Friday, 3 April 2015

Pukat – Serial Hal Kerajaan Sorga

Pukat – Serial Hal Kerajaan Sorga

Pembacaan: Matius 13:47-50
Perumpamaan Pukat untuk menjelaskan tentang hal kerajaan Sorga adalah bagian terakhir dari kelas para murid malam itu, yang menjadi penutup penjelasan Tuhan Yesus tentang hal kerajaan Sorga.

Ini sangat menarik, pada penutup pelajaran ini, ketika Tuhan Yesus bertanya pada para murid apakah mereka mengerti semua itu, yaitu semua penjelasannya itu, dan para murid menjawab bahwa mereka mengerti (Ayat 51).


Tentu saja mereka mengerti karena sejak awal mereka diberi kunci untuk mengerti perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, yaitu dengan cara mendengar yang benar. Cara mendengar yang benar telah kita ketahui bersama melalui perumpamaan Sang Penabur. Sebaiknya jika anda belum membacanya, dapat membacanya dengan meng-klik tautan pada judul tersebut.

Kita juga sudah memahami berbagai sudut penjelasan TuhanYesus tentang hal kerajaan Sorga dari perumpamaan-perumpamaan sebelum ini, yaitu tentang Lalang di antara Gandum, Biji Sesawi dan Ragi, kemudian Harta Terpendam dan Mutiara yang Berharga. Pembaca dapat meng-klik pada judul tersebut untuk menuju tautan dimaksud.

Mendengar yang benar adalah mereka yang mendengar untuk mengerti, yaitu yang menyiapkan hatinya seperti tanah gembur yang siap ditanami benih yang baik. Artinya ketika mendengarkan firman Tuhan Yesus, kita sungguh mempersiapkan hati dan pikiran kita tertuju pada-Nya, berharap dan bergantung penuh pada Roh Kudus yang menuntun pikiran kita. Sangat disayangkan, saat ini kebanyakan jemaat disibukkan dengan gadget mereka saat beribadah. Mungkin jika gadget tersebut digunakan untuk membaca Alkitab elektronik dan mencatat, maka baik adanya. Tapi sayangnya, tampaknya sekarang tidak lagi tabu memainkan handphone, membalas pesan, melirik media sosial saat ibadah berlangsung. Bahkan kita sering melihat orang tua yang membiarkan anak-anaknya bermain gadget sementara ibadah, mungkin untuk menyibukkan anak agar tidak ribut, tetapi sebenarnya malah mengajarkan anak untuk tidak menghormati Allah. Inilah kesesatan zaman sekarang.

Perumpamaan tentang Pukat ini akan menjadi pemungkas yang akan menertibkan kita kembali pada kenyataan sebenarnya. Mengembalikan kita pada kesadaran dari ketidak sadaran akibat pesona dunia ini. Demikian Tuhan Yesus berfirman:

Matius 13: 47-50.

Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.

Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; disanalah terdapat ratapan dan kertakan gigi.

Sebuah kisah yang ditutup dengan ancaman rupanya, sungguh mengerikan memikirkan dapur api dan penyiksaan yang penuh ratapan dan kertakan gigi. Tentu ini seperti seember air es yang disiramkan ke kepala kita bukan? Tentu kita tidak mau menjadi mereka yang dicampakkan ke dalam dapur api itu.

Kenyataannya adalah semua kepercayaan mempercayai ada hukuman bagi orang jahat. Semua orang tampaknya takut masuk neraka. Anda mungkin mengelak dengan pertanyaan bagaimana kaum ateis? Mereka tidak percaya adanya sorga dan neraka. Namun kenyataannya adalah mereka sekedar berusaha menghilangkan kondisi menakutkan itu dengan membuat kepercayaan sendiri, yang tentunya tidak pernah bisa dia buktikan sendiri, karena dia belum mengalaminya.

Apakah anda sadar, bahwa seluruh tokoh kepercayaan sebenarnya tidak atau belum melalui semua ajarannya sendiri? Kecuali Yesus Kristus! Karena hanya Dia yang datang dari Sorga ke dunia, lalu mati pada Salib untuk menebus dosa manusia, turun ke dalam neraka, kemudian bangkit lagi pada hari ketiga sebagai kemenangan atas maut dan neraka, dan akhirnya naik kembali ke Sorga sebagai bukti lengkap bahwa Dialah Tuhan yang mengunjungi manusia.

Sebuah usaha mengatakan Tuhan tidak ada tentu merupakan usaha agar tidak bertanggung jawab dalam hidup, sebuah penyangkalan yang paling sesat. Tapi percayalah, seorang ateis-pun akan bergidik jika menyusuri kuburan di malam hari atau melihat mayat sendirian. Kenapa orang takut kehadiran setan tapi tidak menyadari kehadiran Allah?

Sekarang kita coba lihat tentang pukat ini.

Penulis pernah melayani bersama kelompok pemuda di gereja dimana penulis pernah tinggal, saat itu kami memiliki pelayanan seminggu penuh tinggal di desa terpencil sambil membagikan berkat rohani dan jasmani. Kami melakukan kerja bakti sosial membangun gedung gereja, memberi penyuluhan keterampilan, namun juga mengadakan kebaktian kebangunan rohani dan ibadah-ibadah keluarga tiap pagi. Saat itu kami memilih sebuah desa terpencil di pinggir pantai.



Suatu waktu di subuh hari, ada kebiasaan penduduk mencari ikan dengan menebar jala sepanjang garis pantai, lalu jala tersebut ditarik bersama-sama sehingga banyak ikan terperangkap di dalamnya. Kami sebagai orang kota mencoba bersama orang desa melakukannya, sungguh itu pekerjaan yang membutuhkan kekuatan fisik yang luar biasa, menarik “soma” istilah penduduk setempat. Anda harus kuat menahan dingin air, menahan ombak sambil menarik jaring yang berat dengan ikan-ikan yang tersangkut di sana.




Pukat adalah alat yang berfungsi seperti itu, namun mungkin dengan bentuk yang sedikit berbeda. Pukat lebih mirip perangkap yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menampung banyak ikan. Bisa terbuat dari jaring tetapi bisa juga dari anyaman bambu atau bahan lainnya, intinya pukat itu perangkap!

Jadi apakah Tuhan Yesus menyatakan hal kerajaan Sorga adalah perangkap? Ya benar! Injil keselamatan dari Kristus Yesus menjadi perangkap bagi semua manusia.

Perangkap yang dimaksud tentu saja bukan sebuah itikad buruk, tetapi sebuah analogi terhadap karya keselamatan yang Tuhan Yesus sampaikan melalui Injil. Kita lihat dari perumpamaan pertama sampai saat ini, Tuhan sedang menjelaskan bahwa hal kerajaan Sorga adalah berita Injil.




Penabur menaburkan benih keselamatan, namun tergantung dari cara kita menerima benih itu, apakah dengan hati yang gembur dan siap ditanami, ataukah menolak melalui hati yang tidak gembur dan tidak siap tanam? Bahkan mungkin keras berbatu-batu?

Lalang di antara gandum jelas menyatakan bahwa benih keselamatan itu ada diantara kita dan kita tidak bisa menghakimi sebelum masa penuaian, karena benih itu perlu bertumbuh dan berbuah agar dapat dibedakan dari lalang. Dan tanpa berbuah, tumbuhan gandumpun tak dapat dibedakan dari lalang, sehingga turut dibakar.

Biji sesawi dan ragi menjelaskan sifat yang terlihat nyata pada mereka yang memiliki benih-benih keselamatan itu. Demikian juga harta terpendam dan mutiara yang berharga, menjelaskan bagaimana sesorang merespon dan menghargai keselamatan yang diterimanya, yang artinya melebihi segalanya dalam hidupnya. Apakah anda merasakan ini dalam hidup anda? Ataukah ada harta, jabatan bahkan seorang yang melebihi keselamatan anda? Mungkin anda belum memperoleh keselamatan itu selama ini. Karena tak ada orang rela menukar keselamatannya demi hal dunia fana ini.

Benih keselamatan itu telah nyata, itulah Injil. Yaitu berita sukacita bahwa manusia bisa memperoleh penyucian dan pembenaran dari dosa-dosanya, melalui iman percaya pada karya penyelamatan Allah sendiri, yaitu pengorbanan Tuhan Yesus pada salib. Ketika orang memiliki iman ini, dia memiliki kepastian keselamatan dalam dirinya. (baca tautan: Kepastian Keselamatan).

Menarik sekali bahwa ada rentang waktu untuk masa akhir zaman itu. Secara jelas Tuhan bilang bahwa pukat itu terisi penuh lalu di seret ke pantai. Tentu saja jika saat ini belum akhir zaman, maka masih ada kesempatan menjadi "ikan yang baik" bukan?

Namun ada hal yang menarik dari kalimat Tuhan Yesus dalam perumpamaan ini. Tuhan Yesus bilang, bahwa orang-orang yang menarik pukat itu kemudian memilih ikan yang baik untuk dikumpulkan dan ikan yang tidak baik untuk dibuang. Sementara dianalogikan kemudian bahwa malaikat-malaikat akan mengumpulkan orang jahat untuk dibuang ke dapur api dan memisahkan orang benar.

Sekali lagi ketelitian Firman Allah sungguh luar biasa, Tuhan tidak mengatakan orang baik yang dibawa oleh-Nya tetapi mengatakan orang benar. Biasanya orang akan membandingkan orang baik dengan orang jahat, tetapi Tuhan membandingkan orang benar dengan orang jahat.

Ini menjelaskan ada hal spesial tentang orang benar dibanding orang baik. Ya orang benar pasti baik sedangkan orang baik belum tentu benar. Lalu siapakah yang dimaksud orang benar? Tepat, orang yang percaya pada Tuhan Yesus Kristus.

Orang benar adalah mereka yang menerima benih keselamatan dengan hati yang terbuka, yang subur dan yang siap, sehingga mereka berbuahkan buah kebenaran. Mereka sejatinya adalah gandum yang berisi saat dituai pada waktunya. Mereka adalah yang bertumbuh dan bersaksi bagaikan biji sesawi yang kecil menjadi pohon yang besar dan kuat, juga yang memberi pengaruh pada dunia seperti khamirnya ragi terhadap tepung. Mereka memiliki kekuatan iman yang penuh penghargaan terhadap keselamatan yang diterimanya, seperti seorang kaya menjual seluruh hartanya demi membeli ladang dimana ada harta terpendam atau seorang menjual segala miliknya dan pergi membeli mutiara yang berharga itu. Ya merekalah orang benar itu!

Kenyataannya adalah bahwa akan ada waktunya, kita sekalian dihakimi berdasarkan dua golongan, orang jahat dan orang benar. Semua yang tidak benar sesuai penjelasan hal kerajaan Sorga yang telah disampaikan, adalah termasuk golongan orang jahat, tak peduli seberapa saleh dan baiknya moral kita. Mengapa?

Karena semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23), tak seorang salehpun yang tidak pernah berbuat dosa (Pengkotbah 7:20), kita semua keturunan Adam yang berdosa, membawa kutukan dalam darah keturunan Adam dan Hawa, karena ketika itu di taman Eden Allah berfirman, jika kau melanggar larangan Allah dengan menyentuh buah pohon pengetahuan yang di tengah-tengah taman itu, saat itu kamu mati. Bukan saja menyentuh, mereka bahkan memakannya (Kejadian 3). Upah dosa ialah maut/mati (Roma 6:23a), oleh karena itu kita semua berada dalam hukuman mati.

Namun kasih Allah sajalah yang memberikan kita kesempatan untuk diselamatkan, melalui iman pada Tuhan Yesus Kristus (Roma 6:23b), maka ketika kita mengaku dosa, kita disucikan dari segala dosa dan segala kejahatan (I Yohanes 1:9). Seluruh isi Alkitab menuju pada satu momen puncak ini, yaitu karya penebusan Tuhan Yesus Kristus pada salib.

Mungkin anda bertanya, baiklah kita yang hidup setelah kebangkitan Kristus mendapat keselamatan melalui iman pada karya keselamatan-Nya, lalu bagaimanakah dengan mereka yang sebelum masa itu? Jawabannya sama, Allah maha kasih menyediakan jalan keselamatan yang adil, dan semua itu melalui simbol dan janji yang penggenapannya pada Yesus Kristus.

Sebelum air bah, Allah bahkan berbicara langsung dengan manusia, mengorbankan hewan untuk menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa, mencoba memperingatkan dan menyelamatkan Kain dari dosa membunuh Habel, bahkan memberikan Nuh dan bahteranya sebagai peringatan bagi manusia saat itu agar bertobat. 

Sementara setelah air Bah, Allah masih berbicara langsung pada manusia, kemudian memilih Abraham dan keturunannya menjadi sebuah bangsa sebagai jalan keselamatan yaitu bangsa Israel yang begitu berbeda pada masa Musa dibanding bangsa manapun di seluruh bumi, dan kemudian sangat terkenal pada masa Daud dan Salomo. Bangsa ini telah diberi hukum Taurat Allah secara langsung oleh Allah muka berhadapan muka, agar seluruh dunia mengikuti mereka.

Namun demikian, baik dari zaman Kain sampai kelahiran Yesus, manusia gagal untuk hidup benar. Hanya sedikit saja manusia yang selamat, mereka selamat hanya karena hidup dalam pengharapan melihat Juruselamat yaitu Yesus Kristus itu sendiri (saksi-saksi iman dalam Ibrani 11 menjelaskannya).

Hanya satu jalan, yaitu Tuhan Yesus jalannya. Hanya jika Allah sendiri menjadi manusia kudus (bukan keturunan Adam tapi lahir dari perawan Maria) dan yang menebus manusia, maka manusia benar-benar punya peluang untuk keselamatan. Yaitu keselamatan yang bukan berdasarkan kekuatan manusia sendiri, yang selalu dan pasti gagal. Tetapi keselamatan berdasarkan iman percaya dan perubahan yang dilakukan oleh Roh Allah sendiri, yang berdiam di dalam diri orang percaya tersebut.

Saudaraku yang dikasihi Tuhan, kita semua masih diberi kesempatan untuk masuk dalam perjamuan kasih Allah di Sorga kekal. Kita masih diberikan kesempatan menjadi golongan orang benar. Ambillah kesempatan ini!

Bukalah hatimu, renungkanlah hidupmu, jernihkan pemahamanmu, carilah Tuhan dan lihatlah Dia yang pernah disalibkan demi menebus dosamu. Dia yang akan datang kembali sebagi Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Undanglah Tuhan Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Penebusmu, akuilah dan percayalah pada-Nya, maka anda akan diselamatkan oleh kasih-Nya yang luar biasa itu. Tuhan Yesus memberkati, amin.