Tuesday, 30 December 2014

Filosofi kamera untuk kehidupan - Camera philosophy for life


Filosofi kamera untuk kehidupan (pelajaran dasar tentang kamera dan fotografi serta kehidupan)

Kamera ditentukan 3 faktor utama untuk menghasilkan gambar yang baik atau good exposure. Tidak jarang foto hasil jepretan terlalu hitam/gelap (under exposure) dan terlalu terang/putih (over exposure). Dalam fotografi exposure di atur oleh 3 unsur yaitu Aperture (A atau Av), Shutter speed (S atau Tv) dan tentu saja ISO. Ketiga unsur ini menentukan penyerapan cahaya yang dipantulkan benda ke sensor kamera, seperti mata kita juga melihat karena ada cahaya.

Aperture dan Shutter Speed bagaikan jendela (atau kelopak mata). ISO bagaikan sensitif saraf mata seperti retina.

Aperture menentukan seberapa besar jendela terbuka. Makin besar jendela terbuka makin banyak dan cepat cahaya masuk, akibatnya detail gambar terbatas, kebesaran terbuka bisa over exposure (lihat istilah di atas). Besarnya jendela terbuka ini ditandai dengan nilai aperture kecil (f1,8 - f3,5). Inilah yang disebut BOKEH, kondisi blur pada depan atau belakang objek yang di fokus. Detail terbatas pada yang difokuskan, selainnya out off focus atau blur atau bokeh.

Sebaliknya aperture kecil maka jendela terbuka kecil, sehingga cahaya yang masuk lebih terfokus, akibatnya detail gambar lebih banyak, contoh seperti melihat dari sedotan atau ngeker, atau menyipit mata, akan kelihatan lebih jelas walau jauh. Aperture ini ditandai angka besar (f8 sampai f35). Ini yang disukai landscape fotografi, karena ingin foto yang tajam dari depan ke belakang, tak mau ada out off focus atau blur, agar pemandangan indah terfoto semua.

Aperture tidak bisa bekerja sendiri, tergantung 2 faktor lainnya, namun sifat aperture seperti dijelaskan di atas.

Shutter speed adalah kecepatan jendela menutup atau kedip. Tentu sebesar apapun jendela terbuka yang memungkinkan banyak cahaya masuk, akan dibatasi juga dengan seberapa cepat jendela ditutup. Ini fungsi shutter speed. Bokeh karena jendela terbuka besar juga akan gagal jika waktu menutup jendelanya tidak pas. Mau aperture tajam landscape butuh jendela terbuka cukup lama, agar cahaya dari lubang "sedotan" itu cukup banyak masuk sehingga foto bagus. Tapi kecepatan jendela buka tutup mempengaruhi juga ketajaman foto. Karena getaran badan kamera, maka jika terlalu lama terbuka maka cahaya yang ditangkap akan menghasilkan gambar buram/ berlapis akibat goyang.

Shutter speed di ukur dengan nilai waktu yaitu detik dan menit. Kecepatan lambat bisa 30 menit sampai 1/30 detik, kecepatan cepat sekitar 1/300 ke atas. Pengen foto orang loncat? Set kecepatan 1/300.. Atau mau foto dari mobil goyang terus? Set kecepatan 1/500. Shutter speed dirumuskan dengan mudah dengan melihat lensa, jika lensa 100mm, maka kecepatan mininum sebaiknya 1/100 detik ke atas (ini bagi sensor fullframe & 35mm film, tapi jika crop sensor akan di kali 1,5 atau 1,6 tergantung brand kamera, sedangkan mirrorless dikalikan 2. Contoh lensa kamera mirrorless 50mm, maka panjang tembak lensa atau focal menjadi 100mm, maka pada mirrorless shutter speed aman untuk lensa 50mm adalah 1/100 detik) . Kecuali anda sniper.

ISO mempengaruhi penyerapan cahaya tersebut dalam sensor. Ketika aperture dan shutter speed sudah melakukan tugasnya menentukan seberapa banyak dan cepat cahaya masuk, maka ISO menentukan daya serap cahaya itu. Bagai spons menyerap air, ISO menentukan kemampuan menyerap tersebut. ISO angka besar mampu menyerap cahaya sedikit dan menampilkan gambar, namun dengan memaksakan diri ini, maka gambar yang dihasilkannya kurang tajam akibat adanya grain atau bintik-bintik. Namun ISO angka kecil sebaliknya menghasilkan gambar tajam karena cahaya yang diserap cukup tanpa perlu memaksakan diri. Perkalian ISO untuk sensor crop ataupun mirrorless adalah sama dengan panjang focal lensa, jadi ISO 400 di mirrorless adalah ISO 200 di fullframe atau 35 mm).

Ketiga unsur exposure inilah yang menghasilkan kualitas foto yang baik. Tapi untuk foto yang bagus tidak hanya karena exposure tapi juga dari fokus yang tepat dan komposisi dalam bingkai fotonya. Kalau foto semua tak fokus lalu objek yang difoto juga tak menarik, sekalipun pas exposurenya kemungkinan juga tidak bagus.

Filosofi hidup dari kamera adalah sebagai berikut. Hidup itu juga seperti kamera.

Seberapa besar anda membuka diri anda pada orang lain, menentukan kejelasan sudut pandang anda. Terlalu terbuka, mungkin anda akan hanya mampu melihat segelintir saja kehidupan, sedang yang lainnya blur/bokeh. Hanya saja anda bisa lihat jelas yang penting bagi anda. Dari keterbukaan itu anda berada di dalam orang-orang dan fokus pada seseorang. Katakanlah pergaulan. Sementara jika anda sedikit terbuka saja atau banyak menutup diri, anda seperti melihat dari luar dan anda akan melihat lebih jelas keseluruhannya. Tapi tentu ada kelemahannya, anda melihat baik maupun buruk dari orang-orang sekitar.

Seberapa besar anda membuka diri dan menutup diri merupakan keputusan dan keahlian anda sendiri. Kadang membuka diri perlu agar menemukan target atau POI (Point Of Interest), kata orang kalau tidak coba bagaimana tahu spesifik yang kita mau. Namun kadang perlu juga menutup diri agar melihat semua masalah dengan jelas, atau menikmati semua dengan kepuasan. Exposure terbaik tidak cuma membuka seberapa besar, tapi juga menutup secukupnya.

Hidup itu juga seperti shutter speed. Seberapa cepat reaksi kita dalam menerima atau menutup diri dari pengaruh luar. Semakin lama kita membiarkan pengaruh luar masuk pada hati dan pikiran kita, makin dalam itu mempengaruhi kita, bisa baik bisa buruk. Namun yang pasti semakin cepat kita menutup diri, semakin terbatas orang yang dekat dengan kita. Kadang perlu sekali membuka diri cukup lama, sabar dan mengerti, atau yang paling umum adalah belajar. Tapi kadang perlu secepatnya menutup diri, misalnya dari godaan dan mungkin dari orang-orang negatif. Semua bagian dari exposure hidup kita.

Selanjutnya kepekaan. Seperti ISO, kepekaan kita menentukan seberapa yang bisa kita tanggung. Kadang kepekaan tinggi sangat baik untuk menyelamatkan sebuah momen. Foto dipaksa ISO tinggi walau grainy karena momen yang difoto layak diabadikan. Kalau tak layak ya mending tak difoto kalau hasilnya bakal grain. Kepekaanpun diatur oleh kita agar hidup kita baik. Peka untuk momen yang tepat. Set kepekaan kita tinggi untuk orang-orang yang kita kasihi, tapi set kepekaan rendah bagi orang- orang yang membicarakan hal-hal negatif tentang kita ataupun orang lain.

Seperti halnya foto yang baik dan bagus. Demikian hidup kita mengatur apa yang masuk ke dalam kita tidaklah cukup. Perlu juga menentukan fokus hidup dan merencanakan komposisi dalam frame hidup kita. Sehingga tidak cuma hidup baik tapi juga bagus.

Kamera itu terbatas, tidak semua hal bisa kita foto, jadi harus maksimal mengenal kamera dan fitur-fiturnya agar bisa dipakai tepat waktunya. Itupun tidak semua bisa difoto, terbatas jangkauan lensa, getaran atau bahkan sensor kamera tersebut. Tapi kita bisa memilih apa yang akan difoto dari yang bisa difoto dan bagaimana difoto untuk menghasilkan foto yang WOW.

Demikian juga hidup. Kita terbatas. Tidak mungkin semua yang kita ingini bisa kita miliki atau capai. Tapi seperti kamera, kita punya pilihan apa yang akan kita jalani dalam hidup dari beberapa jalan mungkin kita tempuh dan bagaimana kita menjalaninya untuk menghasilkan kehidupan yang juga WOW. IMHO. -md


Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."




Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.




Translation to English


Camera philosophy for life (basic lessons about cameras and photography as well as life)

The camera is determined 3 major factors to produce a good image or a good exposure. Not infrequently photo shots too black / dark (under exposure) and too light / white (over exposure). In the photographic exposure set by three elements, namely Aperture (A or Av), Shutter speed (S or Tv) and of course the ISO. These three elements determine the absorption of light reflected objects into the camera sensor, as our eyes also look because there light.

Aperture and shutter speed like a window (or eyelids). ISO eyes like a sensitive nerve as retina.

Aperture determine how large the window is open. The larger the window opens more and more and faster light enters, as a result of image detail is limited, greatness can open over exposure (see terms above). The magnitude of the open window is marked with a small aperture value (f1,8 - f3,5). This is called bokeh, blur condition in front or back of the object that is in focus. Details are limited at the focus, in others out off focus or blur or small aperture or bokeh.

In the other hand, the small open window, so that the incoming light is more focused, resulting in more detailed pictures, examples like the look of a straw, or narrowed eyes, would seem although far more obvious. Aperture is characterized large numbers (f8 through F35). This is the preferred landscape photography, because it wants to photograph sharp from front to back, do not want no outs off focus or blur, so beautiful scenery photographed all.

Aperture can not work alone, depending on two factors, but the nature of the aperture as described above.

Shutter speed is the speed of closing the window or blink. Of course any of the open windows that allow plenty of light to enter, will be limited also by how quickly the windows are closed. This function shutter speed. Bokeh because of the large open windows will also fail if the time of closing the window does not fit. Want sharp aperture landscape need window open long enough, so that the light from the hole "straw" was pretty much walk so nice photos. But the speed of opening and closing of the windows affects also the sharpness of the image. Because the vibration of the camera body, so if it is too long open the captured light will produce a blurred image / layered due to shake.

Shutter speed is measured by the value of time is seconds and minutes. Slow speed can be 30 minutes to 1/30 sec, fast speed around 1/300 upwards. Want to skip the photo? Set the speed of 1/300 .. Or want photos of the car rocking continue? Set the speed of 1/500. Shutter speed is formulated easily by looking at the lens, if the lens is 100mm, the speed should be 1/100 sec mininum up (this for fullframe sensor and 35mm film, but if the crop sensor will at times 1.5 or 1.6 depending on the brand of the camera, whereas mirrorless multiplied by 2. Example of a 50mm lens mirrorless camera, the focal length of the lens or shoot into 100mm, then the shutter speed mirrorless safe for 50mm lens is 1/100 sec). Unless you are a sniper.

ISO affects the absorption of light in the sensor. When the aperture and shutter speed are already doing his job and quickly determine how much light is coming, the ISO determines the absorption of the light. Like a sponge absorbs water, ISO determines the ability to absorb it. ISO is able to absorb large numbers a little light and display images, but to impose themselves, then the resulting images are less sharp as a result of grain or spots. However, a small number ISO otherwise produce sharp images because the light is absorbed enough without the need to force yourself. ISO multiplication of crop or mirrorless sensor is equal to the focal length of the lens, so ISO 400 on mirrorless is ISO 100 in fullframe or 35 mm).

The third element is this exposure that produces good quality photos. But for a good photo is not simply because the exposure but also of the right focus and the composition of the picture frame. If the photo is not the focus of all the objects that are photographed are also not attractive, though fitting exposure possibility is also not good.

Philosophy of life of the camera are as follows. Life is also like a camera.

How much do you open yourself to others, determine the clarity of your point of view. Too open, you may be only able to see only a handful of life, while others blur / bokeh. Only you can see clearly that is important to you. Of openness that you are in people and focus on a person. Say association. Meanwhile, if you open only a little or a lot of shut down, you like looking from the outside and you will see more clearly the whole. But of course there are disadvantages, you see the good and bad of the people around.

How much do you open up and shut down a decision and your own expertise. Sometimes opening up need in order to find a target or a POI (Point Of Interest), said that people do not try to know how your specific we want or expert. But sometimes need to also shut down in order to see all the problems clearly, or enjoy all the satisfaction. Best exposure not only opened the large scale, but also close enough.

Life is also like shutter speed. How quickly we react to accept or shut themselves from outside influences. The longer we allow outside influences to enter our hearts and minds, the more it affects us in, could well be worse. But certainly the quicker we close ourselves, the more limited people close to us. Sometimes essential to open up long enough, patience and understanding, or the most common is to learn. But sometimes the need to immediately shut down, for example, of the temptation, and perhaps from the negative ones. All parts of the exposure of our lives.

Further sensitivity. Like IOS, sensitizing us determine how we can bear. Sometimes high sensitivity is very good to save a moment. Photo forced high ISO grainy because despite decent photographed moment immortalized. If it is not worth mending was photographed so that the results would be grain. Sensitivity set by us to make our lives better. Sensitive for the right moment. We set a high sensitivity for the people we love, but set a low sensitivity for people who talk about negative things about us or others.

As with any good photo and nice. Thus our lives regulate what goes into us is not enough. It is also necessary to determine the focus of life and plan the composition in the frame of our lives. So it is not only good but also good life.

The camera is limited, not all things can we photograph, so it should be up to recognize the camera and its features to be used in time. Even then, not all can be photographed, the limited range of the lens, vibration or even the camera sensor. But we can choose what will be photographed of which can be photographed and how photographed to produce images that WOW.

Likewise alive. We limited. Not perhaps all that we can desire we have or achieve. But as the camera, we had a choice of what we will live in a life of some roads may we take and how we live it to produce life as well WOW. IMHO. -md


John 8:12 Then Jesus said also to the crowds, saying: "I am the light of the world; he who follow me will not walk in darkness, but will have the light of life."

John 14: 6 Jesus said to him: "I am the way and the truth and the life. No one comes to the Father, except through me.



Sunday, 28 December 2014

Do you believe in Christmas day? (Anda percaya hari Natal?)


Happy Sunday... Some people arguing & reject 25 Dec as Christmas day, they said it was made from pagan. But I think differently.

25 Dec sure just symbolic & ceremonial date. But it was true Christ was born on earth. I just cant imagine a year without Christmas day.

Christmas day is real, today historians has checked the phenomenon of the big star and the ancient documents. Yes it wasn't 25 Dec but its real.

I'm glad the early Church fathers has decided to put dates for Christian historical events, to stop people a while & remember there is God.

What so amazing in Christian dates (Christmas), is showing how great love & how good God is, not what we do for Him but what He did for us.

Each Christian events has nothing to do to obligations as part of religion, but it always about thanksgiving, gratitude, love & peace.

From Christmas to Pentecost, based on real event with witnesses & written historical documet (Bible). Despite the exact date wasn't known.

Christianity was so real that is impossible to be coincidental nor made up. The prophecies & confirmation spread thousands years length.

I wish you seek through the truth of Christ & be as amaze, as grateful, as thankful as all believers in all time and places. God is so good.


Amen. (taken from my tweet in @markd7100 in Twitter)



Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.


Happy Sunday ... Beberapa orang berdebat & menolak 25 Desember sebagai hari Natal, mereka mengatakan itu dibuat oleh orang kafir. Tapi saya memahaminya secara berbeda.

Memang 25 Desember hanya tanggal simbolis & seremonial. Tapi Kristus benar-benar lahir di bumi. Saya tidak dapat membayangkan setahun tanpa hari Natal.

Hari Natal sungguh nyata, sejarawan telah memeriksa fenomena bintang besar dan dari dokumen-dokumen kuno. Ya memang tidak terjadi pada tanggal 25 Desember, tapi benar-benar nyata ada.

Saya senang perintis Gereja mula-mula telah memutuskan untuk menetapkan tanggal-tanggal untuk memperingati peristiwa sejarah Kristen, agar dapat menghentikan orang sejenak & membuat mereka mengingat adanya Tuhan.

Betapa begitu menakjubkan tanggal-tanggal peringatan sejarah Kristen (contohnya hari Natal), semua ini menunjukkan betapa besar cinta & kebaikan Allah, yaitu bukan apa yang telah kita lakukan bagi-Nya, tetapi apa yang telah Dia lakukan bagi kita.

Setiap peristiwa Kristen tidak ada hubungannya dengan kewajiban sebagai bagian dari aturan agama, tetapi selalu tentang ungkapan syukur, terima kasih, cinta & perdamaian.

Mulai dari Natal sampai Pentakosta, semuanya berdasarkan peristiwa nyata dengan saksi & tertulis dalam dokumen sejarah (Alkitab). Meskipun tanggal tidak dapat dipastikan dengan tepat.

Kekristenan begitu nyata yang tidak mungkin menjadi kebetulan atau dibuat. Karena seluruh peristiwa telah dinubuat & kemudian terjadi/dikonfirmasi tersebar rentang ribuan tahun kemudian sesuai nubuatan tersebut..

Saya berharap Anda mencari tahu kebenaran akan Kristus & menjadi terpukau olehnya, penuh terima kasih, penuh syukur sama seperti semua orang telah menjadi percaya di semua waktu & tempat. Tuhan itu baik.

Amin. (diambil dari tweet saya di @ markd7100 di Twitter)

Friday, 26 December 2014

Manajemen Ekspektasi - 2014 to 2015 (Expectation Management - 2014 to 2015)





Markus 9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"

Manajemen ekspektasi: tidak ada yang mustahil bagi orang percaya, tapi kebetulan ada.

Tampaknya kurang cocok dibanding banyak pemahaman bahwa bagi orang percaya tak ada yang kebetulan, bahwa segalanya sudah diatur. Dan itu benar, walau hanya sebagian. Sudah diatur dan dalam rencana Tuhan itu benar, tidak kebetulannya kurang tepat. Yesus bilang tak ada yang mustahil bukan tak ada yang kebetulan.

Kadang ekspektasi kitalah yang salah. Karena kita terlalu mengharapkan sesuatu atau seseorang, sampai seakan-akan harus terjadi dalam hidup kita. Dan sepanjang 2014 kita harus akui, lebih banyak ekspektasi kita gagal daripada berhasil.

Menyambut 2015 kita belajar untuk percaya lebih lagi bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang percaya, tapi bisa kebetulan harapan kita tidak sesuai rencana Allah. Percaya tidak ada yang mustahil dan tidak ada yang kebetulan jika dalam rencanaNya mengajarkan kita untuk lebih peka dan rela taat pada Tuhan.

Apa harapan kita tahun ini? jika kita daftarkan mungkin 99% masih sama dengan daftar tahun lalu, demikian juga untuk tahun depan. Tapi sepanjang tahun ini, aku sudah berjalan ratusan ribu kilometer, mendaki ribuan meter di atas permukaan laut, menyelam beberapa kaki di bawah permukaan laut, merasakan desir embun beberapa air terjun, menghabiskan puluhan ribu jam interaksi sosial (manual maupun elektronik), melahirkan ratusan mungkin juga ribuan kata dan foto, menghasilkan dan melepaskan ratusan juta rupiah, beberapa kali terluput dari jurang maut, membaca ribuan mungkin puluhan ribu ayat Alkitab, merasakan banyak kesedihan tapi juga penghiburan, dan menikmati kesetiaan Tuhan yang tiada taranya. Dan tampaknya masih ada celah untuk banyak kekosongan. Yang ketika sangat kuharapkan, doakan dan percaya itu terpenuhi, ternyata hanya kebetulan saja lewat dalam hidup ini.

Kadang kebetulan bagi kita bukanlah kebetulan bagi orang lain. Jika kita percaya tak ada yang tak mungkin bagi orang percaya, kita juga harus percaya, bahwa kehadiran kita boleh jadi bagian penggalan kisah untuk rencana Allah bagi orang lain. Dalam setiap waktu ke depan, sadarilah bahwa hidup ini bukan hanya (walaupun ada bagiannya) tentang anda, tentang orang lain, tapi terlebih dari itu, ini semua adalah tentang Allah, yang penuh kasih setia itu.

Selamat natal 2014, yang pastinya akan segera pudar berganti kemeriahan tahun baru 2015, Selamat tahun baru, selamat menulis resolusi-resolusi ke depan. Ingat manajemen ekspektasi kita agar lebih "legowo" terhadap rencana-rencana Allah. Hiduplah dengan percaya, berharaplah yang terbaik, bersiaplah untuk segalanya. Dan yang terbaik dari semuanya, ekspektasi kan bahwa Tuhan pasti menepati janji terakhirNya, bahwa Dia akan datang kembali. Persiapan diri untuk hal ini harus selalu dalam resolusi kita. Amin.



Translation to English



Mark 9:23 Jesus said to him: "'If you can? Nothing is impossible for those who believe!"

Management expectations: nothing is impossible for the believer, but coincidence.

It seems less suitable than a lot of the understanding that for believers there is no coincidence, that everything is set up. And it's true, though only partially. Its set up and in God's plan are correctly, the not a coincidence thats likely are less precise. Jesus said nothing is impossible, but is not to say no coincidence.

Sometimes, it was our expectation that is wrong. Because we expect something or someone too much, until as if it should happen in our lives. And throughout 2014 we must admit, we expected a lot more fail than succeed.

In welcoming 2015, we learn more to believe again that nothing is impossible for believers, but it could happen to our expectations do not fit God's plan. Believe nothing is impossible and no coincidence if in His the plan, teaches us to be more sensitive and willing obedience to God.

What are our expectations this year? If we list the possible 99% is still the same as last year's list, as well as for next year. But this year, I've run hundreds of thousands of kilometers, climb thousands of meters above sea level, snorkeling a few feet below the surface of the ocean, feel the swish dew several waterfalls, spending tens of thousands of hours of social interaction (manual or electronic), spawned hundreds of possible also thousands of words and images, produce and spent hundreds of millions of rupiah, several times escaped from the abyss, read thousands perhaps tens of thousands of Bible verses, feel a lot of sadness, but also comfort, and enjoy faithfulness of God beyond compare. And it seems there is still a gap for a lot of emptiness. That when whay I hoped, prayed and believes to get, it just happened to pass in this life.

Sometimes accidental coincidence for us are not for others. If we believe nothing is impossible for believers, we must believe that our presence may be part of a fragment of the story to the plan of God for others. In each time to come, realize that life is not just (although there is a part) about you, about other people, but even more than that, it's all about God, loving faithful.

Happy Christmas 2014, which would soon fade changed festive new year 2015, happy new year, happy writing resolutions ahead. Remember in our management of expectations to be more "willingly" following on God's plans. Live in faith, hope for the best, be prepared for everything. And best of all, the expectation that God would keep his last promise, that he would come back. Preparing ourselves for this should always be in our resolution. Amen.