Aku paham, kalau pernah mencintai seseorang kemudian tidak berlanjut atas apapun sebabnya, menimbulkan kekecewaan. Bahkan tidak cuma itu, mungkin ada peristiwa yang juga membuat perasaan kurang berharga, itu kemudian menjadi ketakutan berkepanjangan. Kita cenderung menjauh saat ada yang mendekat. Kita berpikir karena orang baru ini tidak lebih baik dari yang pernah kita cinta secara kita merasa cinta pertama kitalah yang sangat mempesona, padahal sebenarnya kita takut bahwa orang yang baru ini hanya singgah dalam hidup kita, atau bahkan merasa seperti tak layak karena kurang berharga. Saya sampai pada kesimpulan itu. Tapi itulah keyakinan yang salah.
Kita harus bersyukur, kenyataannya yang kita cinta itu tidak sepenuhnya mencintai kita balik dan Tuhan melindungi kita dari kesalahan besar kita. Ya mulai dengan bersyukur, itu melenyapkan perasaan rendah diri, takut dan sulit percaya. Bersyukurlah pada Tuhan terlebih dulu. Bukankah sepantasnya kita menyerahkan cinta kita kepada orang yang juga memilih mencintai kita daripada kepada yang menyusahkan dan meninggalkan kita? Tujuan akhir sebuah hubungan adalah pernikahan suci bukan? Suatu ikatan yang hanya bisa dipisahkan oleh maut. Jika demikian, kita perlu seorang yang kesetiaannya hanya bisa dihentikan oleh maut bukan? Jadi tindakan pemulihan pertama adalah bersyukur.
Kemudian kita juga harus merubah cara kita berpikir, jangan lagi ke dalam, tapi mulai keluar. Ini bukan salah kita, ini bukan karena kita kurang baik untuk dia sehingga dia pergi, ini juga bukan karena status kita kurang di mata keluarganya, atau apapun kekurangan kita. Selama kita percaya Tuhan, bukankah seluruh janji-janji pemeliharaan-Nya menjadi milik kita? Kita boleh menagihnya, kita bisa mengklaimnya. Kita pasti baik-baik saja. Kenapa kita merasa rendah? Karena kita berpikir ke dalam. Coba pikirkan, berapa banyak manusia di dunia mengalami hal yang sama, bahkan mungkin lebih menyedihkan dari kita? Berapa? Sejak bumi diciptakan sudah miliaran manusia alami hal serupa. Apa artinya? Ya, putus cinta atau patah hati adalah hal yang mainstream. Hal yang biasa saja. Dunia tidak punah karena itu bukan? Tuhan tetap membiarkan bumi berputar bukan? Lihat jam tanganmu masih berdetak dan berganti angka atau berputar jarumnya (kecuali jam rusak). Artinya apa? Kita tak perlu malu, merasa lebih jelek, kurang berharga, atau menyesali. Ini persoalan biasa.
Kemudian tentu kita harus memulai lagi yang baru. Kalau tidak bagaimana bisa bahagia? Kebahagiaan itu harus diusahakan, bukan diharapkan. Jadi jika ada orang baru mendatangi kita apa yang kita yang sepantasnya kita sikapi? Pertama dan utama ketahuilah, tak ada yang bisa dibandingi dengan cinta pertama. Coba tanya pasangan-pasangan lanjut usia yang bahagia, apakah mereka menikahi cinta pertama mereka? Kemungkinan besar ada demikian 1 dari 1 miliar orang. Lalu apakah cinta pertama mereka sebanding dengan pasangannya saat ini? Tentu tidak. Tidak dalam arti pasangannya saat ini jauuuuuuh lebih baik dari cinta pertama mereka. Karena pasangan inilah yang setia dalam suka dan duka. Kita tidak sedang mencari pengganti atau pembanding cinta pertama kita, kita sedang mencari cinta terakhir kita. Cinta yang berakhir dalam janji pernikahan suci. Jadi jika ada orang baru mendekat, pikirkan 2 hal sederhana ini, 1. Apakah aku menyukai dia? Karena tentu Tuhan ciptakan orang sepaket dengan seleranya, selain fisik yang tentu elemen yang selalu menurun seiring waktu, kita lihat selera dari sikap dan pola pikirnya. Jika kita punya ketertarikan, mungkin layak diberi perhatian lebih. 2. Apakah dia akan menjadi cinta terakhirku? Maksudnya sederhana, apakah dia rela menerimaku apa adanya? Siap bersuka duka bersama? Mungkinkah dia mau menikahiku? Apakah dia sanggup menikahiku? Karena tadi kita paham cinta terakhir kita adalah dia yang bersedia berjanji ikatan suci dihadapan Tuhan dan jemaat.
Perhatikanlah, akhirnya sayapun paham dan butuh waktu yang terbuang panjang. :) Jika kita masih hidup dengan kecurigaan dan perbandingan maka kita tidak mampu keluar dari masa lalu itu. Sementara, jelas dia bukanlah yang terbaik. Kita berharap dia yang terbaik, tapi tidak, dia sudah pergi, dia sama sekali tidak ada sepersepuluh dari kata yang terbaik. Dan masakan kita mengharapkan orang lebih baik dan membandingkan dengan mantan kita itu? Masa membandingkan dengan si minus sepersepuluh itu? Luar biasa pencarian kita. Semua orang sesudah dia punya potensi jauh lebih baik daripada dia yang menjadi masa lalu. Asal kamu melihat seseorang datang dan kamu suka, mulailah melihat orang tersebut dengan pandangan ini untuk menguji hubungan yang serius, (1) Maukah aku menjadikan dia cinta terakhirku? (2) Apakah dia berharap yang sama denganku? Jika salah satu dari kedua pertanyaan itu tidak diyakini jawabannya YA, jangan seriusin hubungan itu. Santai dan berteman sajalah pada batas-batas yang jelas. Tapi jika kedua jawabannya kau rasakan YA, maka berdoalah pada Tuhan untuk tanda yang lebih jelas lagi. Karena keinginan Tuhanlah untuk membahagiakan anak-anak-Nya.
Akhirnya, kita harus memahami, bahwa yang terpenting bukan masa lalu. Yang lalu jangan dicari mengerti, kenapa, mengapa, bagaimana dan sebagainya. Yang penting adalah masa depan. Jika seseorang memberikan dirinya dalam ikatan suci, artinya memberikan cinta terakhirnya. Sebuah pilihan dan pengorbanan terbesarnya, mempercayakan kebahagiaan sisa hidupnya pada seorang, itulah yang patut dihormati dan dijaga. Seperti halnya yang Tuhan perbuat bagi mereka yang bertobat dan menyerahkan hidup pada-Nya. Tuhan sudah membuktikan dengan mencurahkan cinta-Nya sebanyak mencurahkan darah-Nya pada salib. Membisikkan cinta-Nya sebanyak kali nafasnya terengah menuju salib. Membuktikan cinta-Nya sampai menyeberang bukan cuma lautan tapi jurang maut. Dan ketika kau datang pada-Nya, Dia menerimamu dan melupakan masa lalumu, bahkan menjadikanmu baru.
2 Korintus 5:17 Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Amin. -md
Amin. -md
Translation to English.
I understand, if ever love someone then does not continue for whatever reason, lead to disappointment. In fact, not only that, there may be events that also makes feeling less valuable, it then becomes a prolonged fear. We tend to stay away when there is approaching. We think because the new girl/guy is not better than we ever love as we feel it is our first love is very charming, when in fact we are afraid that this new person who just stopped in our lives, or even feel like unworthy because it is less valuable. I came to the conclusion like that. But that belief is wrong.
We should be grateful, the fact that the one we love is not entirely love us back and God protect us from our big mistake. Yes start with gratitude, it eliminate feelings of inferiority, fear and hard to believe. Thank God first. Is not it appropriate that we give our love to those who also chose to love us than to cause trouble and leave us? The final goal of a marriage relationship is sacred is not it? A bond that can only be separated by death. If so, we need a loyalty that can only be stopped by death instead? So the first recovery action is grateful.
Then we also have to change the way we think, not again into, but it started out. It's not our fault, it is not because we are not good for her/him so she/he left, this is not because we lack status in the eyes of her/his family, or any of our shortcomings. As long as we believe in God, not the whole promise of His providence become ours? We may collect, we can claim it. We are certainly fine. Why do we feel low? Because we think inside. Just think, how many people in the world experience the same thing, perhaps even more miserable than we are? How many? Since the creation of the earth billions of people already experienced something similar. What does it mean? Yes, a breakup or a broken heart is the mainstream. Matter of course. The world does not become extinct because it is not? God still let the earth revolves not? See your watch is still ticking and change numbers or rotating needle (unless the clock is broken). What does it mean? We do not need to be ashamed, feel more homely, less valuable, or regret. This is the usual problem.
Then of course we have to start over new. Otherwise how can you be happy? Happiness must be cultivated, not expected. So if there are new people coming to us, then what is the appropriate steps to take? First and foremost you must know, nothing can be compared with the first love. Just ask elderly couples who are happy, if they marry their first love? Most likely there is thus one of 1 billion people. Then if the first love they are comparable with current partner? Certainly not. Not in the sense of current partner much much better than their first love. Because this is a faithful partner in joy and sorrow. We are not looking for a replacement or a comparison of our first love, we were looking for our last love. Love ended in a sacred marriage vows. So if there are new approaches, think of two simple things, 1. Do I love her/him? Because of course God created the package to each one taste, besides physical elements which will always necessarily decrease with time, we see taste of attitudes and mind set. If we have an interest, may deserve more attention. 2. Is she/he going to be my last love? That is simple, whether she/he is willing to accept me? Ready to delight in grief together? Could she/he marry me? Is she/he able to marry? Because we understand love was the last we are willing to promise her/him that sacred bond before God and the church.
Consider, finally I became aware and took a long time is wasted. :) If we are still living with suspicion and comparison then we are not able to get out of that past. While, obviously she/he is not the best. We wish her/him the best, but no, she/he was gone, she/he was not one-tenth of the best word. And we expect the new better one but to compare with our ex? How come we compared with that minus tenth? Unbelievably our quest. Everyone who come after had much better potential than he who becomes the past. As long as you see someone coming and you're like, start seeing that person with this view to examine a serious relationship, (1) Will I make him love last? (2) Does he expect the same with me? If either of these two questions do not believe the answer is YES, do not be serious on that relationship. Casual and friends alone on the boundaries clear. But if you feel the answer is YES, then pray to God for a clearer sign again. Because the Lord wishes for the happiness of His children.
Finally, we must understand that the most important thing is not the past. What is in the past must not be sought to understand, why, why, how, and so on. What is important is the future. If someone gives him the sacred bond, it means giving his last love. A choice and greatest sacrifice, entrusted the rest of his/her life on a happiness, that that should be respected and safeguarded. Just as God did for those who repent and put their lives at Him. God has proven His love to pour as much as shed His blood on the cross. Whispered His love as much time gasping to the cross. To prove His love to cross not only the ocean but the abyss. And when you come to Him, He accept you and forget your past, even make you new.
2 Corinthians 5:17 Therefore if any man be in Christ, he is a new creation; the old has gone, the new has come.
Amen. -md
No comments:
Post a Comment