the Lord Jesus in Gethsemane must
accept the bitter answer to prayer ie drink the cup of sacrifice on the cross )
.
But most of all, the Lord Jesus prayed. If He felt the need
to pray, even Jesus made prayer as the center of his life (the Lord Jesus
often went to the hill or the park or a quiet place to pray for hours or even
overnight), then of course prayer is also important for us.
And in fact, there is a difference between people who pray
towards that do not pray. In fact, people always need a place to vent called
this prayer, relief may be obtained only from prayer. Even the songs of praise
and so on, if not intended as a prayer, then it does not give relief.
Prayer is a medium to connect with God. Two different realm,
two different degrees, two different powers .. united in prayer. And God would
appreciate prayer (Revelation noted when the prayers of believers were brought
in the form of incense before God, then for the first time Heaven was silent.
Then prayer is thrown to the ground as the drums of war, which started the
opening one by one the seal of God's judgment to the spirits of ruler of the
world).
Seeing prayer life of Jesus, the disciples wondering,
precisely requesting, "Lord, teach us to pray ...." (Luke 11:1).
Look at the various parts of the world, in various ways
people pray to god. Every culture and religion has a special ritual of praying,
even require tools to pray. There is a necklace, a mat / pad, sticks, musical
instrument, buildings, statues and so on. Even prayer is accompanied by a
special provision for who is worshiped, said offerings, blood, money, animals,
human sacrifice, etc.
In contrast to the Lord Jesus, the attitude of prayer to Him
is not very visible. Attitude in prayer to Him is not in deeds. Prayer for Him
is a relationship. He said to pray and worship God in the Spirit of Truth (John
4:23), praying in secret not to be seen by people (Matthew 6:1), pray do not be
rambling or more precisely do not be much reasons, but to be honest (Matthew 6:
7), and come in prayer with a pure heart, do not store the root of bitterness
in your heart, and let the root of bitterness to others, it comes with an
attitude to forgive to be forgiven because God had forgiven (Matthew 6:14-15).
All this is not a ritual, but an understanding and qualities that should be
(today only understand the worship rituals or procedures, if doing all
regulations then it is safe).
The Lord Jesus taught the disciples to pray thus:
"Our Father in heaven, hallowed be thy name, thy kingdom come, thy
will be done on earth as in heaven. Give us this day our daily bread and
forgive us our faults, as we also forgive those who wronged us, and lead us not
into temptation, but deliver us than evil. [For you is the kingdom and the
power and the glory forever and ever. Amen.] ". (Matthew 6:9-13).
Let's look more deeply about this prayer. In general we see,
overall this is a prayer request or petition. But behind the petition that
there are things that the Lord Jesus saw a need and it is God's plan for us.
Many people say this prayer is "perfect prayer", but to what extent
the meaning of the word perfect is that? Is not necessarily the crowd
understood what he himself called perfect.
Part I. Recognition
of God.
1. "Our Father in Heaven."
Since ancient times up to the
time of Jesus, none of the great figures in the Bible call God the Father.
Since the Lord Jesus is present, there is a new relationship that is introduced
God to us humans. A very close family relationships. Calling Father to God in
prayer is a wonderful thing, who never even thought of or dared to be spoken by
the prophet of Moses and Elijah, or even David, the king beloved of God
(because God is so dear to David, He was willing to refer to Christ as the Son
of David ).
This trend may also lead to
disciples who want to learn to pray like Jesus. But we can see this difference
as a way God shows his identity. That is, only to have a relationship with the
Lord Jesus, then one can become children of God. Believe on the Lord Jesus makes
a person appointed as brother of the Lord. The Lord Jesus became the first
fruits for us believers. He the first to die and rise in the heavenly bodies,
then we too will experience it (Romans 8:29, 1 Corinthians 15:20).
In the Gospels, we will find some
nicknames to the Lord Jesus. The Son of Man, Son of David, the Lamb of God and
the Son of God.
At one time, the Lord Jesus calls
himself the Son of Man (or Son of David). It has two important meanings. In
history, the Lord Jesus was born of the seed of David. His father Joseph was a
descendant of David, though outwardly, with the blood of the Lord Jesus was not
Joseph. Since the birth of the Lord Jesus in the Holy Spirit in the body of the
virgin Mary.
From this side, the birth of
Jesus foretold hundreds or even thousands of years ago (Example prophet Micah
foretold the exact location of his birth - Micah 5:1 and Isaiah 7:14 notify as
"Emmanuel", as well as the Angel say to Mary and the shepherds when
Jesus was born, while Isaiah 52-53 recount the details of his crucifixion), so
that it becomes authentic proof that the God of Israel is the only true one,
and that is what God became man in the image of Jesus Christ as a guide for us
to the true God itself. God in the flesh, Emmanuel means Allah is with man. (Jewish
and other faiths still reject this reality, so that they are still waiting for
"the pointing way of truth". Though he had come).
Besides has historically been, in
symbolic Son of Man also means as representative of man before God. Because
humans have sinned and none worthy man in the world (Romans 3:23), then there
is nothing worthy to represent man before God other than the Lord Jesus. While
the wages of sin is death (Romans 6:23).
Throughout history, God teaches
that the atonement must be made with the blood sacrifice of a ram without
blemish or defect. However, whether the man's sin can be blotted with the blood
of animals? Of course not. Animals are not equal to humans. This is just a
symbol and a picture of the future. At this point, the Son of Man represents
man to atone for the sins of mankind, the Lamb of God.
When Abraham was commanded to
slaughter Isaac, his legitimate offspring, then God, blocking the hand of
Abraham who will thrust the knife into Isaac. Then replace it with a ram caught
in a thicket. Thus the picture of the Lamb of God that the Lord Jesus is
intended as a substitute for human penance. Because only He is the only sinless
(not incest with Adam), and He alone is the true sacrifice of God.
His crucifixion is a very big
sacrifice. King of Heaven humbled himself for us in such lowly. Meditate on for
a moment, we are sinful creatures, we torture our Creator with vile, while He
accepted it to give way to salvation from our sins. "He himself bore our
sins in His body on the cross, so that we, that are dead to sin, alive to the
truth. By whose stripes ye were healed (saved). "1 Peter 2:24.
The title Son of God clearly
states Jesus DIVINE status. He ... let's say ... God in disguise visiting
humans. Calling himself the Son of God so as to give an example of this
father-son relationship in our spirituality. Prayer refers to God as his
Father, who invited the wrath of the Jews and drove the Lord Jesus on the
cross. But without the Son of God, then we never really get to know God
Himself. "Like father like son", to know the Lord Jesus as the Son of
God, is to know the Father is God himself.
Jesus said to him: "I am the
way and the truth and the life. No one comes to the Father, but by me. If only
you know me, you certainly also know my Father. Today you know him and you have
seen him. "(John 14:6,7).
"Believe me, that I am in
the Father and Father in me: or at least believe because of the works
themselves." (John 14:11). These works refer to the teachings and deeds of
Jesus' miracles (water into wine, made an instant decades paralyzed walk, the
deaf hear, blind from birth made look, leprosy cured normal again, raised the
dead, fed 5000 people with 5 bread and 2 fish , etc etc), work may be done only
by God, not by human beings.
But the most established and seal
of the Lord Jesus as the Son of God is His resurrection on the 3rd day of His
death on the cross. The Resurrection can be confirmed more than 500 people who
met the Lord Jesus after risen. Even to this day the resurrection makes a
Christian willing to die for the truth (History records at the time of Emperor
Nero in Rome, Christianity is the ticket to a terrible death penalty, there are
beheaded, used as torches, are displayed in gladiator. Yet all willing martyrs
for the truth. Until such time, another emperor, namely Augustine-was kneeling
become a Christian and established a Roman Catholic). Christian designations,
first appeared to show the followers of Christ in Antioch (Acts 11:26).
Our Father in heaven! Quite a
short sentence, but are essential for the prayer itself. No one prayer was
really directed without this address. And to refer to God as Father, one must
have faith in the Lord Jesus Christ.
"But as many as received
him, he gave the right to become children of God, to those who believe in His
name." (John 1:12). "And because ye are sons, God sent the Spirit of
his Son into our hearts, crying" Abba, Father! '"(Galatians 4:6).
Note: Abba is the name spoiled child of Israel said to his father, such as
"daddy" in English.
Have these relationships first, and
then pray! Faith in the Lord Jesus is absolute to pray. Without it, our prayers
to the gods are not clear which one. Only one is the living God. That Father,
Jesus indicated.
2. "Hallowed be thy name"
Hallowed/sacred has a different
meaning with holiness. It is derived from the word "Kadosh" which
means set apart. While the holiness was mean of the condition that’s innocent /
blameless. We can be hallowing/being sacred, but could not be holy. Only a
complete sacrifice of Jesus sanctifies and cleanses (holy) us from our sins.
Israeli people very understand
"Kadosh", because since the time of Moses, God formed their culture,
the term "Kadosh". They are a nation of "Kadosh". The
people are different from other ethnic groups in the world. When out of Egypt,
the Israelite did not have a definite culture. They grow with the Egyptian
culture but live as slaves. They are not purely just the children of Jacob
alone, but also many other nations attached, then participated to escape from
Egypt. But for 40 years in the desert, God Himself who sanctifying Israel.
God personally who gave the law
and all the rules of everyday life of the nation of Israel. From the planting
to the harvest time, from family relationships and foreigners, the economic
stability of the problem (the Jubilee year) until the issue of slavery. The
Israelite were totally different from other nations. Therefore, after arriving
at the promised land of Canaan, God was angry with the Israelite because of
their mixed social / marital and cultural / religious with the surrounding
nations. The Israelite were not sacred anymore, polluted as it follows the
pagan gods, so that finally God made them to dispose of Babylon and until the
time of Jesus Roman-occupied nation of Israel.
Sacred is also very clear in the
selection of sacrificial animals to be slaughtered and burned on the altar of
God. Sheep which sanctified are chosen from the beginning: which is male,
without fault, not lame, healthy and fat. The best separated from other sheep.
In prayer, we sanctifying the
name of God. This means doing a meditation point ignoring anything else and put
the name of our Lord. What is the name of God? Yes, Jesus Christ.
Moses once asked, who is your
name? God replied, I AM (Exodus 3:14), I have appeared to Abraham, Isaac and
Jacob as God Almighty, but by my name I have not declared (Exodus 6:2).
While Jesus clearly said (and
remember, this proved by his divinity who rose from the dead), "I have
declared thy name unto all the people, which thou hast given me out of the
world." (John 17: 6) "and I'm no longer in the world, but they still
exist in the world, and I come to you. Holy Father, keep them in thy name, thy
name that is thou hast given me, that they may be one just as We are.
"(John 17:11). So the name is the name of the Lord Jesus Christ.
Sanctify the name of the Lord
Jesus is separating all our prayers realm of other things. It's like we
specialize to connect with God. In prayer, we should come to meet or connect
with God. Such as turning off all radio, television, or looking for a quiet,
out of the room which noisy, away from the crowds WHEN we want to pick up
important call.
I remember when I was working at
my old company, then make an appointment for an interview via skype or phone
with another company. I was really setting things up. Ensure the battery is
fully charged my phone, make sure the laptop is connected to the electric
current, repetitive test my internet connection for skype. Even when before the
time, I ordered to be left alone, locked my office space. I am sanctifying my
interview.
Hallowed be thy name, of course,
related to the readiness of our hearts to connect with God. It is in
recognition of the importance of prayer itself. Or as my interview moments
earlier, prayer is a very important for us. Prayer as recognition of the
importance of God in our lives!
3. "Your kingdom come"
I certainly do not need to
explain the picture of what happens when the kingdom of God come into this
world is not it? Or let us imagine together. The whole army of God's angels in
combat gear along with his generals came millions the number of troops, and in
the midst of them floated a magnificent carriage and wheeled fire shone no God
sitting on it. Simultaneously trumpets sounded and the guns and the bullets
scatter throughout its missiles hit the Pentagon, all the presidential palace
and kingdom on earth. The warrior angels fly beat all soldiers: U.S., Russia,
China, the UN and NATO and friends with their flaming sword swing. I think the
horror of the Gulf War will not be remembered longer than the war of Armageddon
or the end of this age, is not it?
Once again the disciples that in
fact the children of Israel are not to be confused with the prayer of thy
kingdoms come. Because they are filled with stories of wars between kingdoms
since childhood. The biggest one is that they are very adorable kingdoms of
David. That is why the Jews are still waiting for the Messiah or Christ. Due to
their picture of the Messiah or Christ is very narrow as they desire set up
again the kingdom of Israel as the days of David. Their expectations, the
Messiah or Christ will lead the uprising and beat Roman invaders with a magic
the power of as in the days of the judges and the kings. In fact, God's plan
for the coming of the Messiah or Christ is far greater than that, which is
saving mankind from sin, from the power of the devil stinger and the wages of
sin is death.
But why is this prayer, Jesus
included in the Lord's Prayer? It has 2 deep meaning. The first meaning, of
course, is the conquest of self. We should covet conquered by kingdoms of God.
We must be willing to submit to the rule of God's kingdom itself. We must be
aware, is not we which make the rules, but him. As in the end, the Lord Jesus
also said in his prayer before crucified: "not my will be done, but Father’s
will."
The second meaning is a form of
hope. We must hope that the kingdoms of God would come to this earth. Someday,
the incense of the prayers of the righteous, will be the boom beginnings of the
Kingdom of God. We are foolish to expect the earth would be better, or preserve
and make the earth greener. We could try, but God had delivered. At the end of
time, his kingdom led Christ the King will come to fight against Satan and its
followers on earth, until the stone are not lying on top of another stone. And
the believers will be lifted and given a new earth and sky (Book of Revelation).
4. "Thy will be done on earth as it is in
heaven"
Jesus certainly knew the
difference earth and heaven. Than anyone else, Lord Jesus was the only one who
came down from heaven to earth. Only Lord Jesus is the only source of reliable
information at that time to explain heaven. Even in his teaching, Jesus had
several times tried to insert a picture of heaven into people's understanding
of the earth. He several times gave the parable of the kingdom of heaven.
The contrast is, in heaven, any
word and the will of the Father, will be complied with and performed. While on
earth, are not!
We can read in the Old Testament,
how the God of Israel, as if frustrated by imbecility of Israel. Even He was
calling them stubborn. Just split the Red Sea and they walked across on dry
land, not long after different days, these people grumble because there is no
water in the desert. Even to whine back to Egypt, and there who threatening
better off dead. What is less fierce, but still grumbling? Many more such cases
until the end result of the golden calf idol, God almost destroy that nation,
if only Moses prayed and argued with God (Exodus 32:9-14).
Just as we ask for the coming of
God's kingdom, so does the Lord Jesus wants us to understand and so missed the
will of God in our lives. His will that bring peace in heaven, be our desire to
occur on earth (and us). The Will of God it is beautiful and noble plan.
Part II. Recognition
of helplessness without God's intervention.
1. "Give us this day our daily bread"
One day for Israel begins at 6 PM
and ends at the same hour the next day. It could be said that they are not
start the day with breakfast in the morning but by dinner. While for most of
the nations of the world, starting the day after waking up in the morning, the
people of Israel started the day before bedtime. As if, sleeping at night is
part of a day for prayer. Instead we, seem to underestimate the evening.
Contradictions in Jesus' day with
our day is very big. In Jesus' day the Israelite colonized by the Romans. As a
colonized nation would not have true prosperity. They prosper if allowed to
prosper. They had to pay taxes to the Roman Empire. People who colonized the
poor, only a handful of leaders and officials of the Israeli nation "taken
care of" by the invaders in order to help curb people. Therefore the
people of Israel hated tax collector, as working for the invaders. Publican
classified sinner, just like prostitutes and lepers.
Our age is rather difficult to
understand the purpose of "give our daily bread". While we live in a
fast-food paced world. Even every day there was a food salesman who passed in
front of our house. Department stores in every corner of the city. Our
refrigerator filled with food for a week even there for a month. So how
important this prayer be? Though this prayer clearly shows our dependence on
God for daily provision.
From this prayer, as if God
teaches us to go day by day. Unlike offers life and health insurance services
which detail monthly and yearly. The Lord only asks us to pray for this day,
and even then sufficiently.
Perhaps I should change the way I
pray. Perhaps we should see this day and pray for this day. Maybe God wants to
remind, that we have is today, not tomorrow. Life without guarantee tomorrow, especially
the old days. Not ideal nowadays to think so, is not it?
But that does not mean we should
not live in planning and insurance. But prayer brings awareness, while praying
that it is currently aware of mortal life. We do not have the power to our
lives. We lean over what God has given us, that entirely. Our breath, our
heartbeat, our blood flow, all of them likes bread given by God for us
sufficiently. We ask not for that way ahead, we ask that this day only. Not
just bread and sustenance, more than that, God wants us to see His blessing and
participation today. And it started before the dinner hour (enough sleep is
also blessing of God, not at a discount).
2. "And forgive us our faults, as you also forgive
those that wronged us"
See the next sequence, a bit
difficult to accept human emotions. At first I thought, God made a mistake in
placing this prayer. But checking the records in the Gospels, there is nothing
wrong with this sequence. But as a human, I think, better ask forgiveness
first, then ask for the need of bread and others, is not it?
It was not like it was the Lord
Jesus taught prayer. He wants us to understand prayer as an intimate and honest
communication with Father. Unlike people who apologize first, good first,
forget, and then ask for something, it's hypocritical and stiff as with
strangers. Apparently, Father is not so.
Please forgive our mistakes as we
also forgive everyone else, has a deep meaning of forgiveness. Forgiveness is
not an excuse to allow the request. Way No like it. Unlike the common prayer of
confession in the church liturgy later pronounced like sin clearance. Then we
deserve to ask for our purposes. No! Our Lord's Prayer contains
responsibilities in forgiveness.
At that time, the work of the
crucifixion, has not been undertaken by Lord Jesus. If already, of all sin and
evil has been cleansed by Lord Jesus on the cross. "If we confess our
sins, he is faithful and just and will forgive us our sins and purify us from
all unrighteousness" (1 John 1:9). Note the word "all". Forgiveness
"all" sins (past, present and yet to come), cleanse "any"
evil (change / trimming evil character and mindset of getting exposed day after
day, and of course it is a painful process). So we do not mean the Lord's
Prayer repeatedly asked for forgiveness for sins. But it is more for our
relationship with Lord and our neighbor.
In the "footnote" this
prayer, Jesus said: "For if you forgive men their trespasses, your
heavenly Father will also forgive you. But if ye do not forgive, neither will
your Father forgive your sins. "(Matthew 6:14,15). So this teaches when we
enter into prayer, we have to come with an open heart and cleared.
There are people, who for some
reason, harbored heartache and hatred, bitterness or secret. Most of it is
unforgiving attitude (either themselves or someone else, even towards God). We
think it is easier to forgive than ask for forgiveness. If we come to someone
to say sorry, it's a shame, but if we are successful, we felt very big heart.
But it turns reverse; it is more difficult to forgive.
Easy to ask for forgiveness,
especially to God, much easier is not it? But forgive towards evil of others is
not easy. Victims of rape / abuse, bullying, loss of family members of murder,
betrayal, etc. will be difficult to forgive. But hatred and heartache is like
rotten food store in the refrigerator. Imagine if opened, it smells
increasingly rot. Similarly, those who harbored bitter and heartache the roots,
will alone suffer, and suffer even more as long as it kept.
Not that the work of salvation
Lord Jesus hindered by this prayer, but as a form that does not appreciate the
work, that does not forgiven Father at heaven. The point is this, if one does
not forgive mistakes of others, while he himself sin to God so that the Son of
God was crucified to forgive him, would not that does not appreciate the work
of the sacrifice of Lord Jesus? That is what does not forgiven by Father in the
heaven, that attitude does not appreciate the sacrifice of His Son on the
cross. You are forgiven; you do not have the right to not forgive others who
wronged you. We have to forgive.
There is no cure for any
bitterness, hatred, resentment, envious, and so on, besides to forgive. As
previously described, prayers bring the relief. Forgiving is a welcome the
relief from God. We must align our hearts with the heart of the Father in
prayer. And our Father is all loving and all merciful, and forgiving ....!
3. "And lead us not into temptation, but deliver us
than evil"
Helplessness to live a day
already explained, helpless to remove the sin itself has been explained. Then
Lord Jesus showed us into temptation fecklessness.
As in the beginning of this
writing, a mother who stomped me for praying. For whatever reason praying on
the plane, I do not know. But in reality we are vulnerable to the attack the
power of the evil. My temptation in the plane is the comfort and habits that
make me less rely on God. Though I was actually very dependent on Him; for be
in thousands of feet altitude in the sky. There was nothing I could do to save
myself if a few bolts just for fun repealed by the devil. I think the angel of
God is keeping the in and out of me since yesterday, today and forever (Psalm
121:8).
Lord knows, prayer is an
important part in the spiritual warfare. Could Lord Jesus teaches us to pray
and keep watch as the one our best defense of the fiery darts of the evil? Yes,
I think so! Prayer can release and delivers us from evil. We must pray all the
time, like breathing. Because the power of Satan was actively looking for a gap
to harm us.
Moreover, as a prayer asking
sufficiently, forgiving others, prayer request to be released from of the evil,
also have a responsibility. We prayed to God to keep us from temptation, it
means we are active as well to keep away from temptation, is not it? How can
Lord keep us from temptation if we're pursuing and even free-fall to the
temptation?
4. "For you is the kingdom and the power of and the
glory forever and ever. Amen. "
This last part is an additional
sentence or affirmation. Each time you see the sign [....] in the Scriptures,
which means added by the pillars of the Church. Or it was not from the original
writings. Of course there is the intention of the addition, which is accepted
by the fathers of the early Church. Usually that phrase as a complement to,
decency or explanation.
For the "Lord's
Prayer", that Jesus taught, this typically added as a complement and
decency. Because this form of teaching prayer first then became a prayer spoken
by disciples and the early Christians, therefore, a word of praise and recognition
is then added as a closing prayer. We believe, although this is an additional
sentence, but the meaning and purpose clearly inspired by the Holy Spirit.
"For you is ..", is a
call we recognize and appreciate that we are very dependent on Father in
heaven. We declare that there is nothing else. We are totally dependent on
Father in the Lord Jesus Christ. For He is the kingdom and the power of and the
glory forever and ever. And this
declaration was in live with the many martyrs. Because of this declaration, not
a Christian was admitted any kingdoms/administration, power/authorities, other
than the glory of Father in heaven.
Beloved brother of the Lord. For me personally, the Lord's
Prayer is a prayer that is very heavy due to all the need of recognition. Not
just memorized but the meaning in it, word by word, to make us such tied
agreements. I also do not say the Lord's Prayer is the perfect prayer and other
prayers do not perfect, I do not agree and I believe that God does not agree
it.
Our Lord's Prayer such a framework that describes the prayer
to us but not the pattern or sentences creed for Christians. Anybody can say
this prayer without meaning, is not it? Many people in the church fight but
simultaneously pray the Lord's Prayer, is not it? So it was not the perfect
prayer. But more to the open frame our thinking about prayer.
The Lord's Prayer can be expanded into a variety of topics
in our life. Not only bread a day, can be a variety of aspects including the
child who has not come home from his escape, or a husband and wife quarrel, or
infidelity etc. But is it the perfect prayer?
See from the various characters in the Bible, it turns out
that perfect prayer is prayer that honest and rely on God (which is also in the
sense of our Lord's Prayer), is personal with God and not to show off in front
of others. We can see prayer in the book of Psalms. So much honesty,
frustration, complaints and even protests against Him. Who eventually returned
to the recognition of the sovereignty of the Lord's love. A prophet Jeremiah
wrote the book contains a prayer lamentation, sometimes he cries God does not
care about him anymore. Abraham was bargaining with God about Sodom and
Gomorrah. Abraham also laughed when he was promised of child at the age of 90
years. A named Jabez prayed with cries of frustration as more like a bold
request. Hannah prayed cried like a drunk because the words are not clearly on
the sidelines of a sob tears. And the Lord answered them!
I do not understand prayer formula. As I can understand it,
prayer is the medium or the other dimension of space, to have meetings or to connect
with God that is full of mystery. God is pleased with the prayer. God never
refuses to hear our prayers. God does not angry when we devote all our anger or
our fears in prayer. God would appreciate our prayers.
In fact, God is waiting for us to pray, hear us calling Him
"Abba, Father!" (I cry when I write this line). God I really miss,
and miss talking to me. Like a lover who is tormented by a deep longing, God
Father in Christ Jesus, want to immediately jump into the medium of prayer when
we come to pray to Him. Here's what I know today about prayer.
Amen. Jesus Christ bless us all.
No comments:
Post a Comment