Pukat – Serial Hal Kerajaan Sorga
Pembacaan:
Matius 13:47-50
Perumpamaan
Pukat untuk menjelaskan tentang hal kerajaan Sorga adalah bagian
terakhir dari kelas para murid malam itu, yang menjadi penutup
penjelasan Tuhan Yesus tentang hal kerajaan Sorga.
Ini
sangat menarik, pada penutup pelajaran ini, ketika Tuhan Yesus
bertanya pada para murid apakah mereka mengerti semua itu, yaitu
semua penjelasannya itu, dan para murid menjawab bahwa mereka
mengerti (Ayat 51).
Tentu saja mereka mengerti karena sejak awal mereka diberi kunci untuk mengerti perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, yaitu dengan cara mendengar yang benar. Cara mendengar yang benar telah kita ketahui bersama melalui perumpamaan Sang Penabur. Sebaiknya jika anda belum membacanya, dapat membacanya dengan meng-klik tautan pada judul tersebut.
Tentu saja mereka mengerti karena sejak awal mereka diberi kunci untuk mengerti perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, yaitu dengan cara mendengar yang benar. Cara mendengar yang benar telah kita ketahui bersama melalui perumpamaan Sang Penabur. Sebaiknya jika anda belum membacanya, dapat membacanya dengan meng-klik tautan pada judul tersebut.
Kita
juga sudah memahami berbagai sudut penjelasan TuhanYesus tentang hal
kerajaan Sorga dari perumpamaan-perumpamaan sebelum ini, yaitu
tentang Lalang di antara Gandum, Biji Sesawi dan Ragi, kemudian
Harta Terpendam dan Mutiara yang Berharga. Pembaca dapat meng-klik
pada judul tersebut untuk menuju tautan dimaksud.
Mendengar
yang benar adalah mereka yang mendengar untuk mengerti, yaitu yang
menyiapkan hatinya seperti tanah gembur yang siap ditanami benih yang
baik. Artinya ketika mendengarkan firman Tuhan Yesus, kita sungguh
mempersiapkan hati dan pikiran kita tertuju pada-Nya, berharap dan
bergantung penuh pada Roh Kudus yang menuntun pikiran kita. Sangat
disayangkan, saat ini kebanyakan jemaat disibukkan dengan gadget
mereka saat beribadah. Mungkin jika gadget tersebut digunakan untuk
membaca Alkitab elektronik dan mencatat, maka baik adanya. Tapi
sayangnya, tampaknya sekarang tidak lagi tabu memainkan handphone,
membalas pesan, melirik media sosial saat ibadah berlangsung. Bahkan
kita sering melihat orang tua yang membiarkan anak-anaknya bermain
gadget sementara ibadah, mungkin untuk menyibukkan anak agar tidak
ribut, tetapi sebenarnya malah mengajarkan anak untuk tidak
menghormati Allah. Inilah kesesatan zaman sekarang.
Perumpamaan
tentang Pukat ini akan menjadi pemungkas yang akan menertibkan kita
kembali pada kenyataan sebenarnya. Mengembalikan kita pada kesadaran
dari ketidak sadaran akibat pesona dunia ini. Demikian Tuhan Yesus
berfirman:
Matius
13: 47-50.
Demikian
pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut,
lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu
pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan
ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.
Demikianlah
juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang
jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur
api; disanalah terdapat ratapan dan kertakan gigi.
Sebuah
kisah yang ditutup dengan ancaman rupanya, sungguh mengerikan
memikirkan dapur api dan penyiksaan yang penuh ratapan dan kertakan
gigi. Tentu ini seperti seember air es yang disiramkan ke kepala kita
bukan? Tentu kita tidak mau menjadi mereka yang dicampakkan ke dalam
dapur api itu.
Kenyataannya
adalah semua kepercayaan mempercayai ada hukuman bagi orang jahat.
Semua orang tampaknya takut masuk neraka. Anda mungkin mengelak
dengan pertanyaan bagaimana kaum ateis? Mereka tidak percaya adanya
sorga dan neraka. Namun kenyataannya adalah mereka sekedar berusaha
menghilangkan kondisi menakutkan itu dengan membuat kepercayaan
sendiri, yang tentunya tidak pernah bisa dia buktikan sendiri, karena
dia belum mengalaminya.
Apakah
anda sadar, bahwa seluruh tokoh kepercayaan sebenarnya tidak atau
belum melalui semua ajarannya sendiri? Kecuali Yesus Kristus! Karena
hanya Dia yang datang dari Sorga ke dunia, lalu mati pada Salib untuk
menebus dosa manusia, turun ke dalam neraka, kemudian bangkit lagi
pada hari ketiga sebagai kemenangan atas maut dan neraka, dan
akhirnya naik kembali ke Sorga sebagai bukti lengkap bahwa Dialah
Tuhan yang mengunjungi manusia.
Sebuah
usaha mengatakan Tuhan tidak ada tentu merupakan usaha agar tidak
bertanggung jawab dalam hidup, sebuah penyangkalan yang paling sesat.
Tapi percayalah, seorang ateis-pun akan bergidik jika menyusuri
kuburan di malam hari atau melihat mayat sendirian. Kenapa orang
takut kehadiran setan tapi tidak menyadari kehadiran Allah?
Sekarang
kita coba lihat tentang pukat ini.
Penulis
pernah melayani bersama kelompok pemuda di gereja dimana penulis
pernah tinggal, saat itu kami memiliki pelayanan seminggu penuh
tinggal di desa terpencil sambil membagikan berkat rohani dan
jasmani. Kami melakukan kerja bakti sosial membangun gedung gereja,
memberi penyuluhan keterampilan, namun juga mengadakan kebaktian
kebangunan rohani dan ibadah-ibadah keluarga tiap pagi. Saat itu
kami memilih sebuah desa terpencil di pinggir pantai.
Suatu
waktu di subuh hari, ada kebiasaan penduduk mencari ikan dengan
menebar jala sepanjang garis pantai, lalu jala tersebut ditarik
bersama-sama sehingga banyak ikan terperangkap di dalamnya. Kami
sebagai orang kota mencoba bersama orang desa melakukannya, sungguh
itu pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik yang luar biasa,
menarik “soma” istilah penduduk setempat. Anda harus kuat menahan
dingin air, menahan ombak sambil menarik jaring yang berat dengan
ikan-ikan yang tersangkut di sana.
Pukat
adalah alat yang berfungsi seperti itu, namun mungkin dengan bentuk
yang sedikit berbeda. Pukat lebih mirip perangkap yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga menampung banyak ikan. Bisa terbuat dari
jaring tetapi bisa juga dari anyaman bambu atau bahan lainnya,
intinya pukat itu perangkap!
Jadi
apakah Tuhan Yesus menyatakan hal kerajaan Sorga adalah perangkap? Ya
benar! Injil keselamatan dari Kristus Yesus menjadi perangkap bagi
semua manusia.
Perangkap
yang dimaksud tentu saja bukan sebuah itikad buruk, tetapi sebuah
analogi terhadap karya keselamatan yang Tuhan Yesus sampaikan melalui
Injil. Kita lihat dari perumpamaan pertama sampai saat ini, Tuhan
sedang menjelaskan bahwa hal kerajaan Sorga adalah berita Injil.
Penabur
menaburkan benih keselamatan, namun tergantung dari cara kita
menerima benih itu, apakah dengan hati yang gembur dan siap ditanami,
ataukah menolak melalui hati yang tidak gembur dan tidak siap tanam? Bahkan mungkin keras berbatu-batu?
Lalang
di antara gandum jelas menyatakan bahwa benih keselamatan itu ada
diantara kita dan kita tidak bisa menghakimi sebelum masa penuaian,
karena benih itu perlu bertumbuh dan berbuah agar dapat dibedakan
dari lalang. Dan tanpa berbuah, tumbuhan gandumpun tak dapat dibedakan dari lalang, sehingga turut dibakar.
Biji
sesawi dan ragi menjelaskan sifat yang terlihat nyata pada mereka
yang memiliki benih-benih keselamatan itu. Demikian juga harta
terpendam dan mutiara yang berharga, menjelaskan bagaimana sesorang
merespon dan menghargai keselamatan yang diterimanya, yang artinya melebihi segalanya dalam hidupnya. Apakah anda merasakan ini dalam hidup anda? Ataukah ada harta, jabatan bahkan seorang yang melebihi keselamatan anda? Mungkin anda belum memperoleh keselamatan itu selama ini. Karena tak ada orang rela menukar keselamatannya demi hal dunia fana ini.
Benih
keselamatan itu telah nyata, itulah Injil. Yaitu berita sukacita
bahwa manusia bisa memperoleh penyucian dan pembenaran dari
dosa-dosanya, melalui iman percaya pada karya penyelamatan Allah
sendiri, yaitu pengorbanan Tuhan Yesus pada salib. Ketika orang
memiliki iman ini, dia memiliki kepastian keselamatan dalam dirinya.
(baca tautan: Kepastian Keselamatan).
Menarik
sekali bahwa ada rentang waktu untuk masa akhir zaman itu. Secara
jelas Tuhan bilang bahwa pukat itu terisi penuh lalu di seret ke
pantai. Tentu saja jika saat ini belum akhir zaman, maka masih ada
kesempatan menjadi "ikan yang baik" bukan?
Namun
ada hal yang menarik dari kalimat Tuhan Yesus dalam perumpamaan ini.
Tuhan Yesus bilang, bahwa orang-orang yang menarik pukat itu kemudian
memilih ikan yang baik untuk dikumpulkan dan ikan yang tidak baik
untuk dibuang. Sementara dianalogikan kemudian bahwa
malaikat-malaikat akan mengumpulkan orang jahat untuk dibuang ke
dapur api dan memisahkan orang benar.
Sekali
lagi ketelitian Firman Allah sungguh luar biasa, Tuhan tidak
mengatakan orang baik yang dibawa oleh-Nya tetapi mengatakan orang
benar. Biasanya orang akan membandingkan orang baik dengan orang
jahat, tetapi Tuhan membandingkan orang benar dengan orang jahat.
Ini
menjelaskan ada hal spesial tentang orang benar dibanding orang baik.
Ya orang benar pasti baik sedangkan orang baik belum tentu benar.
Lalu siapakah yang dimaksud orang benar? Tepat, orang yang percaya
pada Tuhan Yesus Kristus.
Orang
benar adalah mereka yang menerima benih keselamatan dengan hati yang
terbuka, yang subur dan yang siap, sehingga mereka berbuahkan buah
kebenaran. Mereka sejatinya adalah gandum yang berisi saat dituai
pada waktunya. Mereka adalah yang bertumbuh dan bersaksi bagaikan
biji sesawi yang kecil menjadi pohon yang besar dan kuat, juga yang memberi pengaruh
pada dunia seperti khamirnya ragi terhadap tepung. Mereka memiliki kekuatan
iman yang penuh penghargaan terhadap keselamatan yang diterimanya,
seperti seorang kaya menjual seluruh hartanya demi membeli ladang
dimana ada harta terpendam atau seorang menjual segala miliknya dan pergi membeli mutiara yang
berharga itu. Ya merekalah orang benar itu!
Kenyataannya
adalah bahwa akan ada waktunya, kita sekalian dihakimi
berdasarkan dua golongan, orang jahat dan orang benar. Semua yang
tidak benar sesuai penjelasan hal kerajaan Sorga yang telah
disampaikan, adalah termasuk golongan orang jahat, tak peduli
seberapa saleh dan baiknya moral kita. Mengapa?
Karena
semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma
3:23), tak seorang salehpun yang tidak pernah berbuat dosa
(Pengkotbah 7:20), kita semua keturunan Adam yang berdosa, membawa
kutukan dalam darah keturunan Adam dan Hawa, karena ketika itu di taman
Eden Allah berfirman, jika kau melanggar larangan Allah dengan menyentuh buah pohon pengetahuan yang di tengah-tengah taman itu, saat itu kamu mati. Bukan saja menyentuh, mereka bahkan memakannya (Kejadian 3). Upah dosa ialah
maut/mati (Roma 6:23a), oleh karena itu kita semua berada dalam
hukuman mati.
Namun
kasih Allah sajalah yang memberikan kita kesempatan untuk
diselamatkan, melalui iman pada Tuhan Yesus Kristus (Roma 6:23b),
maka ketika kita mengaku dosa, kita disucikan dari segala dosa dan
segala kejahatan (I Yohanes 1:9). Seluruh isi Alkitab menuju pada
satu momen puncak ini, yaitu karya penebusan Tuhan Yesus Kristus pada
salib.
Mungkin
anda bertanya, baiklah kita yang hidup setelah kebangkitan Kristus mendapat keselamatan melalui iman pada karya keselamatan-Nya, lalu
bagaimanakah dengan mereka yang sebelum masa itu? Jawabannya sama,
Allah maha kasih menyediakan jalan keselamatan yang adil, dan semua
itu melalui simbol dan janji yang penggenapannya pada Yesus Kristus.
Sebelum
air bah, Allah bahkan berbicara langsung dengan manusia, mengorbankan hewan untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa, mencoba memperingatkan dan menyelamatkan Kain dari dosa membunuh Habel, bahkan memberikan Nuh
dan bahteranya sebagai peringatan bagi manusia saat itu agar bertobat.
Sementara setelah air Bah, Allah masih berbicara langsung pada manusia, kemudian memilih Abraham dan keturunannya menjadi sebuah bangsa sebagai jalan keselamatan yaitu bangsa Israel yang begitu berbeda pada masa Musa dibanding bangsa manapun di seluruh bumi, dan kemudian sangat terkenal pada masa Daud dan Salomo. Bangsa ini telah diberi hukum Taurat Allah secara langsung oleh Allah muka berhadapan muka, agar seluruh dunia mengikuti mereka.
Namun demikian, baik dari zaman Kain sampai kelahiran Yesus, manusia gagal untuk hidup benar. Hanya sedikit saja manusia yang selamat, mereka selamat hanya karena hidup dalam pengharapan melihat Juruselamat yaitu Yesus Kristus itu sendiri (saksi-saksi iman dalam Ibrani 11 menjelaskannya).
Sementara setelah air Bah, Allah masih berbicara langsung pada manusia, kemudian memilih Abraham dan keturunannya menjadi sebuah bangsa sebagai jalan keselamatan yaitu bangsa Israel yang begitu berbeda pada masa Musa dibanding bangsa manapun di seluruh bumi, dan kemudian sangat terkenal pada masa Daud dan Salomo. Bangsa ini telah diberi hukum Taurat Allah secara langsung oleh Allah muka berhadapan muka, agar seluruh dunia mengikuti mereka.
Namun demikian, baik dari zaman Kain sampai kelahiran Yesus, manusia gagal untuk hidup benar. Hanya sedikit saja manusia yang selamat, mereka selamat hanya karena hidup dalam pengharapan melihat Juruselamat yaitu Yesus Kristus itu sendiri (saksi-saksi iman dalam Ibrani 11 menjelaskannya).
Hanya
satu jalan, yaitu Tuhan Yesus jalannya. Hanya jika Allah sendiri
menjadi manusia kudus (bukan keturunan Adam tapi lahir dari perawan Maria) dan yang menebus manusia, maka manusia benar-benar punya
peluang untuk keselamatan. Yaitu keselamatan yang bukan berdasarkan
kekuatan manusia sendiri, yang selalu dan pasti gagal. Tetapi keselamatan
berdasarkan iman percaya dan perubahan yang dilakukan oleh Roh Allah
sendiri, yang berdiam di dalam diri orang percaya tersebut.
Saudaraku
yang dikasihi Tuhan, kita semua masih diberi kesempatan untuk masuk
dalam perjamuan kasih Allah di Sorga kekal. Kita masih diberikan
kesempatan menjadi golongan orang benar. Ambillah kesempatan ini!
Bukalah
hatimu, renungkanlah hidupmu, jernihkan pemahamanmu, carilah Tuhan
dan lihatlah Dia yang pernah disalibkan demi menebus dosamu. Dia yang
akan datang kembali sebagi Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas
segala tuhan. Undanglah Tuhan Yesus Kristus menjadi Tuhan dan
Penebusmu, akuilah dan percayalah pada-Nya, maka anda akan
diselamatkan oleh kasih-Nya yang luar biasa itu. Tuhan Yesus
memberkati, amin.