Lalang
di antara gandum– Serial Hal
Kerajaan Sorga
Pembacaan:
Matius 13:24-30
Serial
hal kerajaan Sorga berikutnya adalah tentang perumpamaan lalang di
antara gandum. Tentu saja sebelum memulai bagian ini, perlu saya
ingatkan bahwa seluruh serial ini saling berhubungan dan
berkelanjutan. Tentu yang utama adalah anda membaca terlebih dahulu
permulaan serial ini yaitu yang berjudul Seorang Penabur.
Dengan membaca kisah seorang penabur, maka anda memiliki dasar dan
pondasi yang cukup terarah untuk memahami serial hal kerajaan Sorga
ini. Jika belum membacanya, baiklah kiranya anda membacanya dahulu
disini.
Setelah
memberikan perumpamaan tentang Seorang Penabur dan kemudian
memberikan penjelasan tersendiri kepada murid-murid-Nya, Tuhan Yesus
melanjutkan dengan perumpamaan lainnya yang masih berhubungan. Yah,
masih berhubungan soal benih dan perkebunan/pertanian. Tapi memiliki
makna tersendiri. Jika murid-murid-Nya sungguh-sungguh membuka hati
menjadi tanah yang baik, tentu Tuhan mau melanjutkan kepada hal
kerajaan Sorga yang lebih dalam bukan?
Berikut
Tuhan Yesus melanjutkan dengan perumpamaan yang menjelaskan sudut
lain dari hal kerajaan Sorga, demikian Firman Tuhan:
Matius
13:24-30
Yesus
membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya:
“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang
baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah
musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu lalu pergi.
Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampaklah jugalah lalang
itu.
Maka
datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan,
bukankah benih yang baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari
manakah lalang itu? Jawab tuan itu:Seorang musuh yang melakukannya.
Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya
kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab
mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.
Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu
itu aku akan berkata pada para penuai: kumpulkan dahulu lalang itu
dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah
gandum itu ke dalam lumbungku”.
Wow,
sebuah kisah pertanian yang menarik bukan? Ada beberapa hal yang
seharusnya dapat kita pahami dari kisah ini. Dari sini kita melihat
bagaimana Sorga melihat bumi, bagaimana Allah melihat manusia.
Bangsa
Israel (Yang kemudian lebih dikenal orang Yahudi), memang memiliki
esklusifisme sendiri terhadap dirinya dibanding orang lain. Betapa
tidak, hanya mereka yang benar-benar yakin Allahnya benar nyata.
Ketika keluar dari perbudakan Mesir, tidak ada bangsa lain yang
dituntun dengan tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam
hari. Ini bukan dongeng, tetapi kenyataan yang tidak bisa disangkal.
Mereka ditolong Allah dengan membelah laut Teberau dan berjalan
menyeberang di dasar laut bak tanah kering. Mereka memutus sungai
Yordan yang besar itu, bak tembok bendungan/dam raksasa yang menyebar
berkilo-kilo meter sehingga mereka bisa menyeberangi sungai tersebut.
Lalu siapa bangsa yang mengalahkan seluruh suku-suku dan
raksasa-raksasa di tanah Kanaan. Salah satunya meruntuhkan tembok
benteng Yerikho dengan hanya derap langkah mengelilinginya. Belum
lagi kisah kerajaan Daud yang menguasai tanah Kanaan dan hampir
seluruh Timur Tengah saat itu. Jangan lupa hikmat Raja Salomo yang
tidak tertandingi siapapun di dunia serta kekayaannya yang luar
biasa, yang membuat perak menjadi barang tidak berharga di zamannya.
Bahkan saat masa pembuangan bangsa Israel-pun, di kerajaan Babel,
seorang wanita Yahudi bernama Ester menjadi Ratu Kerajaan Babel
setelah proses pemilihan Miss Universe pertama yang pernah
diselenggarakan. Jadi, sekalipun saat perumpamaan ini disampaikan
mereka adalah bangsa jajahan Romawi, tetapi mereka punya kebanggaan
jati diri luar biasa. Salah satu daerah jajahan Romawi yang paling
sulit diatur adalah Israel.
Oleh
karena itu, kecenderungannya adalah orang Israel memandang rendah
bangsa lain, dan mungkin kalau kita melihat sejarahnya, pantaslah
mereka demikian. Tetapi Tuhan Yesus menunjukkan bahwa bukan itu cara
pandang Sorga, hal kerajaan Sorga berbeda dengan pandangan mereka.
Pernahkan
anda memperhatikan suatu golongan atau kelompok memandang golongan
dan kelompok lainnya lebih hina? Ada agama tertentu yang dengan
jelas-jelas sekeras speaker yang keluar dari corong rumah ibadahnya
mengatakan di luar agama mereka maka orang tersebut kafir. Padahal
itu sama saja menyatakan mereka kafir bagi kelompok lainnya bukan?
Penganiayaan
dan pembakaran rumah ibadah adalah salah satu sudut pandang yang
sangat sempit dan tidak melihat bagaimana sorga melihat. Namun
pertama-tama, kita perlu juga menegaskan satu hal dulu sebelum lebih
jauh melangkah.
Kisah
Para Rasul 4:12
“Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”.
1
Petrus 2 : 24
“Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib,
supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran.
Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh”.
Yohanes
3:16
“Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”.
Yohanes
1:12
“Tetapi
semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa supaya menjadi
anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”.
Baiklah,
fanatisme tanpa pemahaman dan bukti-bukti akan mengarah pada
penganiayaan dan penghancuran kepada pihak-pihak yang tidak sepaham.
Sementara bagi orang Kristen berbeda, kami mempercayai dan memahami
kebenaran sejati berdasarkan bukti-bukti, dan bagi kami, membagikan
kebenaran itu adalah wujud “balas budi” kami kepada kasih yang
luar biasa yang Tuhan berikan kepada kami, yang tentunya tidak
terbalaskan sampai kapanpun. Seperti ayat-ayat dalam Alkitab tadi,
dalam memberitakan kasih Allah itu tidak ada kekerasan di dalamnya.
Bahkan untuk keselamatan banyak orang, Injil itu diberitakan dengan
pengorbanan kematian Kristus di kayu salib.
Sungguh,
tidak ada keselamatan di luar Tuhan Yesus Kristus. Bahkan Allah
menunjukkan kasih-Nya pada kita dengan menghadirkan pribadi Yesus
Kristus, seseorang yang datang dari Sorga untuk memperkenalkan sorga.
Jadi kembali ke lalang di antara gandum. Ini cara sorga memandang, inilah hal kerajaan Sorga yang dimaksud dalam perumpamaan ini.
Pertama
kita pahami bahwa keberadaan lalang diantara gandum adalah kejahatan
terencana. Yaitu musuh menaburkan benih lalang tersebut. Artinya,
sekalipun rencana Allah itu jelas indah dan damai sejahtera untuk
seluruh umat manusia, tetapi Iblis tidak akan tinggal diam.
Seberapapun anda berharap semua orang baik dan benar, ataukah anda
memahami semua agama tuhannya sama, pluralisme dalam kepercayaan,
tentu ada lalang diantara gandum. Ini faktanya.
Pada
suatu kesempatan saya memimpin kebaktian kelompok jemaat di wilayah
pelayanan pemuda kami. Lalu saya bertanya, siapakah yang sudah
membaca Alkitab dari Kejadian sampai dengan Wahyu? (alias satu buku
Alkitab yang kira-kira setebal 4-6 cm itu). Dan sangat mengejutkan,
hanya beberapa jari terangkat, yah mungkin tidak sampai 5% orang saat
itu. Andai kata, ini ukuran orang masuk Sorga, maka semakin benar dan
nyatalah firman Tuhan yang menyatakan bahwa jalan menuju kehidupan
itu sempit dan sedikit saja yang melaluinya, sedangkan jalan menuju
kebinasaan itu lebar dan banyak yang masuk kesana.
Ini
faktanya, tidak semua orang di dunia percaya Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan mereka pasti ke neraka sesuai
ketetapan firman Tuhan sendiri.
Ini
juga faktanya, tidak semua orang yang berkata dirinya orang Kristen
masuk sorga.
Ini
faktanya juga, tidak semua orang di gereja kebaktian hari Minggu
kemarin itu masuk Sorga.
Faktanya,
ada lalang di antara gandum bukan? Lalu siapakah mereka? Jawabnya:
Tidak tahu!
Ya
benar, untuk saat ini tidak ada yang tahu, semua mirip. Mari kita
lihat lalang dan gandum, keduanya pada usia awal pertumbuhan sama,
karena varitasnya adalah jenis rerumputan, bahkan ketika sudah
dewasapun sama. Satu-satunya yang membedakan adalah saat menuai.
Bagaimana membedakannya? Sederhana, gandum memiliki bulir yang
berisi, sedangkan lalang tidak. Bulir yang berisi tentu menimbulkan
berat, sehingga gandum akan lebih menunduk daripada lalang.
Ketika
manusia cepat menghakimi sesamanya, namun hal kerajaan Sorga berbeda.
Tuhan tidak menghakimi saat ini juga terhadap siapapun kita. Ketika
di lingkungan kita memandang rendah orang lain, baik karena
kekurangan fisik, keterampilan, status atau derajat ekonomi, dan
sebagainya, kita kehilangan cara pandang sorgawi.
Demikian Tuhan Yesus menerangkan hal kerajaan Sorga, yaitu cara pandang Kerajaan Sorga terhadap dunia:
- Setiap orang saat ini tidak bisa dihakimi apakah mereka gandum atau lalang.Artinya, tidak ada hukuman sesaat, tidak ada penghakiman sesaat, tidak ada penuduhan sesaat. Allah tidak menetapkan saat ini apakah orang itu diselamatkan atau tidak. Semua orang sama memiliki kesempatan untuk ...... akhirnya ....... dikelompokkan dalam berkas-berkas lalang untuk dibakar atau berkas-berkas gandum untuk dibawa ke lumbung Allah, yaitu Sorga. Selama seseorang merespon dengan serius, atau seperti perumpamaan sebelumnya tentang Seorang Penabur yaitu mendengar dengan benar dan memiliki hati bagai tanah yang baik, maka orang tersebut gandum pada akhirnya. Karena benih yang ditaburkan adalah benih firman keselamatan. Namun untuk tumbuh dan berbuah, diperlukan hati tanah yang baik.
- Lihat bagaimana sikap tuan pemilik ladang ketika hamba-hambanya ingin mencabut lalang yang muncul bersama gandum?Tuannya melarang hal itu bukan? Karena kuatir bahwa gandum itupun tercabut. Bahkan saat itu, tuannya justru memperlakukan semua tumbuhan itu sama, merawat, memberi pupuk dan menyirami bersama-sama. Sehingga tumbuh bersama. Lihat bagaimana hal Kerajaan Sorga versi Tuhan Yesus, tidak menghabisi dan menumpas yang dianggap atau diperkirakan kafir, tetapi merawat semua bersama-sama. Jangan lupa, Tuhan Yesus berasal dari Sorga, jadi Dia pasti tahu benar cara pandang ini.Lihat dunia ini, banyak orang baik maupun orang jahat. Lebih banyak mungkin orang jahatnya, dimana saat melakukan kejahatanpun Tuhan tidak memutuskan mencabut nyawa orang itu saat itu juga. Memberikan matahari dan hujan yang sama, waktu sebanyak 24 jam sehari sama untuk semua orang. Kesempatan sama untuk mengenal Dia. Hamba-hamba-Nya tersebar ke seluruh pelosok dunia memperkenalkan Injil Keselamatan daripada-Nya. Sungguh Allah sejati itu baik dan teramat sangat baik.Ini sangat bertolak belakang dengan pemahaman manusia dan dunia bukan? Orang dari dunia itu sama seperti permainan politik. Yang berseberangan dengannya, akan berusaha dihancurkan atau dijelekkan sebisa mungkin. Bahkan ada golongan yang mau membakar dan membunuh mereka yang dianggap kafir karena berseberangan dengan ideologi mereka.Hal Kerajaan Sorga tidak demikian. Semua kita, baik buruk, terhormat atau tidak, penjahat atau penegak hukum, pemerkosa ataupun korban perkosaan, pembunuh maupun dokter, sama-sama berpeluang untuk akhirnya terbukti adalah gandum, atau bahkan ternyata lalang. Sama saja. Nanti saat penuaian akan terlihat.
- Saat penuaian adalah saat penentuan.Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa gandum berbeda dengan lalang saat penuaian. Karena gandum memiliki bulir-bulir yang berisi, sementara lalang tidak. Gandum akan tertunduk, lalang tetap tegak. Dan perhatikan bahwa tuan itu sangat hati-hati, dikumpulkan dulu lalang-lalang, lalu gandum. Artinya dipilah benar-benar mana lalang dan mana gandum. Tidak dipotong bersamaan lalu dipilah, tetapi terlebih dulu, “me-razia” lalang.Tentu saat itu, mungkin saja seorang penjahat ternyata akhirnya tersibak sebagai gandum, yaitu ketika dia mendengar Injil yaitu benih keselamatan dan menerimanya dengan hati yang terbuka, hati yang tanah baik itu. Dan mereka berbuah sebagai wujud pertobatannya. Atau mungkin saja seorang majelis gereja ternyata akhirnya tersibak sebagai lalang, karena hidupnya tidak sungguh-sungguh kepada Tuhan melainkan sebuah kemunafikan karena ingin jabatan di pandangan orang banyak. Kita tahu nanti saat penuaian bukan?Tetapi dari kisah sebelumnya tentang Seorang Penabur, kita tidak boleh lupa tentang orang yang hatinya bagaikan semak belukar, yaitu mereka yang menerima benih dan tumbuh juga tapi tidak berbuah. Bagaimana nasib gandum yang ternyata tidak berbuah atau tidak berisi? Oh tentu saja, sama dengan nasib lalang bukan? Kalau kehidupan kerohanian anda tidak menimbulkan perbedaan hidup dengan gaya hidup duniawi, lalu apa alasan yang bisa membedakan gandum dari lalang jika gandum tidak berisi? Demikianlah mereka yang tidak berbuah akan mati, seperti lalang dan di bakar juga.
Jadi
hal Kerajaan Sorga tentang gandum dan lalang ini memberikan 2
pandangan bagi kita, yaitu ke dalam dan ke luar.
Pandangan
ke dalam adalah, kita tidak perlu mengira-ngira kita gandum atau
lalang, tetapi kita perlu memastikan bahwa kita gandum dari benihnya.
Maksudnya adalah, kita mau terbuka dan menerima kebenaran keselamatan
dari Injil. Yaitu kita memikirkan, mendengar dan memastikan keputusan
yang tepat untuk keselamatan jiwa kita. Yang saya yakini sejauh ini,
tidak ada di luar Tuhan Yesus Kristus.
Anda
harus memastikannya sendiri. Jika benar-benar anda adalah gandum,
tentu anda akan menyadarinya. Segera sesudah anda menyadarinya,
terimalah Kristus sebagai Tuhan dan Penebusmu, percayalah dalam
nama-Nya maka kamu akan menjadi anak-anak Allah, dan tentu saja,
orang yang diselamatkan pasti memiliki rasa syukur. Tindakan rasa
syukur inilah yang menjadi buah dan menjadi benih-benih Injil yang
baru, yang akan berlipat ganda seratus kali lipat, enam puluh kali
lipat atau tiga puluh kali lipat. Anda adalah gandum!
Pandangan
ke luar adalah, kita juga tidak bisa menebak-nebak orang lain di
sekitar kita. Kita tidak bisa baik kepada seseorang karena
“kelihatannya” dia gandum. Kitapun tak bisa memandang rendah
orang lain karena “kelihatannya” dia lalang. Kita tidak bisa
menghakimi siapapun. Kita sesama dalam ladang itu, entah akhirnya
kita nyata sebagai gandum dan dia lalang, kita tidak tahu. Selama
masa pertumbuhan ini, semua kita belum nyata. Masa penuaian itu tentu
saja akhir zaman. Baik kematian kita ataupun kiamat.
Seorang
hamba Tuhan bekerja di pusat antariksa di Bandung yang meneliti
bintang-bintang melalui teleskop bintang, beliau seorang profesor
Kristen, suatu saat memberikan ceramah di Universitas tempat saya
kuliah dulu. Ceramah umum ini untuk mahasiswa Kristen di Universitas
tersebut. Berhubung saya mahasiswa teknik dan sangat gemar antariksa
sejak kecil sampai sekarang, maka saya sangat memperhatikan ceramah
dan slide-slide yang di tampilkannya.
Unik
bahwa bumi adalah planet terkecil dari sebuah bintang bernama
Matahari. Kemudian Matahari adalah bintang terkecil dari sebuah
galaksi bernama Bimasakti yang berisi milyaran bintang, dan Bimasakti
adalah galaksi terkecil dari sebuah kelompok galaksi bernama
Andromeda yang berisi beberapa galaksi yang tiap galaksi berisi
milyaran bintang, dan tiap bintang berisi beberapa planet sendiri.
Oh my God, betapa kecilnya anda dan saya bukan? Tetapi betapa berharganya kita, karena seluruh bintang diciptakan pada hari keempat sebelum manusia diciptakan. Artinya, Allah sungguh memikirkan bahwa sejoli Adam dan Hawa bakal saling rayu dan menggombal di bawah langit penuh kelap kelip bintang itu bukan? Hahahaha...auuuuuu... :p
Tapi
profesor ini menyimpulkan satu hal yang tidak akan pernah saya lupa.
Dia bilang, kenyataan bahwa Allah mau menjadi manusia dan turun ke
bumi yang teramat kecil ini, dan mau mati pada salib untuk menebus
dosa manusia yang hina ini, membuat sudut pandang saya akan sesama
manusia menjadi berbeda. Kita tidak berhak menyakiti, menghina,
membunuh sesama manusia, karena Allah sangat mengasihi manusia ini,
ya, mahluk kecil di antariksa ini. Kita sesama manusia harus saling
mangasihi dan menghormati. Dan tentu menghargai kasih Allah kepada
kita.
Saya
rasa hal Kerajaan Sorga yang demikian yang dimaksud Tuhan Yesus
dengan perumpamaan lalang di antara gandum. Amin.